Pemeliharaan Tubuh/ Jiwa dan Ilmu Kesehatan, di dalam Ilmu Kesehatan
(Sumber: Soerjohardjo, Sadatoen.1986. Ilmu Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas. Bandung:LubukAgung.)
1) Jasmani dan rohani erat sekali hubungannya dan saling mempengaruhi
Menjaga kesehatan jasmani sja tanpa memperhatiak kesehatan rohani tidak ada gunanya. Antara jasmani dan rohani ada hubungan yang erat sekali hingga tidak mungkin untuk emmisahkan kedua itu satu sama lain. Perubahan pada jasmani dapat berpengaruh pada kejiwaan seseorang. Sebaliknya perubahan pada rohani dapat berpengaruh pula pada jasmani. Misalnya: bila seseorang takut, (perubahan pada kejiwaan), maka wajahnya pucat, keluar keringat, pukulan nadi lebih cepat, jantung mungkin berdebar-debar (perubahan jasmani). Seseorang yang lama sakitnya (misalnya lumpuh, tbc atau lain-lain) lama-lama akan emngalami perbahan kejiwaan: menjadi apatis, bersifat masa bodoh, harapan di masa depan kabur, dan lain-lain
2) Lelah rohani. Lelah rohani adalah suatu masalah yang sering dilupakan orang, padahal lelah jenis ini tidak kurang buruk akibatnya bila terus menrus diderita oleh seseorang. Hal yang dapat menyebabkan lelah rohani, antara alin:
Ø Terus menerus belajar tanpa menghiraukan istirahat yang cukup dan gerak badan di udara yang segar dan bersih. Hal ni seringkali terapat pada pelajar yang tengah menghadapi ujian. Perlu diketahui bahwa cara belajar yang sebaiknya adalah: teratur dan tiap hari (kecuali hari Minggu atau hari lain yang memang disediakan untuk istirahat). Yang sering kita jumpai ialah pelajar berhari-hari atau berminggu-minggu tidak memgang buku atau diktat. Bila ada ulangan, barulah mereka belajar mati-matian untuk mendapatkan angka baik. Cara belajar semacan ini salah. (memberi ulangan sekonyong-koyong dala keadaan seperti ini baik sekali. Pelajar mau tidak mau dipaksakan untuk siap setiap waktu dengan ilmu. Di beberapa sekolah hal ini memang dijalankan dengan sebaik-baiknya). Mungkin sekali pada saat ujian pelajar sudah lelah rohaninya, mungkin pula jatuh sakit. Hasilnya ialah … tidak lulus.
Ø Pekerjaan di kantor yang terus menerus memakan tenaga otak dan fikiran tanpa diselingi istirahat yang cukup. Bagi mereka yang betul memeras tenaga otak, suatu “weekend” ditempa yang udaranya sejuk dan segar (ke gunung misalnya) betul dapat memberi “metal relax” dalam arti yang sesungguhnya. Bahkan dengan berbuat demikian mungkin dapat dicapai prestasi kerja yang lebih gemilang. (sayang suatu weekend dilakukan oleh setiap orang karena biaya yang tidak sedikit). Untunglah mental relax seperti yang disebut di atas tidak mutlak, dapat juga dicapai dengan pergantian suasana dan tempat dengan cara yang lebih sederhana dan yang lebih penting lagi ialah bagaimana sikap masing-masing individu dalam menghadapi tiap persoalan atau tantangan hidup.
Ø Lingkungan pekerjaan yang tidak disukai. Hal ini secara sadar atau tidak sadar menekan jiwa dan lambat laun dapat memberikan gejala lelah rohani.
Ø Persoalan hidup yang kadang-kadang atau sering sukar di dapat penyelesaian. Hal ini memberi tekanan jiwa yang tidak kecil yang lambat laun dapat menimbulkan pula gejala lelah rohani; kadang sampai menyebabkan perubahan struktur kejiwaan (sakit jiwa).
Gejala lelah rohani dapat bertingkat dari yang ringan sampai yang berat: berpikir lekas jemu, tak dapat atau skar memusatkan pikiran, berpikir menjadi lambat, lekas lupa, lekas marah-marah, kurang dapat menguasai diri, nafsu makan berkurang, sukar tidur, dan lain-lain.
Dalam tingkat yang lebih berat orang lebih mudah kacau seperti kehilangan ekmudi dan kalau berbicara banyak salahnya. Dalam keadaan seperti ini kapasitas kerja menjadi kurang, mungkin nol dan akibat bagi orang itu sendiri semakin buruk (dapat menjadi penyakit yang mengenai kejiwaan).
Anjuran:
Ø Bekerjalah secara teratur dan sistematis
Ø Tiap kerja baik yang bersifat jasmani maupun rohani harus diimbangi dengan istirahat yang cukup
Ø Selekas mungkin mendapat penyelesaian bila ada persoalan yang menekan kejiwaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar