KONSEP PUSKESMAS

Learning Objective
• Konsep puskesmas
• Program-program puskesmas
• Pembiayaan kesehatan masyarakat
• Pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan pemukiman (P2TB, Pneumonia, AIDS, Malaria, DHF, Imunisasi, Gizi)
Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakernas) I di Jakarta tahun 1968 menghasilkan suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas). Dan puskesmas pada waktu itu dibedakan dalam 4 macam, yaitu :
1. Puskesmas tingkat desa
2. Puskesmas tingkat kecamatan
3. Puskesmas tingkat kewedanan
4. Puskesmas tingkat kabupaten


Pada rakernas II thn 1969, pembagian puskesmas di bagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Puskesmas tipe A, dipimpin oleh dokter penuh
2. Puskesmas tipe B, dipimpin dokter tidak penuh
3. Puskesmas tipe C, dipimpin oleh tenaga paramedik.

Sejak thn 1979 puskesmas dibagi dalam 2 kategori, yaitu :
1. Puskesmas kecamatan (puskesmas pembina)
2. Puskesmas kelurahan/desa (puskesmas pembantu)
3. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yg merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kpd masyarakat di wilayah kerjanya dlm bentuk kegiatan pokok (Azrul Anwar, 1980)
4. Puskesmas juga dapat didefinisikan sbg unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yg bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004)
5. Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dlm wilayah kerjanya.

Pelayanan Kesehatan Puskesmas.
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yg menyeluruh yang meliputi pelayanan
1. Kuratif (pengobatan)
2. Preventif (upaya pencegahan)
3. Promotif ( Peningkatan Kesehatan)
4. Rehabilitatif (Pemulihan Kesehatan)

Sebelum ada puskesmas, pelayanan kesehatan di kecamatan meliputi balai pengobatan, balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA), usaha higyene sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dll. Usaha tsb masih bekerja sendiri-sendiri dan langsung melapor kepada kepala dinas kesehatan daerah tingkat II.


Wilayah kerja puskesmas
 Meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan
 Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi merupakan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas
 Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap puskesmas

Fungsi PUSKESMAS
 Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
 Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat
 Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kpd masyarakat di wilayah kerjanya

Peran Puskesmas
 Dalam konteks otonomi daerah, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sbg institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

Pelayanan dasar puskesmas
 Promosi kesehatan (contoh: membangun fasilitas, promosi bentuk pamflet)
 Gizi (memberi susu ibu hamil)
 Kesehatan ibu dan anak (cntoh: diperhatikan bidan yang siap, UKS disekolahan)
 Kesehatan lingkungan
 Pemberantasan penyakit menular
 Balai pengobatan
 Sistem informasi


Kegiatan pokok puskesmas
Delapan belas kegiatan pokok puskesmas adalah
1. Upaya kesehatan ibu dan anak
2. Upaya keluarga berencana
3. Upaya peningkatan gizi
4. Upaya kesehatan lingkungan
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
7. Upaya penyuluhan kesehatan
8. Upaya kesehatan sekolah
9. Upaya kesehatan olahraga
10. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
11. Upaya kesehatan kerja
12. Upaya kesehatan gigi dan mulut
13. Upaya kesehatan jiwa
14. . Upaya kesehatan mata
15. Upaya laboratorium sederhana
16. Upaya pelaporan dan pencatatan dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan
17. Upaya Kesehatan Lansia
18. Upaya Pembinaan pengobatan tradisional

Lokakarya mini puskesmas
 Upaya menggalang kerjasama tim untuk p’gerakan dan p’laksanaan upaya kesehatan
 Kerjasama lintas sektoral (pak RT, Kades)
 Raker bulanan
 Raker tiga bulanan (3 bulan 1x diadakan lokakarya mini)

Lokakarya mini:
melaksanakan musyawarah antara perawat dan kader masyarakat/ormas untuk mengadakan diskusi.

Mikroplaning
 Penyusunan rencana 5 tahunan
 Rencana tiap tahun
 Meningkatkan cakupan pelayanan
 Fungsi puskesmas meningkat
 Pelaksanaan kegiatan pokok diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Oleh karena itu kegiatan pokok puskesmas ditujukan untuk kepentingan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya.
Satuan Penunjang
Sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah, sarana perhubungan serta kepadatan penduduk dlm wilayah kerja, maka perlu di tunjang dengan unit-unit di bawah ini :
1. Puskesmas pembantu
adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dlm ruang lingkup wilayah yg lebih kecil.
Dalam Repelita V wilayah kerja pustu meliputi 2-3 desa atau dgn jmlh penduduk 2500 (luar jawa&bali) sampai 10.000 orang (jawa&bali)

2. Puskesmas Keliling
merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yg dilengkapi dgn kendaraan bermotor roda 4 atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yg berasal dari puskesmas
3. Bidan yg bertugas di desa
 Ditempatkan di suatu desa dan bertanggung jawab langsung kpd kepala puskesmas.
 Wilayah kerja dgn jmlh penduduk rata-rata 3000 orang
 Tugas utama adalah membina peran serta masyarakat melalui pembinaan posyandu dan pertolongan persalinan langsung di rumah

Peran perawat di puskesmas
 Melaksanakan fungsi-fungsi manajerial
 Melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan
 Mengoordinasi kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat
 Mengoordinasi pembinaan peran serta masyarakat melalui pendekatan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
 Mengoordinasikan kegiatan lain seperti kegiatan lintas sektoral

Pembiayaan kesehatan masyarakat
 Sumber-sumber pembiayaan kesehatan dapat diperoleh dari pemerintah, swasta, masyarakat dalam bentuk pembiayaan langsung (fee for service) dan asuransi, serta sumber-sumber lain dalam bentuk hibah atau pinjaman luar negeri

Asuransi Kesehatan Adalah suatu mekanisme pengalihan resiko (sakit) dari resiko perorangan menjadi resiko kelompok.


 Unsur-unsur Asuransi Kesehatan
1. Adanya perjanjian
2. Adanya pemberian perlindungan
3. Adanya pembayaran premi oleh masyarakat

Jenis Asuransi yang berkembang di Indonesia
 Asuransi kesehatan sosial ( social health insurance)
Contoh: PT Askes untuk PNS dan penerima pensiun, PT Jamsostek untuk tenaga kerja swasta
 Asuransi kesehatan komersial perorangan (private voluntary health insurance)
Contoh : Lippo Life, BNI Life, Tugu mandiri,dll
 Asuransi kesehatan komersial kelompok (regulated private health insurance)
Contoh: produk Asuransi kesehatan Sukarela oleh PT Askes
Jamkesmas
Sesuai dengan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), pemerintah mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah satunya adalah melalui program jaminan kesehatan yg diselenggarakan secara nasional berdasarkan mekanisme asuransi sosial . Berdasarkan SK no 1241/Menkes/SK/XI/2004 tentang penugasan PT Askes dalam Pengelolaan Program Pemeliharaan Kesehatan bagi masyarakat miskin. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin, program ini berganti nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). (Depkes,2008)

Pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan pemukiman
1. Tuberkulosis
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium tuberculosis ditandai dengan batuk yang terus menerus selama lebih dari 1 bulan,penurunan berat badan dan keringat dingin pada malam hari.
 Tuberkulosis biasanya menjadi kasus yang sering dijumpai pada kondisi sanitasi maupun lingkungan yang kumuh/ buruk.
 TBC ditularkan melalui percikan dahak penderita ketika batuk, bersin, berbicara atau meludah. Seorang penderita TBC dengan status BTA positif dapat menularkan kepada 10-15 orang setiap tahunnya(Depkes,2005)

 Beban TBC di Indonesia masih sangat tinggi, khususnya mengenai angka kesembuhan yang ada akibat dari proses pengobatan yang berjalan dalam jangka waktu yang lama yakni selama minimal 6 bulan dan resiko terjadinya resistensi obat
 Sehingga pemerintah melalui kegiatan puskesmas melaksanakan program penanggulangan dan pemberantasan penyakit menular (P2M) untuk TBC dengan strategi DOTS (Directly, Observed, Treatment, and Short Course)
 TBC jika parah menjadi TBR (tibi resisten) jika pasien tak mau minum obat.


STRATEGI DOTS (program untk penderita TBC)
 Directly à Melalui tindakan langsung memberikan intervensi terhadap pasien yang diketahui menderita TB dan keluarganya, dapat juga segera melaksanakan rujukan secara tepat agar dapat ditangani dan mendapatkan pengobatan. (Tak boleh menuggu lama pengobatan)
 Observed à Mengobservasi lingkungan dan obatnya. selalu mmemantau perkembangan pasien ddan kketaatan dalam melaksanakan program kuratif
 Treatment à Memberikan pengobatan dengan OAT (Obat Anti Tuberkulosa) baik di tingkat puskesmas ataupun R.S dimana obat didapatkan secara gratis
 Short Course à Memberikan edukasi dan pembelajaran secara singkat dan jelas mengenai penularan, Pengawas Minum Obat dan Pengobatan TBC yang harus dilakukan minimal 6 Bulan


2. DHF (Dengue Hemorraghie Fever) demam berdarah
 Disebabkan Virus dengue yang termasuk Arbovirus (Virus RNA)
 Mempunyai 4 serotipe :
Den1, Den2, Den3, Den4
 Di daerah endemis, seseorang dapat terinfeksi oleh 3-4 serotipe selama hidupnya
 Cara penularan : melalui gigitan nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus
 Gejala klinis biasanya Demam 2-7 hari (naik turun),mialgia, terdapat bintik2 merah, dapat disertai perdarahan spontan maupun trombositopenia (penurunan trombosit)

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD
 Pertumbuhan penduduk yang tinggi
 Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali
 Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yg efektif
 Peningkatan sarana transportasi

Faktor-faktor yg mempengaruhi morbiditas & mortalitas
 Status imunitas
 Kepadatan vektor nyamuk
 Transmisi virus Dengue
 Keganasan virus Dengue
 Kondisi geografis
 Pola berjangkitnya infeksi virus Dengue dipengaruhi iklim dan kelembapan.
 Pada suhu panas (28-320C) dan kelembapan tinggi, nyamuk Aedes Aegypti bertahan hidup untuk jangka lama



1. PENGELOLAAN LINGKUNGAN
 Upaya pencegahan atau mengurangi perkembangbiakan vektor, shg mengurangi kontak antara vektor dengan manusia
dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
 Sumber utama perkembangbiakan Aedes Aegypti adalah di wadah penampungan air untuk keperluan rumah tangga, vas bunga, perangkap semut, wadah air di bawah kulkas dll.
Di perkotaan, ban mobil bekas merupakan tempat perkembangbiakan Aedes.

2. PERLINDUNGAN DIRI
 Dengan pakaian pelindung, obat nyamuk atau repellent yang intinya mengurangi resiko gigitan nyamuk..

3. PENGENDALIAN BIOLOGIK
 Pengendalian Jentik Vektor dengan ikan pemakan jentik (Gambusia affinis dan Poecilia reticulata).
Epidemiologi: pemberantasan jentik nyamuk

4. PENGENDALIAN DG BHN KIMIAWI
 Pemberantasan jentik utk wadah ttt dg larvasida (sulit dilakukan dan mahal).
 Pengasapan dg insektisida
 Cara ini sebenarnya tdk efektif krn hanya berpengaruh kecil thd pop. nyamuk, juga menimbulkan rasa ‘aman semu’ yg bisa mengganggu prog. PSN.

 KASUS AIDS PERTAMA DI INDONESIA, DILAPORKAN
TAHUN 1987 KASUS TERUS MENINGKAT, SEHINGGA
DATA SAMPAI DENGAN DESEMBER 2005 TERCATAT :
HIV : 4244
AIDS : 5321

PROPINSI DENGAN KASUS AIDS TERBANYAK s / d
DESEMBER 2005
1. DKI JAKARTA : 1927 2. PAPUA : 832
3. JATIM : 724 4. JABAR : 382
5. RIAU : 250 6. BALI : 226


KENYATAAN EPIDEMI AIDS DI INDONESIA SAAT INI
 AIDS ada diseluruh propinsi dan > 50 % kabupaten
o / kota.hampir setiap propinsi ada informasi ibu hamil
o dengan hiv + dan anak hiv atau aids
 Secara nasional indonesia masih tergolong
o low prevalence country, tetapi mengarah ke
o concentrated level of epidemic, yang artinya
o terdapat epidemi atau peningkatan yang tinggi
o dari prevalensi hiv ( > 5% ) di beberapa tempat
o atau populasi


SITUASI HIV / AIDS PADA PEREMPUAN DAN ANAK
 > 6,5 JUTA WANITA DI INDONESIA MENJADI
POPULASI RAWAN TERTULAR & MENULARKAN
 > 24.000 WUS TELAH TERINFEKSI HIV
 > 9.000 WANITA HIV + HAMIL SETIAP TAHUNNYA
 > 30 % NYA MELAHIRKAN BAYI YANG TERTULAR
BILA TIDAK ADA PENYULUHAN

PEREMPUAN & ANAK …………………………. SIAPAKAH MEREKA ?
 PASANGAN MUDA DARI PENGGUNA NAPZA SUNTIK
o ( IDU ) YANG TIDAK MENYADARI SUDAH TERTULAR
o HIV
 ISTRI ATAU PASANGAN SEX ODHA PRIA
 BAYI ATAU BALITA DENGAN GANGGUAN TUMBUH
o KEMBANG
 BAYI ATAU BALITA DENGAN INFEKSI BERULANG

PROBLEM SAAT INI :
TRANSMISI VIRUS MELALUI IDU BERLANGSUNG
o SANGAT CEPAT
UPAYA PENANGGULANGAN BERJALAN LAMBAT DAN
o KALAH DENGAN PERGERAKAN HIV YANG CEPAT
KOMITMEN POLITIS MASIH KURANG ( KPA BELUM
o BERFUNGSI )
PERATURAN PERUNDANGAN BELUM MEMADAI


TEMUAN DI LAPANGAN :
 MASYARAKAT BELUM MENGETAHUI CARA PENULARAN &
PENCEGAHAN HIV / AIDS
 MASYARAKAT BELUM MENGETAHUI KEBERADAAN KPA DAN JUGA
LSM YANG BERGERAK DI BIDANG HIV / AIDS
 STIGMA & DISKRIMINASI MASIH TERJADI
 BIMBINGAN PADA TENAGA MEDIS / PARAMEDIS UNTUK PROGRAM
HIV / AIDS BELUM OPTIMAL
 BANYAK MASYARAKAT & KELOMPOK RISTI TAK MENGETAHUI
DIMANA & BAGAIMANA MENDAPATKAN TES HIV
 MEDIA MASSA KURANG MEMBERI INFORMASI YANG CUKUP
 AIDS MASIH DIPANDANG SEBAGAI MASALAH & TANGGUNG JAWAB
KESEHATAN SEMATA ( PENGINGKARAN AIDS SEBAGAI MASALAH
SOSIAL )


APA YANG HARUS DILAKUKAN ?
 PENANGGULANGAN SECARA KOMPREHENSIF
 KOORDINASI TEKNIS PROGRAM OLEH KPA KOTA
 MONITORING & EVALUASI OLEH KPA
 INTENSIFIKASI PROGRAM PENCEGAHAN, TERMASUK
o VCT


 KEPMENKES No. 1611/ MENKES/ SK/ XI/ 2005, TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN IMUNISASI.
 PEMBERLAKUAN UU No 32 TAHUN 2004 DAN UU No 33 TAHUN 2004
 PROGRAM IMUNISASI SEBAGIAN BESAR MENJADI TANGGUNG JAWAB KAB/ KOTA
 KECENDERUNGAN MENINGKATNYA KLB PD3 I (POLIO, CAMPAK)


Jenis Penyakit yang dapat dicegah dengan program Imunisasi adalah :
1. Difteri (penyakit radang tenggorokan) ttd: ada selaput kebiruan di amandel, panas.
2. Pertusis (batuk terus 1 hari tanpa henti)
3. Tetanus (kombol)
4. Tuberculosis
5. Campak
6. Poliomyelitis
7. Hepatitis B


DIFTERI
 Disebabkan bakteri Corynebacterium Diphtheriae
 Penyebarannya melalui kontak fisik dan pernafasan
 Gejala awal :
Radang tenggorokan
Hilang nafsu makan
Demam ringan
Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiruan pada tenggorokan dan tonsil
 Komplikasi : gangguan pernafasan (kematian)


PERTUSSIS
 Batuk rejan atau batuk 100 hari
 Disebabkan bakteri Bordetella Pertussis
 Penyebaran : melalui percikan ludah (droplet infection) waktu batuk atau bersin
 Gejala : pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk (menggigil dan keras)
 Komplikasi : Pneumonia Bacterialis (kematian)

TETANUS
Penyebab : Clostridium Tetani yang menghasilkan neurotoksin
Penyebarannya melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam
Gejala : Kaku otot pada rahang dan leher
Kesulitan menelan
Kaku otot perut
Demam
Pada bayi ada gejala berhenti menetek (sucking), kejang hebat, tubuh jadi kaku
Komplikasi :Patah tulang (akibat kejang)
Pneumonia dan infeksi lain (kematian)


TUBERKULOSIS
Disebabkan Mycobacterium Tuberculosa
Menyebar melalui pernafasan
(lewat bersin atau batuk)
Gejala : Lemah badan, penurunan BB, demam, keringat malam
Batuk terus menerus (kronis)
Gejala lain tergantung organ yang terkena
Komplikasi : Dapat menyebabkan kelemahan dan kematian


CAMPAK
 Disebabkan virus (Myxovirus Viridae Measles)
 Disebarkan melalui udara (percikan ludah) waktu bersin atau batuk
 Gejala :Demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, mata merah
Ruam pada muka dan leher, menyebar ke tubuh, tangan dan kaki
 Komplikasi adalah diare hebat, peradangan telinga dan pneumonia

POLIOMYELITIS
o Penyakit SSP yang disebabkan virus Polio
 (tipe 1,2 atau 3)
o Secara klinis adalah AFP (Acute Flaccid Paralysis) yaitu lumpuh layu akut pada anak usia < 15 th o Penyebaran penyakit melalui tinja yang terkontaminasi o Gejala : Demam, nyeri otot • Kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit o Komplikasi : kelumpuhan otot-otot pernafasan (kematian) HEPATITIS B  Penyakit ini disebabkan virus Hepatitis B yg merusak hati  Penularan penyakit secara horisontal dan vertikal Horisontal : dari darah dan produknya mll suntikan, transfusi darah, hubungan seks yg tdk aman Vertikal : dari ibu ke bayi selama proses persalinan  Gejala : Merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain spt flu Warna kuning pada mata atau kulit Urin menjadi kuning  Komplikasi : bisa menjadi kronis dan timbul Chirrosis Hepatis dan Kanker Hati (kematian) JENIS DAN SIFAT VAKSIN  Vaksin adalah produk biologis yang terbuat dari : • kuman • komponen kuman • racun kuman  yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh PENGGOLONGAN VAKSIN  Menurut sensitivitasnya terhadap suhu, vaksin digolongkan menjadi : a). Freeze Sensitive (FS) : sensitive thd beku DPT, DT, TT, HB dan DPT-HB b). Heat Sensitive (HS) : sensitive thd panas Campak, Polio dan BCG JENIS VAKSIN PROGRAM RUTIN BCG ( Bacillus Calmette Guerine)  Indikasi : kekebalan aktif terhadap Tuberkulosis  Cara pemberian : vaksin harus dilarutkan dulu dengan ADS (Aquades steril) 5 ml.  Dosis : 0,05 ml 1 kali disuntikkan intra cutan, di lengan kanan atas (insertio m. Deltoideus)  Vaksin yg sdh dilarutkan harus digunakan sebelum 3 jam (jangan melarutkan vaksin sebelum sasaran datang)  Kontraindikasi : penyakit kulit berat sedang menderita TBC (berikan sedini mungkin) DPT – HB Indikasi : kekebalan aktif terhadap Difteri, Pertusis, Tetanus dan Hepatitis B Cara :Disuntikkan intramuskular 0,5 ml sebanyak 3 dosis • Dosis pertama usia 2 bulan, selanjutnya interval min 4 mg. Kontraindikasi : Gejala abnormal pada otak/syaraf o Mengalami penyakit parah pada dosis pertama Efek samping : lemas, demam, kemerahan pada tempat penyuntikan VAKSIN T T  Indikasi : Pemberian kekebalan aktif terhadap Tetanus. o Diberikan pada WUS atau ibu hamil. Untuk mencegah Tetanus pd bayi baru lahir dan pada ibunya.  Cara : Vaksin harus dikocok dulu agar homogen. • Disuntikkan intramuscular atau subcutan dalam. • Dosis 0,5 ml diberikan 2 dosis dgn interval 4 minggu. • Untuk mempertahankan kekebalan terhadap Tetanus pada WUS diberikan 5 dosis.  Kontraindikasi : gejala berat pada dosis pertama VAKSIN DT  Indikasi : pemberian kekebalan terhadap Difteri dan Tetanus  Cara : Vaksin harus dikocok dulu supaya homogen Disuntikkan intramuskular atau subkutan dlm Dosis pemberian 0,5 ml  Untuk usia > 8 tahun dianjurkan menggunakan vaksin DT
 Efek samping : lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan

POLIO
(OPV : Oral Polio Vaksin)
o Vaksin Polio Trivalent tdd suspensi virus Poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan
o Indikasi : pemberian kekebalan aktif terhadap Polio
o Cara : Secara oral, 1 dosis adalah 2 tts
• Pemberian 4 kali dengan interval minimal 4 mg
• Setiap vial baru harus menggunakan penctes/dropper baru
o Efek samping : Tidak ada
o Paralisis akibat vaksin sangat jarang terjadi (<0,17 per 1.000.000)

CAMPAK
 Indikasi : pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak
 Cara : Vaksin dilarutkan dengan pelarut stetil yg berisi 5 ml cairan pelarut
• Dosis 0,5 ml disuntikkan subkutan pd lengan kiri atas pada usia 9-11 bulan
• Ulangan (booster) pada usia 6-7 th (kls 1 SD)
 Kontraindikasi (yang dilarang): penyakit immunodeficiency
o (Leukimia, Limfoma)
 Efek samping : demam dan kemerahan pd tempat vaksinasi




Tidak ada komentar:

Posting Komentar