MENCARI FAKTA DAN OPINI DI DALAM TAJUK RENCANA (KORAN KOMPAS), JATI DIRI (KORAN JAWA POS), EDITORIAL DI DALAM BAHASA INDONESIA
(sumber pertama, Jawa Pos, edisi: senin, 16 Januari 2012, dan sumber kedua: Ms Indri, Bahasa Indonesia Teach, kelas XI IPS)
Jati Diri
Waspada Krisis Eropa Tak Bisa Lagi Ditunda
PEREKONOMIAN Eropa mengawali 2012 dengan buruk. Jangankan memunculkan “cahaya di ujung terowongan krisis,” yang datang pada tahun baru justru petaka baru, yakni pemangkasan peringkat utang Sembilan Uni Eropa oleh Standard & Poor’s akhir pecan lalu. Lembaga pemeringkat internasional itu kini hanya menyisakan Jerman dari zona euro yang masih memegang grade tertinggi AAA stabil.
Perancis-yang selama ini bersama Jerman memimpin upaya mencari solusi- kehilangan peringkat tertingginya. Bersama Austria, peringkat utang Perancis turun satu level menjadi AA+ dari AAA. Dua Negara itu menghadapi risiko penurunan lebih lanjut. Sementara itu, Finlandia, Belanda dan Luksemburgh mempertahankan rating AAA dengan negative watch.
Semakin kompleksnya krisis di zona euro membuat perekonomian Indonesia semakin waspada. Dalam jangka pendek, terpuruknya peringkat utang itu membuat perbankan Eropa menarik pinjamannya di pasar kredit global. Akibatnya, likuiditas dolar dan euro mengetat. Dampaknya pun terasa di perbankan Asia, yang menerima sekitar 30 persen pendanaan valas dari perbankan Eropa.
Perbankan Indonesia juga tak bisa lepas dari imbas itu. Saat ini brankas bank-bank besar kekurangan likuiditas valas yang diperlukan sector korporasi untuk kegiatan investasi (mengimpor barang modal dan bahan baku). Mengeringnya likuiditas euro dan dolar diperbankan Asia menekan mata uang Asia, termasuk rupiah yang melemah ke kisaran 9.200 per USD dari 8.500 pada pertengahan 2011.
Sampai sebulan ke depan, jika krisis Eropa tidak memburuk, perekonomian masih aman. Bank Indonesia (BI) memiliki cadangan devisa yang cukup, yakni USD 110 miliar pada akhir 2011, untuk menghambat depresiasi rupiah, walau tergerus dari USD 124,6 miliar pada Agustus 2011.
Yang perlu terus mendapat prioritas adalah keterkaitan krisis di Eropa dengan sector riil, khususnya kegiatan ekspor dan impor. Zona euro merupakan pasar tujuan ekspor Indonesia yang utama dengan share sekitar 10 persen. Dari waktu ke waktu, share dari zona euro berkurang. Itu menunjukkan bahwa aka nada imbas krisis zona euro terhadap ekspor Indonesia.
Untuk itu, selain sibuk mengurangi subsidi yang menekan perekonomian domestic dengan pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM), pemerintah harus lebih sigap mengantisipasi krisis zona euro. Beberapa cara dapat dilakukan. Salah satu yang selalu digembar-gemborkan adalah meningkatkan keunggulan domestic. Prioritas itu sangat tepat karena perekonomian Indonesia ditopang cukup banyak sector non-tradabledan didukung pasar domestic yang besar.
Dengan asumsi krisis Eropa akan meluas, sehingga pasar ekspor semakin tidak bisa diandalkan, sudah saatnya menggenjot ekonomi domestic bukan sekadar retorika. Harus ada upaya nyata untuk mempercepat pembangunan interkonektivitas antarpulau. Itu upaya konkret untuk membabat high cost economy dan memompa pasar domestic.
Yang juga tidak kalah penting, meningkatkan antisipasi terhadap dampak tidak langsung krisis Eropa yang berupa peningkatan impor. Negara lain, yang pasar ekspornya ke Amerika Serikat dan Eropa menyusut, juga mencari pasar baru. Indonesia, dengan performa ekonomi yang bagus dan penduduk usia muda yang membesar, adalah target alternative semua Negara produsen global. (*)
- Tiga kalimat fakta:
a) Jangankan memunculkan “cahaya di ujung terowongan krisis,” yang datang pada tahun baru justru petaka baru, yakni pemangkasan peringkat utang Sembilan Uni Eropa oleh Standard & Poor’s akhir pecan lalu.
b) Mengeringnya likuiditas euro dan dolar diperbankan Asia menekan mata uang Asia, termasuk rupiah yang melemah ke kisaran 9.200 per USD dari 8.500 pada pertengahan 2011.
c) Bank Indonesia (BI) memiliki cadangan devisa yang cukup, yakni USD 110 miliar pada akhir 2011, untuk menghambat depresiasi rupiah, walau tergerus dari USD 124,6 miliar pada Agustus 2011.
- Tiga kalimat Opini:
a) Untuk itu, selain sibuk mengurangi subsidi yang menekan perekonomian domestic dengan pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM), pemerintah harus lebih sigap mengantisipasi krisis zona euro.
b) Dengan asumsi krisis Eropa akan meluas, sehingga pasar ekspor semakin tidak bisa diandalkan, sudah saatnya menggenjot ekonomi domestic bukan sekadar retorika.
c) Indonesia, dengan performa ekonomi yang bagus dan penduduk usia muda yang membesar, adalah target alternative semua Negara produsen global.
- Masalah yang sedang terjadi adalah Keterkaitan krisis di Eropa dengan sector riil, khususnya ekspor dan impor Indonesia.
IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english)
FIND IN FACT AND OPINION Editorial (KORAN COMPASS), IDENTITY (KORAN JAVA POS), EDITORIAL IN IN INDONESIAN
(The first source, Jawa Pos, edisi: senin, 16 Januari 2012, second source: Ms Indri, Bahasa Indonesia Teach, kelas XI IPS)
IdentityEurope wary Crisis Postponed Once AgainECONOMY Europe started 2012 with the bad. Never bring up the "light at the end of the tunnel crisis," which came in the new year just a new catastrophe, namely the nine cuts debt ratings of the European Union by Standard & Poor's last weekends. International agencies are now leaving Germany from the euro zone is still holding the highest grade AAA stable.
French-who had been with the German-led efforts to find a solution to lose its highest ranking. Together with Austria, France's debt rating down one level to AA + from AAA. The two countries were at risk of further decline. Meanwhile, Finland, Netherlands and Luksemburgh maintain the AAA rating watch negative.Increasing complexity of the crisis in the euro zone economy is increasingly wary Indonesia. In the short term, the decline of the debt ratings to attract European banks lending in global credit markets.As a result, the dollar and euro liquidity tightens. The impact is felt in the banking Asia, which receives about 30 percent of the funding currency of the European banking.Indonesian banks also could not escape from the impact of that.Currently safes large banks lack the necessary foreign currency liquidity for the corporate sector in investing activities (import of capital goods and raw materials). Euro and dollar liquidity dries diperbankan Asia push Asian currencies, including the rupiah weakened to around 9200 per U.S. dollar from 8500 to mid 2011.Until next month, when the European crisis is worsening, the economy is still safe. Bank Indonesia (BI) has sufficient foreign exchange reserves, ie USD 110 billion at the end of 2011, to prevent depreciation of the rupiah, although eroded from USD 124.6 billion in August 2011.The need to continue to receive priority in the European crisis is a linkage with the real sector, particularly export and import activities.The euro zone markets are the main export destination Indonesia with around 10 per cent share. From time to time, the share of the euro zone is reduced. Aka tone that suggests that the impact of eurozone crisis on Indonesia's exports.Therefore, in addition to a busy reducing domestic subsidies that harm the economy by limiting fuel oil (BBM), the government should be more alert to anticipate the crisis the euro zone. Some ways to do. One that always heralded the increasing domestic excellence.Priority was very appropriate because Indonesia's economy is sustained quite a lot of non-tradable sector and supported by a large domestic market.Assuming the European crisis will spread, so the export market increasingly unreliable, it's time to boost the domestic economy is not just rhetoric. There should be a real effort to accelerate the development of interconnectivity between islands. That concrete efforts to clear the high cost economy and pump up domestic markets.Is also not less important, increasing the anticipation of the indirect impact of European crisis by increasing imports. Other countries, which export markets to the United States and Europe shrinks, also looking for new markets. Indonesia, with good economic performance and a growing young population, is the target of an alternative global manufacturer of all States. (*)
1. The fact three sentences:
a) Never bring up the "light at the end of the tunnel crisis," which came in the new year just a new catastrophe, namely the nine cuts debt ratings of the European Union by Standard & Poor's last weekends.
b) the drying up of liquidity of the euro and the dollar hit diperbankan Asia Asian currencies, including the rupiah weakened to around 9200 per U.S. dollar from 8500 to mid 2011.
c) Bank Indonesia (BI) has sufficient foreign exchange reserves, ie USD 110 billion at the end of 2011, to prevent depreciation of the rupiah, although eroded from USD 124.6 billion in August 2011.
2. Three sentences Opinion:
a) To that end, in addition to a busy reducing domestic subsidies that harm the economy by limiting fuel oil (BBM), the government should be more alert to anticipate the crisis of the euro zone.
b) Assuming the European crisis will spread, so the export market increasingly unreliable, it's time to boost the domestic economy is not just rhetoric.
c) Indonesia, with good economic performance and a growing young population, is the target of an alternative global manufacturer of all States.
3. The problem that is happening is a crisis in the European linkage with the real sector, particularly export and import of Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar