23


Pagi. Kobong 07. Manatap mentari ke 23 tahun, 276 bulan, 8400 hari, lebih dari 201600 jam, 12.096.000 menit, 725.760.000 detik. Entah berapa sisa menuju nol (0)

Syukur tak terperi masih diizinkan menatap embun pagi ini, menghirup segar udara. Menatap riuh rendah sekitar. Alhamdulillah.

Momen ini, 25 November, terulang.
Sebenarnya, di keluarga kecil kami, tak ada tradisi perayaan. Apa yang harus dirayakan?  yang ada selazimnya kesyukuran, dan mengingat, hari ini sejatinya  kita sedang berlari menuju kematian. 

Sekilas bercerita…
Karena memang tak pernah  berniat benar2 menspesialkan tanggal, beberapa kali saya sempat tertegun. Masih ingat ketika SMP, “Prito… Selamat ulang tahu ya!” ucap Kurniawan, teman sebangku-ku. “Ulang tahun?” tanyaku. “Ya!”, olala ku lihat kalender, yups, 25 november.
Masa-masa di darul Huda juga begitu. Saya selalu berusaha merahasiakan tanggal itu. Selama tiga tahun berturut2, saya mengenang 25 november bersama Blue (nama diary-ku). Masa sweet-Seventeen, yang hangat dengan adik-adik-kakak-kakak-ustadz-ustadz. Mengenang penuh gerimis.
Nahas, di tahun terakhir, tanggal 25 november itu bocor. Jadinya, selepas Muhadoroh, dua teman angkatan, menyemburku dengan dua falcon Air. Kaget, tersentak, untung map penilaian Muhadoroh tidak basah kuyup. Seragam putih-hitam itu kotor dan berbau. Itulah satu2nya 25 november tergokil. Dan semoga tidak terulang.
Kini, di masa dumay, sosial network menjamur, 25 november tak bisa lagi disembunyikan.
Jadilah sedari  pagi, ucapan terhaturkan, doa-doa terpanjatkan. Jazakumullah Khoir. Semoga kebaikan doa juga tersampaikan kepada kalian yang mendoakan.

Waktu mengalun, kadang amat terasa cepat, kadang terasa begitu amat lambat.

Sahabat, di usia 23 ini izinkan saya menghaturkan terima kasih atas segala bantuan, selaksa pencerahan, segudang arahan, sejumput doa.
Sungguh terima kasih.

Selalulah begitu.

dan langkahpun terus menuntun, menuju satu titik. Ada dua jalan ditawarkan : jalan lempang, menyenangkan, datar, namun berakhir kenistaan, jalan lainnya, berkelok, terjal, penuh oank duri, namun berakhir membahagiakan.
Hidup adalah pilihan.
Semoga di usia 23, semakin bijak mengambil jalan.

Salam Hangat Selalu

Anakmu, adikmu, keponakanmu, sepupumu, kakakmu, kawanmu, sahabatmu, saudaramu, gurumu, muridmu atau apapun-mu : PRITO WINDIARTO

terakhir, izinkan saya menampilkan sebuh lirik, karya Sakti, eks-personel SO7 "Cahaya terang". Inilah lagu menadai pencerahan hidup seorang Sakti.

Cahaya Terang
*Sakti

Ketika aku lihat cahaya terang
Aku dapat merasakan kemana kan pergi
Disaat aku injak dunia luar
Aku yakin semuanya akan ku nikmati

Reff: Takkan pernah aku takut
Takkan pernah aku sedih
Hadapi semua ini…
Ketika aku lihat cahaya terang
Aku dapat menemukan tujuan hidupku
Hilanglah sudah semua masa laluku
Akan kulewati semua dengan hal Yang Baru

Back to Reff
Aku takkan bisa hidup tanpa Diri-Nya
Aku takkan mampu hidup tanpa Sentuhan-Nya
Mampu hidup tanpa Sentuhan-Nya
****
Berikutnya, dari tazzaka -Sahabat Perjuangan. Nasyid yang "menyimpan" memori mengharukan. Check this out!

Pertemuan kita kali ini
Bukan sekedar kawan lama tak jumpa
Tapi kita bertemu ada satu maknaKita punya satu perjuangan

*)Andai ada kasih antara kita
Kita kembalikan kepada Yang Esa
Agar ia suci tulus dan ikhlas
Semoga Allah memberkati

**)Sambutlah tangan sahabat saudaramu
Pimpinlah ia melangkah bersama
Satukan hati kita teguhkan ia
Berdiri bersama untuk kebenaran

***)Perjuangan itu artinya berkorban
Berkorban itu artinya terkorban
Janganlah gentar untuk berjuang
Demi agama dan bangsa
Inilah jalan kita...Inilah jalan kita...

Back to *) - **) - ***)


Adios
*Maaf yang tak ter-tag

Tidak ada komentar:

Posting Komentar