Agar tidak Merugi
Prito Windiarto
Belajar dan mengajar. Dua istilah yang akrab di telinga orang yang bergelut dalam dunia pendidikan, termasuk saya selalu mahasiswa. Namun siang itu, entah kenapa saya tertegun mendengar dua kata itu. Selepas sholat zhuhur seorang penceramah menyampaikan kultum yang sedikit banyak membahas tentang pendidikan. Beliau mengintisarikan sebuah ayat dalam Al Qur’an. Kurang lebihnya begini, Allah menegaskan ada 2 golongan yang di akhirat kelak termasuk kelompok yang merugi (Khosirun). Yang pertama adalah golongan orang yang berhenti belajar, berhenti mencari ilmu. Kedua, golongan yang mempunyai ilmu namun tidak mau mengajarkan (membagikan) ilmu yang dimilikinya.
Bagi golongan pertama, alasan yang diutarakan biasanya karena merasa ilmunya sudah banyak. Merasa cukup atas apa yang dimilikinya. Ada yang beralasan sibuk mencari nafkah. Ada juga yang beralasan sudah tua, mencari ilmu hanya untuk orang muda saja. Bahkan ada juga yang beralasan karena merasa begitu bodoh, mencari ilmu itu untuk yang pintar-pintas saja. Pemahaman-pemahaman itu timbul karena anggapan yang keliru di masyarakat. Anggapan bahwa ilmu hanya bisa diraih dengan belajar formal di sebuah institusi. Anggapan bahwa mencari ilmu memerlukan biaya yang tinggil. Padahal sejatinya tidak mutlak demikian. Mencari ilmu tidak harus formal, belajar dari alam, dari kejadian-kejadian, fenomena-fenomena bisa dilakukan siapa saja yang berkeinginan. Atau bisa juga belajar lewat diskusi-diskusi, pengajian-pengajian, atau dari buku. Bukankah buku gudang ilmu? Perihal alasan usia, bukankah sudah masyhur petuah ini : utlubul ilma minal mahdi ila lahdi, carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat.
Bagi golongan kedua. Alasanya karena merasa ilmu itu miliknya, ditempuh lewat sekolah berbiaya mahal, kenapa harus dibagikan secara cuma-cuma? Atau merasa begitu sibuknya dengan urusan-urusan penting sehingga merasa membagikan ilmu bukan suatu prioritas. Dan alasan-alasan lain yang membuatnya enggan. Padahal sejatinya, semua ilmu milikNya. Allah membagikan sebagiannya kepada kita, lalu kenapa kita begitu pelit membagikannya kepada sesama? Bukankah Rasulullah sudah mewanti-wanti : baligu anni walau ayah, sampaikan dariku walau hanya satu ayat.
Semoga ini menjadi renungan kita bersama. Rasa-rasanya tak ada seorangpun ingin termasuk kedua golongan yang merugi itu, bukan? Karenanya mari terus belajar, dan mengajarkan sekemampuan.
*Humas LDK Raudlatul Muttaqin, Pimpinan Umum KPS & Lingustika Unigal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar