Ayah kecil untuk sikecil
Namaku Soni, umurku 13 tahun, walaupun umurku kecil, tapi aku tak mau dipanggil anak kecil.
Aku masuk rumahsakit karena aku diare, Aku sekarang dirawat oleh suster cantik yang pertama kali bertemu aku merasa tertarik dan krasan ada di RS. Rasanya aku tak mau sembuh saja supaya setiap hari aku dirawat oleh suster itu.
“ maaf dek ya, suster periksa nadinya dulu” kata suster itu dengan lembut.
“jangan lepaskan tanganku sus, aku tetap ingin kau memegang tangan ku selamanya” batinku dalam hati.
“ Adek kanapa. Sepertinya gemetar?apa benar?” Tanya suster padaku.
Aku hanya trsenyum dan mecoba memberanikan diri bertanya “nama suster siapa?”
“nama saya El . kalau kamu?”
“Soni sus”.
Setelah suster El melakukan tindakan lalu berpamitan dan meninggalkan ruangan, Namun Aku mencegah dengan memegang tangan El sehingga El membalikkan badan dan tersenyum.
“jangan tinggalkan aku sendiri sus, aku takut sendirian” pinta ku pada suster El.
“baiklah” El lalu duduk disampingku.
“Apa kamu mau main tebak-tebakan?” Tanya El. Aku pun tak enggan menganggukkan kepala.
Setelah bermain, Suster El menganjurkanku untuk istirahat, aku pun berkata aku tak akan tidur sebelum suster El menyanyikan lagu untukku. Ditengah suster El menyanyikan lagu, aku berkata “Aku ingin bersama suster” diiringi memejamkan mata ke fase tidur.
Keesokan hari, tampak ada suster lain membawa sarapan, aku menanyakan keberadaan suster El. Suster Indah mengatakan bahwa Suster El ganti Shift. Setelah Suster Indah keluar ruangan, aku membuang makanan dan obat-obatan yang seharusnya masuk dalam perutku namun masuk dalam tong sampah. 3 jam kemudian Suster Indah kembali dan memberi sanjungan padaku atas makanan dan minuman yg dipikirnya sudah kulahap.
“kapan Suster El kesini lagi?” aku sangat mengharap suster El yang merawatku.
“hari ini suster El tidak masuk dek,Dia pergi ke Rs X karena mual,muntah. suster ukur suhunya dulu ya” ijin suster pada ku. Setelah selesai Suster Indah keluar kamar, aku bergegas menuju Rs X untuk menemui Suster El.
#$%
“suster? Knapa kamu sakit?” aku melihat sekelilingku banyak ibu-ibu yang perutnya membuncit. “Apa Suster hamil?”. Suster El hanya mengaggukkan kepala.
“kanapa suster sedih? Apa tak ada Ayah dari calon bayi ini?suster tak usah sedih. Jika tak ada Ayah aku siap jadi seorang Ayah”. Mendengar hal itu suster El memeluk ku.
“kita berbeda 12 tahun Son. aku dan kekasihku berbeda tempat,aku bertemu dengannya 4 bulan yang lalu, dia sekarang meninggalkanku meneruskan beasiswanya di luar negri. Aku tak mengabari hal ini karena aku tak mau jika beasiswanya sia-sia hanya karena aku. Aku tak mau mengorbankan masa depan dan cita-citanya” aku mendengarkan dan mengerti betul kata-kata yang diucapkan suster El.
“Suster, ayo aku traktir makanan serta ice cream yang paling enak” aku mencoba membubarkan kesedihan Suster El.
Sesampainya di tempat Suster El melihat di atas panggung group band yang tak asing di matanya “Son, itu kan Ayah mu dan kakakmu. Group band itu keluarga mu kan??”
aku melihat di atas panggung dan waww,,, gawat jika Ayah melihatku.
“ti,,,tidak sus, mungkin mirip, itu bukan Ayahku. Ayo sus kita pergi ke tempat lain yang jauh lebih enak dari makanan disini, makanan disini membuatku mulas”.
“sebentar, aku masih ingin mendengarkan lagu yang dinyanyikan mirip ayahmu ini”
“iya sus,sebenarnya group band itu keluarga ku”
“oh ya? wah,,pantas saja suaramu indah saat kau bernyanyi, kenapa kau tak ikut tampil bersama mereka?” Suster El merasa terhibur
“Hanya suster El lah orang pertama kali yang memuji suaraku” aku senang melihat suster El tersenyum.
“terimakasih pemirsa,itu lagu pembuka yang kami persembahkan. Sebelum lagu selanjutnya …………………..”
Belum selesai Ayahku yang bertugas sebagai vocal membacakan penyanyi selanjutnya yang akan bernyanyi bersamanya, aku berkata “sebentar lagi namaku akan dipanggil sus, suster lihat penampilanku ya..” pinta ku dengan semangat.
“okay” El tersenyum memberi semangat pada ku yang dengan Percaya dirinya melangkah ke arah panggung.
Di tengah langkah tegap dan percaya diriku, aku menghentikan langkah saat Ayah membacakan vocal yang selanjutnya adalah nama kakakku. Aku menghentikan langkah dan kembali duduk di depan suster El melanjutkan melahap makanan. Aku memasukkan makanan ke dalam mulut namun lagi-lagi aku terhenti dan tetap mengaga mebuka mulut saat namak disebut untuk maju kedepan menyanyikan lagu.
“iya, Soni. Anak laki-laki ku yang sedang duduk makan dengan seorang wanita cantik maju kedepan” Ayah ku mengeluarkan suara dihadapan tamu yang lain.
“Ayo Soni, kamu pasti bisa, semangat!!” suster El memberi semangat padaku. aku percaya diriku pun tumbuh lagi setelah mengantongi senyum semangat dari El.
Saat aku membawakan lagu, para tamu tak ada satupun yang merasa terhibur dengan suaraku. “maafkan Anak saya yang suaranya membuat telinga anda menjadi budek, sekali lagi saya minta maaf” Ayahku meminta maaf dihadapan para tamu dan dilanjutkan lagu berikutnya.
aku keluar restoran dan memukul beberapa kali pohon yang ada.
“Sudah cukup Son, bukan maksud Ayahmu untuk melukaimu, dia hanya bercanda kok.” El mencoba menghentikan pukulan Soni. aku tetap menangis dan terus menangis. El tambah semakin bingung bagaimana merayu Soni lagi agar berhenti menangis. Lalu aku menunjukkan tangan yang penuh darah. Sebenarnya aku menangis karena kesakitan.
“ ya Ampun Son” El lalu mengobati tangan Soni. kita berdua lumayan dekat, saking dekatnya aku menepukkan mukaku di muka suster El. Uhui,,,, aku menciumnya. Untung suster El tidak marah, namun kurasa ia sedikit kesal terhadap tingkahku yang tak sopan.
@#$^
Aku berjalan melewati Rs di tempat kerja suster El. Namun disana banyak para wartawan,polisi dan banyak orang. aku mendesak masuk ruangan dan melihat suster El tergeletak di lantai dengan kucuran darah dari miss V nya. aku kaget sekali dan tak menyangka sampai seperti ini.
Teeeet…. Bunyi bel tanda pulang sekolah membubarkan mimpi ku.aku pun berlari menuju Rs mencari suster El tapi resepsionis berkata bahwa suster El pergi keluar kota. Aku harus menemui suster El angar ia tak menggugurkan kandungannya, mimpiku terasa seperti kenyataan.Aku harus bisa. Aku pulang kerumah dan bercerita kepada Ayah tentang hal yang terjadi pada Suster El.
aku tak berhenti melangkahkan kaki melewati berbagai toko. aku mengerem langkah dan melihat seperti suster El sedang membeli jus.
“pak, saya es jus jambu” aku pura-pura tak tahu disampingku suster El.
“Soni,,, kau disini juga” El menyapa.
“oh,,, ada suster El. Iya, sus” . aku merogoh-rogoh kantong celana ku mencari sesuatu.
El pun tersenyum “pak, dua dengan dia” sambil menunjuk ku.
“terimakasih” . kata ku.
“kapan-kapan kau harus ganti mentraktirku” El menggoda ku.
@#$%^^^
“Ayah kamu sering tampil di cafĂ© ini?” Tanya Suster El sambil menikmati hidangan hangat di atas meja dengan aku yang ada didepannya.
“iya. Sus,,, kau cantik sekali. Lebih segar dari pada kau memakai seragam putih tampak pucat ” rayuan maut ku keluar.
Ayah ku sebagai vocalis turun dari panggung sambil bernyayi dan menghampiri kita berdua. Ayah menarik tangan El untuk ikut bernyanyi namun El menolak tapi aku memaksa El agar menuruti permintaan Ayahku.
aku lalu bergegas melakukan aksiku mengambil ponsel dari dalam tas suster El dan mencatat beberapa nomor telepon, aku menulis dengan sangat gugup. Nyanyian yang dinyayikan El pun telah selesai namun aku tetap masih mencatat. Ayahku memberikan kode Selesai padaku, aku tetap masih mencatat saat El berjalan menuju bangku tempat makan,aku tambah semakin gugup.
Suster El heran melihat tingakah ku. lalu dengan cepat aku mengganti pensil yang keliru ku diambil kukira supit saat makan mie panjang karena tergesa-gesa supaya terlihat santai agar El tak curiga. lalu aku memasukkan pensil dan menggantinya dengan supit
#$%^&
(saat dirumah)
“ah,,,, tulisan Apa ini. Anak ayah yang bodoh hanya kamu. Mencatat nomor telepon saja tidak pecus” Ayah Marah pada ku melihat apa yang aku catat. Bukannya nomor telepon kekasih suster El tetapi nomor-nomor yang tak penting. Jelas lah Ayah kecewa. Aku pun mengeluarkan ponsel dari kantong celanaku.
“heh, dasar bodoh. Kenapa ponsel Suster El kau curi?” Ayah semakin marah padaku.
“bukan mencuri ayah, nanti kalau sudah selesai aku kembalikan” Aku mencoba memahamkan Ayah. Lalu Aku dan ayah membaca kontak telepon samapai 2x tak bisa menemukan siapa kekasih suster El. Ponsel itu pun bordering tanda panggilan masuk. Aku melarang ayah untuk mengangkat telpon itu.
“ayah, ini pasti kekasih suster El” kataku meyakinkan.
“iya, ini pasti dia” Ayah pun setuju pendapatku.
Aku pun mengambil telepon rumah dan memencet angka panggilan masuk tadi.
“ayah, kau yang bicara” kuberikan tangkai telepon pada ayahku tapi ayah menolak.
“ayah bego, kalau aku yang bicara pasti dia tahu kalau aku anak kecil yang belum di hitan.
“o,,, iya,,,iya,,” Ayah pun menyadarinya.
“hallo siapa ini?” suara itu pasti kekasih suster El batinku dalam hati.
“selamat siang. Apakah benar ini kekasih dari suster El?” Tanya ayah yang sedang menjawab telpon.
“iya ini saya, ada apa dengan El?????? Katakana padaku.” Kekasih suster El terlihat agak kaget. Ayah pun menceritakan kalau suster El hamil dan ia tak mau menggangu kekasihnya. Setelah percakapan selesai dan telepon ditup. Ponsel suster El berdering . aku dan Ayah saling berpandangan.
“cepat lakukan sesuatu” kata Ayahku . Aku pun tak mau tinggal diam, Aku berlari sekuat tenaga dan sekencang-kencangnya menuju tempat suster El sebelum telepon yang berdering di genggamanku mati.
Sesampainya depan pintu Rs. Aku seperti sudah tak bisa bernafas lagi, nafasku terasa hanya hitungan ke 5 mundur. Aku berhenti merunduk berusaha menelan sisa air di tenggorokanku yang kering seperti padang pasir. Kulihat sepatu putih didepanku kuharap itu suster El. Namun…… itu benar. Suster el melihatku dan melihat ponsel yang ada di genggaman tanganku. Dengan segera aku menyodorkan ponsel itu. Untungnya saat ku sodorkan ponsel itu berdering lagi dan suster El segera mengangkat telepon itu.
Yah,,,, kekasih suster El lah yang membuat ponsel itu tak berhenti bordering. Setelah menutup telepon suster El menatapku.
@#$%^&&
Beberapa bulan kemudian suster El melahirkan bayi mungil ditemani Kekasihnya disebelahnya. Aku sangat bahagia melihat apa yang aku lihat.
“Soni kamu bisa menjadi ayah dari bayi mungilku ini. Ayah saat ia bermain denganmu. Kamu harus menjaga dan mengajaknya bermain” kata suster El dengan menyerahkan bayinya itu padaku agar aku juga bisa merasakan rasanya menggendong bayi.
“siapa nama bayi ini?aku sangat gemas sekali. Jika ia dewasa nanti ia pasti akan cantik,baik seperti suster El” kata ku. Suster EL dan kekasihnya saling beradu senyum.
“Sonia elfany. Aku ambil dari nama kamu dan kata di belakangnya aku dan suamiku tercinta”. Kami semua yang ada diruangan tertawa bahagia.
Aku,ayah.suster el beserta keluarganya sangat senang sekali dengan hari ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar