HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI


Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam melakukan interaksi dengan sesama. Kita pada suatu waktu merasakan komunikasi yang kita lakukan menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang kita diterima. Hal ini terjadi karena setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang disampaikan.
Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal yaitu:

1. Hambatan Fisik :

a. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.

b. Gangguan. Noises
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.
Dapat saja ini menjadi faktor penentu materi komunikasi kita tidak dipahami. Anda terus menyampaikan materi sementara kegaduhan pun Anda biarkan. Buatlah aturan yang disepakati agar kegaduhan tidak berlangsung tanpa kendali. Tidak apa-apa ada kegaduhan. Namun, jangan dibiarkan terlalu lama. Gaduh untuk jangka waktu 1 menit. Setelah itu, fokus lagi dalam pembelajaran.

c. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta).
Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan sebagainya. Terimalah mereka apa adanya. Mereka pasti memiliki potensi unggul lain yang perlu digali. Anda harus siap menerima kenyataan tersebut seraya mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi misalnya dengan cara belajar bahasa yang mereka dapat pahami.

d. Teknik bertanya yang buruk.
Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan sanggup menggali pemahaman orang lain, tidak sanggup mengetahui apa yang dirasakan orang lain. Oleh karena itu, kembangkan selalu teknik bertanya kepada orang lain. Bahwa setiap individu memiliki modalitas belajar yang berbeda-beda.

e. Teknik menjawab yang buruk.
Kesulitan seseorang memahami materi yang disampaikan karena komunikator tidak mampu menjawab dengan baik. Pertanyaan bukannya dijawab, melainkan dibiarkan. Pertanyaan justru dijawab tidak tepat. Salah satu teknik menjawab yang buruk adalah komunikator tidak memberikan kesempatan individu menyelesaikan pertanyaan lalu langsung di jawab oleh komunikator.

f. Kurang menguasai materi.
Ini faktor yang sangat jelas. Begitu Anda tidak menguasai materi, itulah hambatan komunikasi Anda. Kompetensi profesional salah satu maknanya adalah Anda menguasai materi secara mendalam bahkan ditambahkan lagi, meluas.

g. Kurang persiapan.
Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran dapat optimal jika kita tidak menyiapkan perencanaan dengan baik. Oleh karena itu, pastikan bahwa kita telah merencanakan pembelajaran.


2. Hambatan Psikologis :

a. Mendengar.
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.

b. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
Seringkali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai dengan ide, gagasan dan pandangan kita padahal kalau dicermati sangat berhubungan dengan ide kita, padahal ada kalanya gagasan kita yang kurang benar.

c. Menilai sumber.
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.

d. Pengaruh emosi.
Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.

e. Kecurigaan.
Kembangkanlah sikap berbaik sangka apakali semua orang. Kita hendaklah berpikir baik atau positif bahwa materi ini bisa dipahami oleh semua orang. Komunikator curiga pada komunikan akan membawa suasana pembelajaran tidak kondusif.

f. Tidak jujur.
Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama pembelajaran berlangsung dan juga di luar pembelajaran. Kita harus jujur. Jangan bohong. Jujurlah jika memang tidak tahu. Ilmu itu sangat banyak. Sarana memperoleh ilmu pun sangat beragam.

g. Tertutup.
Jika ada kita yang memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses pembelajaran, sebaiknya jangan menjadi komunikator. Sebab dalam proses itu diperlukan kerjasama, keterbukaan, kehangatan, dan keterlibatan.

h. Destruktif.
Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi. Cegahlah sedini mungkin oleh kita. Jika sikap destruktif itu muncul, lakukan segera penanganannya secara bijak atau sesuai prosedur yang berlaku.

i. Kurang dewasa.
Kita memang perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan ketika kita berbicara dengan anak-anak, remaja atau dengan orang yang lebih tua.

j. Kurang respek.
Kurang menghormati. Belajarlah dengan kondisi realitas yang ada. Bahwa audien adalah manusia yang perlu diakui potensinya, perlu diapresiasi kemampuannya sekecil apa pun, perlu diselamatkan dari upaya penghakiman di hadapan individu lainnya. Seseorang tidak mampu memahami pembelajaran bukan karena tidak mampu, tetapi ada hambatan psikologi.




k. Kebiasaan menjadi pembicara dan pendengar yang buruk.
Semua ada ilmunya. Menjadi pembicara dan pendengar yang baik pun, ada ilmunya. Oleh sebab itu, jadilah individu yang selalu belajar. Termasuk belajar menjadi pembicara yang baik dan pendengar yang baik.

3. Semantik :

a. Persepsi yang berbeda.
Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan. Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda. Itu adalah wajar dan real. Yang perlu dilakukan adalah kesepakatan antara komunikator dan komunikan bahwa inilah tujuan komunikasi yang ingin kita raih. Oleh karena itu, sampaikanlah tujuan tersebut kepada komunikan dengan jelas.

b. Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda.
Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian. Pastikanlah kita menggunakan bahasa pengantar yang bisa dipahami oleh orang lain (komunikan). Hindari menggunakan istilah yang tidak diketahui komunikan. Jika ingin menggunakan istilah, jelaskanlah padanannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Kita akan mudah menjelaskan materi jika dibantu dengan bahasa komunikan.

c. Terjemahan yang salah.
Ada kalanya dalam komunikasi terdapat istilah asing yang belum diketahui oleh kita. Kita jangan merasa malu jika memang belum tahu. Ambillah kamus bahasa Indonesia atau kamus istilah umum atau istilah dalam bidang studi tertentu sebagai sahabat dalam menerjemahkan kata atau istilah yang tidak diketahui.

d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda.
Anda pastilah mengetahui bahwa ada kemungkinan pesan yang dikirim bermakna ganda, lebih dari 1 arti. Inilah salah satu penyebab miscommunication.
Contoh “Untuk memahami materi Hipertensi pada lanjut usia tadi, kerjakanlah 10 soal pada buku yang kamu pegang “ Informasi perintah ini tidak jelas.
Buku yang mana yang dimaksud? Halaman berapa? Hindari penggunaan kalimat bermakna ganda.

e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.
Penyampaian materi pembelajaran Anda agar maksimal perlu ditunjang dengan pelaksanaan budaya yang baik di dalam kelas. Tumbuhkan kebiasaan bahwa ketika Anda menjelaskan, peserta didik memperhatikan. Ketika Anda meminta mereka menjawab, mereka memberikan respons jawaban. Ketika seorang peserta didik sedang menjawab, peserta didik lain diminta menyimak. Jangan sampai sebaliknya, ketika Anda sedang menjelaskan, para peserta didik justru saling berbicara. Ketika mereka disuruh bertanya, tidak satu pun bertanya. Bahkan Anda dapat menumbuhkan budaya saling koreksi jawaban antar peserta didik dapat dilakukan di bawah bimbingan Anda.






Daftar Pustaka:

Ann Marriner,Tomey1996, Guide to Nursing management and Leadership, Mosby year book Inc
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Devito,Joseph A.1997.Komunikasi Antar Manusia.Indonesia:Profesional Books
Dewi, Sutrisna. 2006. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi
Elaine.L.Monica1998, Kepemimpinan dan Management Keperawatan ,pendekatan berdasarkan pengalaman, Penerbit buku kedokteran EGC
Fortinas, K.M. and Worret, P.A.H. (2004). Psychiatic mental health nursing. Third edition. St. Louis: Mosby.
Hamid, A.Y.S 1996. Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikan
Herujito, Yayat M.2001. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya
John Fiske, 1996, Introduction to Communication Studies, Sage Publications,
Kanus, W.A. Et.al. 1986. An evaluation of outcome from intensive care in major medical centers. Ann Intern Med 104, (3):410
Lindbert, J., hunter, M & Kruszweski, A. 1983. Introduction to person-centered nursing. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Potter, P.A & Perry, A.G. 1993, Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice. Thrd edition. St.Louis: Mosby Year Book
Potter and Perry’s. (2001). Fundamental of nursing. Australia: St. Louis, Missouri.
Roger. B. Ellis Robert,J Gates and Neil kenwarthy1995, Interpersonal communication in Nursing Theory and Practice, Churcill Livingstone,
Sasa Djuarsa S., 2003, Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta.
Stephen W. Littlejohn,1996, Theories of Human Communiation, Wadsworth Publication, New Jersey
Stuart, G.W & Sundeen S.J 1995. Pocket gide to Psychiatric Nursing. Third edition. St.Louis: Mosby Year Book
Stuart, G.W & Sundeen S.J,1995.Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year Book
Sullivan, J.L & Deane, D.M. 1988. Humor and Health. Journal of qerontology nursing 14 (1):20, 1988
Uchjana,Onong.2007.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar