KAMPUNG HALAMANKU?


Write by: Subekti imarwoto

Ketika berbicara tentang kampung halaman, langsung terfikir dalam benakku kepada sebuah provinsi kepulauan di bagian pulau Sumatra, pulau-pulau yang cukup kecil namun bagitu indahnya. Bangka Belitung, begitulah nama dari provinsi tersebut. Bangka Belitung negeri serumpun sebalai, Bangka Belitung kampung halamanku. Bangka Belitung merupakan pulau yang kaya akan potensi alam. Baik potensi didalam bumi maupun diatas permukaan bumi, baik darat maupun laut.
Dulu para petani berbondong-bondong kesawah dan kebun di pagi hari, nelayan pergi kelaut mencari ikan, suasana yang damai nan sejuk, saat liburan sekolah tiba semua orang dari setiap penjuru provinsi Kep. Bangka Belitung pergi melepas penat ke pantai-pantai yang indah dengan laut yang bersih, jernih dan biru, pasir yang putih bersih bak berlian yang berhamburan ketika terkena sinar matahari, bebatuan yang alami menambah keindahan pantai di kampung halamanku.
Aku tak dapat berkata apa-apa, aku pun tak dapat berbuat apa-apa, para petani beralih profesi menjadi penambang timah, mereka kaya dan berlomba-lomga memamerkan kekayaannya. Aku sangat senag melihat warga didaerahku sukses, jauh dari kemiskinan, namun disisi lain aku sangat sedih, kecewa, marah sekali. Kini daerahku tak lagi berpotensi, yang tersisa hanyalah lobang-lobang bekas galian penambang timah yang tak bertanggungjawab, hutan di Negeri Serumpun Sebalai tinggal beberapa persen saja, tanah yang dulu penuh humus kini tandus bak padang pasir, laut mulai kecoklatan akibat lumpur dari aktifitas penambangan timah, ikan tak lagi mau menepi ke pantai sehingga nelayan harus pergi ke laut yang jauh. Suasana yang dulu sejuk berubah menjadi panas yang membakar emosi. Bagaimana nasib kampung halamanku kelak? Apakah kalian tidak berfikir, bagaimana nasib anak cucu kalian nanti? Apa yang dapat kalian wariskan kepada anak cucu kalian jika semua sudah kalian rusak? Tidak semua orang bias diterima sebagai PNS, lalu mau kerja apa anak cucu kalian? Cepat atau lambat timah akan susah didapatkan, bertani pun tanah sudah tak layak, mencari ikan juga butuh biaya besar untuk melaut, sementara PNS, banyak anak-anak yang putus sekolah akibat orangtua yang tak bertanggungjawab, membiarkan anaknya meninggalkan bangku sekolah demi butiran hitam kecil dibalik pasir yang menjanjikan. Apakah mungkin orang yang tidak lulus SMP diterima menjadi PNS? Aku sempat ingin melakukan hal yang sama dengan nak-anak yang lain. Bayangkan, anak umur 15 tahun sudah bisa membeli motor dengan uangnya sendiri, luar biasa bukan? Aku hampir tergiur akan hal itu, namun aku masih berfikir, apa dampak dari semua itu? Aku tidak berpendidikan, aku  tidak punya masa depan, aku calon pengangguran. Bukan itu yang aku inginkan, aku ingin sukses dimasa depan.
Melihat kondisi saat ini, aku yakin anak cucu kalian akan pergi meninggalkan daerahnya jika keadaannya tak kunjung membaik. Untuk itu, hentikan aktifitas penambangan yang berlebihan.
“Ingatlah! Negeri yang kaya akan hancur oleh kekayaan itu sendiri apabila kekayaan itu tidak diatur”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar