Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
(Sumber: Matroji.2003.IPS Sejarah untuk kelas 1. Bandung: PT Gelora Aksara Pratama.)
(A) Nenek Moyang Bangsa Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia bukan manusia jenis Meganthropus palaeojavanicus, Pithecanthropus erectus, Homo Soloensis atau Homo Wajakensis. Walaupun terdapat di Indonesia, manusia-manusia jenis itu sudah punah.asal nenek moyang bangsa Indonesia dapat menggunakan dua cara, yakni persebaran rumpun bahasa dan persebaran kebudayaan bercocok tanam.
(1) Rumpun Bahasa Melayu Austronesia. Bahasa yang tersebar di Indonesia termasuk rumpun bahasa Melayu Austronesia. Rumpun bahasa ini meliputi wilayah yang luas: dari Madagaskar di Afrika sampai ke Melanesia dan Polinesia di Samudera Pasifik, lalu dari Taiwan sampai ke Indonesia. Penggunaan bahasa Melayu Austronesia diwilayah yang luas itu erat kaitannya dengan persebaran yang menggunakan bahasa tersebut. Para pakar sejarah pendapat bahwa bahasa Melayu Austronesia berasal dari Taiwan. Sekitar 5000 SM, masyarakat di Taiwan menggunakan bahasa yang disebut Proto Austronesia (Austronesia Kuno). Masyarakat di tempat itu telah mengenal cocok tanam dan beternak. Masyarakat itu kemudian menyebar ke sebelah selatan Cina, Vietnam, Semenanjung Malaya, lalu ke Indonesia. Ada juga yang mengarungi laut menuju Filipina terus ke arah kepulauan di Indonesia dan Samudera Pasifik.
(2) Masyarakat Tani di Yunan. Peralihan dari kebudayaan berburu dan mengumpulkan makanan pada kebudayaan bercocok tanam merupakan perubahan yang amat besar. Perubahan itu tidak mungkin dilakukan oleh penduduk asli Indonesia yang sudah terbiasa dengan kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan. Para pakar sejarah menyimpulkan bahwa kebudayaan bercocok tanam diperkenalkan oleh masyarakat pendatang. Mereka ini sudah terbiasa dengan bercocok tanam dan beternak di tempat asalnya. Kebiasaan itu mereka terapkan di tempat baru di Indonesia. Pendatang inilah yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari luar Indonesia, yaitu dari daerah Yunan, di sebelah selatan Cina (Republik Rakyat China). Kesimpulan tersebut dibuktikan oleh kesamaan artefak prasejarah yang ditemukan di wilayah itu dengan artefak prasejarah di Indonesia. Dari artefak yang ditemukan di Yunan, tampak bahwa sekitar 3000 SM, masyarakat di wilayah itu telah mengenal cocok tanam. Kemudian masyarakat Yunan melakukan migrasi ke daerah sekitar Teluk Tonkin, sebelah utara Vietnam. Di tempat itu mereka mengembangkan kebudayaan bercocok tanam. Dari tempat itu, mereka melakukan migrasi ke Kepulauan Indonesia. Migrasi dilakukan secara bergelombang. Gelombang yang satu dengan berikut berjarak waktu lebih dari 1000 tahun.
(B) Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia. Menurut pakar sejarah, setelah kepunahan jenis Meganthropus, Pithecantropus dan Homo, kepulauan Indonesia dihuni oleh manusia dari ras Austromelanosoid. Belum dapat dipastikan apakah mereka penduduk asli atau pendatang. Berdasarkan keserupaan artefak mesolithikum yang digunakan dengan artefak di Bacson-Hoabinh, dapat diperkirakan bahwa mereka berasal dari Teluk Tonkin. (Bascon Hoabinh terletak di Teluk Tonkin).
Ø Kedatangan Proto-Melayu. Sekitar 2000 SM, penduduk dari ras Melayu Austronesia dari Teluk Tonkin bermigrasi ke Kepulauan Indonesia. Mereka biasa di sebut Proto Melayu atau Melayu Tua. Kedatangan mereka itu mendesak penduduk dari ras Austromelanosoid ke pedalaman, bahkan ke Indonesia bagian timur. Penduduk ras itu menjadi nenek moyang penduduk Papua sekarang. Memasuki Kepulauan Indonesia, Proto Melayu menempuh dua jalur, sesuai dengan jenis kebudayaan yang dibawa.
(a) Jalur pertama menyebar ke Sulawesi, Maluku dan Papua. Masyarakat Proto Melayu yang menempuh jalur ini membawa kebudayaan Neolithikum berupa kapak lonjong. Itulah sebabnya, di bagian timur Indonesia banyak ditemukan artefak Neolithikum berupa kapak lonjong. Keturunan Proto Melayu yang menempuh jalur ini antara lain masyarakat Toraja.
(b) Jalur kedua menyebar ke Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Masyarakat Proto Melayu yang menempuh jalur ini membawa kebudayaan Neolithikum berupa beliung persegi. Itulah sebabnya, di bagian barat Indonesia banyak ditemukan artefak Neolithikum berupa beliung persegi. Keturunan Proto Melayu yang menempuh jalur ini antara lain masyarakat Nias, Batak, Dayak dan Sasak.
Ø Kedatangan Deutero Melayu. Sekitar 500 SM, datang lagi gelombang migrasi penduduk dari ras Melayu Austronesia dari Teluk Tonkin ke Kepulauan Indonesia. Mereka biasa disebut Deutero Melayu atau Melayu Muda. Kedatangan mereka mendesak keturunan Proto Melayu yang telah lebih dahulu menetap. Memasuki Kepulauan Indonesia, masyarakat Deutero Melayu menyebar ke sepanjang pesisir. Ada juga di antara mereka yang masuk ke pedalaman. Keturunan Deutero Melayu antara lain masyarakat Minang, Jawa dan Bugis. Masyarakat Deutero Melayu membawa kebudayaan perunggu. Yang dikenal dengan sebutan kebudayaan Dong Son. Dong Son adalah suatu tempat di Teluk Tonkin tempat asal kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Artefak perunggu yang ditemukan di Indonesia serupa dengan artefak perunggu dari Dong Son.
IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):
(Source: History Matroji.2003.IPS for grade 1. Bandung: PT Gelora Literacy Primary.)
(A) Ancestors Indonesian nation. Ancestors of Indonesia is not human kind Meganthropus palaeojavanicus, Pithecanthropus erectus, or Homo Homo soloensis Wajakensis. Although there are in Indonesia, human beings had been punah.asal kind ancestors of Indonesia can be used two ways, namely the spread of language families and the distribution of farming culture.
(1) Cluster Malay Austronesian. Language spread in Indonesia, including the Malay Austronesian language family. This language family covers a wide area: from Madagascar in Africa to Melanesia and Polynesia in the Pacific Ocean, and from Taiwan to Indonesia.The use of Malay language Austronesian vast region is closely related to the spread of the language. The experts think that the history of the Malay language Austronesian comes from Taiwan.Around 5000 BC, people in Taiwan using a language called Proto-Austronesian (ancient Austronesian). Communities in which it has been known cultivation and animal husbandry. The society then spread to southern China, Vietnam, the Malay Peninsula and Indonesia. There is also the sea to the Philippines continue towards the islands of Indonesia and the Pacific Ocean.
(2) Community Farmers in Yunnan. The transition from hunting and gathering culture to culture farming is a huge change. Change is not possible for Indonesian natives who are used to the life of hunting and gathering food. The experts concluded that the cultural history of farming introduced by immigrant communities. They are already used to grow crops and livestock on the place of origin. Habits that they employ in new places in Indonesia. Immigrants that is the ancestor of the Indonesian nation. Indonesian nation ancestors are from outside Indonesia, from Yunan region, in the south of China (People's Republic of China). The conclusion is evidenced by the similarity of prehistoric artefacts found in the area with prehistoric artifacts in Indonesia. Of artifacts found in Yunnan, it appears that around 3000 BC, the people in the region have known cultivation.Then the Yunan to migrate to the area around the Gulf of Tonkin, northern Vietnam. There they developed a farming culture. From there, they migrated to the islands of Indonesia. Migration done in waves. The one with the next wave is more than 1000 years.
(B) The arrival of the ancestors of Indonesia. According to historians, after the extinction of the type Meganthropus, Pithecantropus and Homo, the Indonesian archipelago is inhabited by people from racial Austromelanosoid. It is not clear whether they are natives or immigrants. Based on the similarity of artifacts mesolithikum used with artifacts in Bacson-Hoabinh, can be estimated that they came from the Gulf of Tonkin. (Bascon Hoabinh located in the Gulf of Tonkin).
The arrival of Proto-Malays. Around 2000 BC, the inhabitants of the Malay race from the Gulf of Tonkin Austronesians migrated to the islands of Indonesia. They are commonly called Old Proto-Malays or Malay. Their arrival was urging residents of inland Austromelanosoid race, even to eastern Indonesia. Residents race to be the ancestors of Papuans now. Entering the Indonesian archipelago, Proto Malays take two paths, according to the type of culture brought.
(A) The first path spread to Sulawesi, Maluku and Papua. Proto Malay community seeked brings culture Neolithic ax oval form. That is why, in the eastern part of Indonesia are found in the form of hatchet shaped Neolithic artifacts. Proto Malay descent, among others, the path of the Toraja people.
(B) The second point spread to Sumatra, Borneo, Java, Bali and Nusa Tenggara. Society of Proto Malays are seeked brings Neolithic culture in the form of square pickaxe. That is why, in the western part of Indonesia, many Neolithic artifacts found in the form of square pickaxe. Descendant of Proto-Malays who take this route include the people of Nias, Batak, Dayak and Sasak.
Second Coming of Malay. Around 500 BC, came another wave of migration of Austronesian Malay race from the Gulf of Tonkin to the islands of Indonesia. They called Deutero Malay or Malay Youth.Their arrival urged Proto Malay descent who had previously settled.Entering the islands of Indonesia, the Deutero Malays spread along the coast. There were also among those who go into the interior.Descendants include the Deutero Malay Minang, Javanese and Bugis. Community Deutero Malays took bronze culture. Known as the Dong Son culture. Dong Son is somewhere in the Gulf of Tonkin hometown bronze culture in Southeast Asia. Bronze artifacts found in Indonesia similar to Dong Son bronze artefacts.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar