ESAI SASTRA Puisi, Curahan Hati?




ESAI SASTRA
Puisi, Curahan Hati?

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kritik & Esai

Disusun oleh :
3F

Prito Windiarto
Intan Nur Pratiwi
Chaerunisa
Daryanto
M. Bahaudin Toqota


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH

2012


 Puisi, Curahan Hati?

Kenang
Pipit Taufik
Haruskah ku tanpamu?
Haruskah ku sendiri?
Tak sanggup aku menahan rindu ini
Tak sangggup aku menahan air mata ini
Semua kenangan kita, yang telah kita lalui
Semua air mata yang telah kita alami
Hilang sudah tak kembali
Kumohon kenanglah aku
Walaupun diriku telah menyakitimu
Kumohon berjanjilah padaku
Tak seindah bersamaku, saat kau telah memilikinya
(Pipit Taufik, Kumpulan Puisi Lagu Rindu, 2010)

            Puisi berjudul kenang karya Pipit Taufik ini bertemakan percintaan, lebih persisnya perihal patah hati. Penyair mengungkapkan kegundahan hati karena berpisah dengan kekasihnya. Si penyair menyakiti hati kekasihnya kemudian memutuskan hubungan dengannya. Namun pada akhirnya ia menyesali keputusannya itu. Ini dibuktikan dengan kutipan berikut : “Kumohon kenanglah aku/walaupun diriku telah menyakitimu.” Bahkan penyair merindukan kembali sang mantan itu, buktinya : “Tak sanggup aku menahan rindu ini/tak sanggup aku menahan air mata ini.”
            Puisi ini lebih cenderung berbentuk curahan hati penyair. Berisi luapan emosional atas kepedihan yang menghampirinya. Penyair menuangkan gagasan dalam puisinya hanyalah berupa luapan ekspresional perasaan. Puisi ini seolah diciptakan hanya untuk dirinya sendiri, sehingga rasa ‘kepemilikan’ pembaca kurang terakomodir. Kami selaku pembaca seperti tidak diizinkan ikut merasakan apa yang dirasakan penyair. Tak tampak proses perenungan mendalam dalam penciptaan puisi ini. Indikatornya, terlihat dari segi bahasa yang digunakan tidak terlalu mendalam. Makna dan amanat terkesan dangkal.
            Pada sisi perasaan, penyair tampak tidak konsisten. Pada satu sisi ia menyakiti kekasihnya, pada sisi lainnya ia justru menyesali keputusannya itu.
            Dalam kaitannya dengan pendidikan karakter yang sekarang sedang gencar digalakan, puisi ini tampaknya kurang cocok digunakan sebagai bahan ajar apresiasi sastra di sekolah. Puisi ini kurang menunjukan pesan moral yang baik. Dari segi pengunaan bahasa puisi ini tidak terlalu memperlihatkan diksi yang mantap. Tidak banyak metafor atau majas-majas lain yang mempercantik tampilan puisi. Bahkan dalam puisi tersebut terdapat konteks yang maknanya kami rasa kurang jelas. Simak kutipan berikut: “Kumohon berjanjilah padaku/Tak seindah dulu, saat kau telah memilikinya”
            Secara umum, puisi ini termasuk baik jika dilihat dalam pengertian bahwa puisi adalah sebuah karya yang merupakan ekspresi penyair terhadap apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya. Namun sebaliknya jika dilihat  dari sisi bahwa pembelajaran sastra (termasuk puisi) bertujuan untuk memperhalus budi pekerti siswa, juga sebagai bagian dari pembentukan karakter, maka puisi “kangen” ini kurang cocok digunakan sebagai bahan ajar. Pendapat ini diambil berdasar telaah isi dan telaah bahasa.
Dari telaah bahasa kita mendapati puisi ini tidak menggunakan permainan diksi ciamik. Begitu halnya penggunaan majas-majas penghias yang minim. Dari telaah isi kita mendapati, puisi ini bertema percintaan, patah hati. Lebih berbentuk curahan hati pribadi, tanpa keterlibatan pembaca secara intents. Dari segi isi, pesan moral dan amanat yang disampaikan tidak terlalu banyak, bahkan terlihat inkonsistensi sikap dalam diri penyair itu sendiri.
Sejatinya, menurut hemat kami tidak menjadi soal ketika penyair menulis puisi yang mencerminkan curahan hatinya. Namum alangkah lebih elok jika curahan itu melewati proses kontemplasi yang dalam, sehingga pembaca memperoleh hikmah dari apa yang diungkapkan penyair. Selain itu yang tak boleh dilupakan adalah pemilihan diksi yang apik akan memberikan sensasi yang unik. Pada akhirnya puisi curahan hati yang melewati proses perenungan yang mendalam dan pemilihan diksi yang baiklah yang akan memberikan energidan imaji kuat di benak pembacanya (penikmat sastra).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar