Mengetahui Legenda Mirah Golan, di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur
(Sumber: __.2012. Warta Ganesha Edisi 14. Ponorogo: Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ponorogo.)
Suatu hari, orang Golan dan orang Mirah mengadu ayam jantan (Jago) di desa Mirah. Setiap kali, ayam jantan dari Golan unggul, masyarakat Golan bersorak dan begitu sebaliknya dengan orang Mirah. Tiba-tiba ayam jantan dari Golan meninggalkan arena dan Joko Lancur (pemilik ayam jantan/ jago) berusaha mengejarnya. Langkah Joko Lancur berhenti saat melihat gadis dari desa Mirah yang sedang membatik. Pemilik ayam jantan pun menghampiri gadis itu. Tak dapat dipungkiri, mereka saling memandang dan berkenalan. Setelah tiba di rumah, Joko Lancur selalu terngiang wajah gadis dari desa Mirah. Begitu juga dengan gadis Mirah. Sampai pada akhirnya, Joko Lancur bicara kepada orang tuanya, karena tidak bisa menahan rasa cintanya. Pada awalnya, bapak Joko Lancur senang karena anaknya mau menikah, namun setelah tahu bahwa gadis yang ingin dinikahi Joko Lancur adalah gadis Mirah, karena Joko Lancur dan ayahnya (Ki Honggolono) beragama Hindu, sedangkan gadis Mirah dan ayahnya (Kyai Ageng Mirah) yang beragama Islam, Ki Hanggolo pun kaget bukan kepalang, menyuruh anaknya untuk menghilangkan perasaan itu karena perbedaan agama dan keyakinan. Namun, Joko Lancur bersikukuh pada pendiriannya. Dia tidak mau menikah dengan gadis Mirah, jika tidak dia lebih baik mati saja.
Karena melihat anaknya seperti itu, Ki Honggolono pergi ke rumah Kyai Ageng Mirah untuk menyetujui keinginan anaknya. Pagi harinya, Ki Hanggolo pergi ke rumah Kyai Ageng Mirah untuk melamar gadis yang diidamkan anaknya. Kyai Ageng Mirah kaget dengan kedatangan Ki Honggolono. Bapak gadis tersebut bingung akan mengambil keputusan apa. Mau menolak tidak berani, sebab Ki Honggolono sudah terkenal kehebatannya. Untuk menutupinya, Kyai Ageng Mirah memberikan beberapa syarat kepada Ki Honggolono, yaitu: Pertama, harus mengairi sawah Mirah dalam waktu semalam, Kedua, harus memenuhi dua lumbung berisi padi dan kedelai, Ketiga, lumbung-lumbung itu harus bisa berjalan sendiri dari desa Golan menuju desa Mirah. Ki Honggolono menyanggupi semua syarat yang diberikan karena dianggapnya mudah.
Saat acara pernikahan, Joko Lancur tampak gagah dengan adat Jawa. Semua syarat telah terpenuhi. Dengan segenap kekuatan yang dimiliki Ki Honggolo membuat jerami (damen) dan batang kedelai (titen) menjadi lumbung padi dan kedelai. Dan berdoa agar lumbung itu bisa berjalan sendiri dari desa Golang menuju desa Mirah. Tiba di Mirah, Kyai Agung Mirah sudah tahu bahwa semua itu hanyalah ilmu setan, ilmu jin. Kemudian, Kyai Agung Mirah minta petunjuk kepada Allah agar diberi jalan kebenaran. Kyai Ageng Mirah meminta bahwa Ki Honggolono melihat bahwa isi lumbung itu bukan padi dan kedelai, melainkan jerami (damen) dan batang kedelai (titen). Kyai Ageng Mirah tidak bisa menerima lamaran ini, dan menasehati Ki Honggolono agar kembali ke jalan Tuhan. Ki Honggolono malu dan marah bukan main. Seketika itu juga Prawan Mirah terjatuh dan meninggal. Tahu bahwa Prawan Mirah meninggal, kemudian Joko Lencur mengambil keris dan menusukkan ke perutnya sendiri, kemudian Joko Lancur meninggal. Joko Lancur dan Prawan Mirah lalu dikubur menjadi satu di tanah Mirah. Atas kemarahan Ki Honggolono dan bersumpah, yakni: Pertama, Orang Mirah dan orang Golan tidak berani menyimpan jerami dan batang kedelai (titen), “karena gampang terbakar”, Kedua, ada sebagain yang tidak berani menanam kedelai, Ketiga, orang Mirah dan orang Golan tidak boleh menikah, Keempat, orang Mirah tidak boleh membawa barang dari desa Golan, karena ia tidak bisa menemukan jalan pulang, sebelum membuang jalan tersebut, begitu sebaliknya, Kelima, ada salah satu sungai, air dari daerah Mirah dan air dari daerah Golan airnya tadi tidak bisa menyatu. Dan keberadaan cerita itu masih ada sampai saat ini.
IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):
Knowing Legend Mirah Golan, in Ponorogo, East Java
(Source: __ .2012. Warta Ganesha Edition 14. Ponorogo: Public High School 1 Ponorogo.)
One day, the Golan and the cock pit Mirah (Jago) in the village Mirah. Each time, the cock of superior Golan, Golan people cheering and vice versa with Mirah. Suddenly the cock of the Golan to leave the arena and Joko Lancur (owner of the cock / rooster) trying to catch up. Joko step Lancur stopped when she saw the girl from the village Mirah is batik. Rooster owner went up to the girl. Undeniably, they looked at each other and get acquainted. Upon arriving home, Joko Lancur always ringing her face from the village Mirah. So is the girl Mirah. Until finally, Joko Lancur talk to his parents, because they can not help feeling the love. At first, the father Joko Lancur happy because her son wanted to marry, but after knowing that the girl wanted to marry Joko Lancur is Mirah girl, and her father as Joko Lancur (Ki Honggolono) are Hindus, while the girl and her father Mirah (Mirah Kyai Ageng) who are Islam, Ki Hanggolo was unbelievable shock, told him to get rid of that feeling because of religious differences and beliefs. However, Joko Lancur adamant in his stance. He does not want to marry the girl Mirah, if not he be better off dead.
Seeing her like that, go to the home Honggolono Ki Kyai Ageng Mirah to approve his wishes. The next morning, went to the house Ki Hanggolo Kyai Ageng Mirah to apply for the coveted girl child. Kyai Ageng Mirah surprised by the arrival of Ki Honggolono. The girl's father will take decision what confused. Want dare not refuse, because the already-known Honggolono Ki prowess. To cover it up, Kyai Ageng Mirah gave some to Ki Honggolono conditions, namely: First, should irrigate Mirah overnight, second, it must meet two barns contain rice and soy, Third, barns must be able to walk alone from the village toward the Golan Mirah village. Ki Honggolono agreed to all terms are given for easy considered.
When the wedding ceremony, Joko Lancur looks dashing with custom Java. All requirements have been met. With all the power that Ki Honggolo make hay (damen) and soybean stems (titen) into barns and soybeans. And pray that the barn was able to walk alone from the village to the village Mirah Golang. Arrived at Mirah, Mirah Kyai Agung already knew it was just a vicious sciences, science jin. Then, Kyai Agung Mirah seek God to be the truth. Kyai Ageng Mirah ask that Ki Honggolono see that the content is not a rice granary and soya, but hay (damen) and soybean stems (titen). Kyai Ageng Mirah can not accept this proposal, and Ki Honggolono advised to return to the path of God. Ki Honggolono embarrassed and angry is not playing. Mirah prawan instantly fell down and died. Know that Mirah prawan died, then Joko Lencur took his dagger and thrust himself into her stomach, then Joko Lancur died. Joko Lancur prawan Mirah and then buried into the ground Mirah. On anger and swearing Honggolono Ki, namely: First, Mirah and the Golan People do not dare to keep hay and soybean stem (titen), "because it burns easily," Secondly, there sebagain who do not dare to plant soybeans, Third, Mirah and the Golan should not be married, Fourth, Mirah people should not carry goods from the Golan village, because he could not find his way home, before disposing of the road, so instead, Fifth, there is a river, the water from the area Mirah and water from the water earlier Golan area can not be merged. And where the story is still there to this day.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar