Imperalisme Jepang di Indonesia/ Japan Imperalisme in Indonesia for class XI IPS semester 2 HISTORY

      • Kedatangan Dai Nippon
(Sumber:Suroto. Modul Bahan Ajar Sejarah Kelas XI IPS.MGMP Gandini:Ponorogo.)
      • Latar Belakang Kedatangan Jepang
    1. Dalam rangka pelaksanaan Hakko Ichiu, yakni ajaran sistem kekeluargaan yang meliputi seluruh umat manusia di dunia di bawah pimpinan Jepang. Pelaksanaan Hakko Ichiu nanti diprogramkan dalam Tanaka Memorial.
    2. Dalam rangka mencaru sumber bahan mentah industri.
      • Latar Belakang Kekalahan Belanda
    • Ketika meletusnya Perang Dunia II, Gabungan Politik Indonesia (GAPI) mengeluarkan pernyataan kepada pemerintah Belanda sebagai berikut:
  1. Dalam rangka menghadapi bahaya fasisme Jepang, sebaiknya diadakan kerjasama antara rakyat Belanda dengan rakyat Indonesia.
  2. Kerjasama rakyat kedua negara itu akan terwujud bila rakyat Indonesia diberi hak-hak dalam urusan pemerintahan yang lebih leluasa.
    • Menurut Arniati, ada faktor yang menyebabkan bangsa Indonesia memiliki sikap simpati terhadap Jepang:
    1. Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905 yang berarti pula kemenangan bangsa kulit berwarna terhadap bangsa kulit putih.
    2. Sebelum perang meletus bangsa Indonesia telah mengenal Jepang secara pribadi dalam bentuk "Tuan Toko" (Istilah kata pada kasta Jepang) yang memberikan pelayanan yang baik terhadap Indonesia.
    3. Adanya ramalan Jayabaya sebagai ungkapan aspirasi kemerdekaan di kalangan bangsa Indonesia.
        • Kronologi Kedatangan Jepang
  • Tanggal 25 Desember 1939, GAPI membentuk Kongres Rakyat Indonesia.Selanjutnya Pemerintah Belanda membentuk komisi yang diketuai oleh F.H. Visman (Komisi Visman), tugasnya adalah menyelidiki perubahan ketatanegaraan Indonesia. Hasilnya Bangsa Indonesia belum mampu memerintah sendiri. Hasil tersebut tidak memuaskan pemimpin-pemimpin Indonesia karena yang ditanyakan umumnya orang-orang yang pro Belanda yang tetap menginginkan kekuasaan Belanda bertahan di Indonesia. Dengan hasil tersebut, Bangsa Indonesia tidak mau membantu Belanda sehingga hanya beberapa hari saja Jepang dengan mudah menaklukan Belanda.
  • Tanggal 1 Maret 1942, pasukan Jepang pimpinan Letnan Jenderal Hitosi Imamura mendarat di Indonesia di Teluk Banten (Jawa Barat), Eretan (Jawa Barat), dan Kragan (Jawa Tengah).
  • Tanggal 8 Maret 1942, tentara Belanda yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Terpoten dan Wakil Mahkota Belanda Gubernur Jendera; Carda Van Starkeborg Stochwer menyerah kepada tentara Jepang yang ditanda tanganinya Perjanjian Kalijati di Subang, Jawa Barat.
          • Pemerintahan Militer Jepang
  1.        Pemerintah Rikugun

·        Tentara XVI dibawah Jenderal Imamura berkedudukan di Jakarta dan berkuasa atas Jawa dan Madura.
·        Tentara  XXV dibawah Letjen Yamashita berkedudukan di Bukit Tinggi berkuasa atas daerah Sumatera.
 2.       Pemerintah Kaigun (Angkatan Laut), diperintahkan oleh Armada Selatan II di bawah Laksamana Madya Sibata berkedudukan di Ujung Pandang serta memerintah atas daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya.

      • Dampak Jepang di Indonesia
    • Bidang Politik
  1. Tanggal  20 Maret 1942, Jepang mengeluarkan peraturan yang berisi: membubarkan semua organisasi nasional yang sudah ada sejak jaman Belanda, melarang semua aktivitas politik rakyat Indonesia, dan rakyat Indonesia hanya boleh aktif dalam organisasi yang dibentuk pemerintah Jepang. 
  2. Tanggal 24 Oktober 1943, Majelis Islam A'laa Indonesia (MIAI) dirubah menjadi Majelis Suro Muslim Indonesia (MASYUMI) dengan ketuanya oleh K. H. Hasyim Asy'ari. Kegiatan MIAI terbatas pada pembentukan Baitul Mal (badan amal) dan penyelenggara peringatan hari besar Islam.
    • Bidang Ekonomi
  1. Jepang mengeluarkan Undang- Undang Nomor 22/ 1942 tentang pengawasan perkebunan-perkebunan yang ada.
  2. Melaksanakan Kinrohorsi, yakni pemerahan bahan makanan rakyat secara besar-besaran untuk kepentingan militer Jepang. Untuk mengelabuhi bangsa Indonesia, Jepang menyebutkan Kinrohorsi merupakan program pembangunan ekonomi yang disebut Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. langkah langkah Kinrohorsi antara lain: setiap daerah dilaksanaan Autharki (memenuhi kebutuhan sendiri) dan sekaligus mampu menumpang keperluan militer Jepang; setiap panen rakyat memperoleh 40% dari hasil pertanian, 30% disetorkan untuk militer Jepang melalui koperasi pertanian (Nogyo Kumiai), 30% disetorkan untuk lumbung desa dijadikan bibit; rakyat dipaksa untuk membuka hutan dan menggarap tanah untuk tanaman keperluan militer Jepang; Rakyat dipaksa untuk memotong hewan guna memenuhi kebutuhan militer Jepang. Dampak Kinrohorsi antara lain: produksi pangan penduduk menurun drastis; terjadinya erosi dan banjir; terjadinya bencana kelaparan dan kematian; rakyat tidak mampu lagi berpakaian layak (ada pakaian karung goni, karet, dan sebagainya)
    • Bidang Sosial, Jepang melaksanakan Romusha, yakni kerja paksa untuk membangun sarana dan prasarana militer dalam rangka memenangkan perang Asia Timur Raya. Panitia yang bertukas disebut Romukyokai. Pengerahan tenaga kerja Romusha  mula-mula dilakukan secara sukarela. Jepang memprogandakan Romusha dengan istilah Kerja Bakti, Kerja Bakti Gugur Gunung, Kerja Gotong Royong, Prajurit Ekonomi. Jepang mempropagandakan Barisan Romusha merupakan tugas suci dan mulia untuk angkatan Jepang. Namun kenyataannya mereka bekerja dengan diancam dan disiksa bahkan sampai dikirim ke luar negeri. Dampak Romusha antara lain: kehidupan rakyat Indonesia jauh lebih buruk dari budak belian; banyak berjangkit wabah akibat kekurangan makanan dan obat-obatan; sawah ladang mereka terbengkalai sehingga memicu kelaparan dan kemiskinan.
    • Bidang Militer, tahun 1943, Jepang membentuk organisasi militer dengan tujuan memperoleh tenaga cadangan yang cukup antara lain:
    1. Seinendan, barisan pemuda yang berusia 14-22 tahun.
    2. Gakutotai, barisan pelajar tingkat sekolah dasar sampai lanjut atas.
    3. Keibodan, barisan bantu polisi bagi pemuda usia 23-25 tahun.
    4. Fujinkai, barisan gadis dan wanita untuk bekerja di dapur umum dan juru rawat di medan pertempuran.
    5. Heiho, angkatan barisan pemuda berusia 18-25 tahun untuk pembantu prajurit Jepang untuk Angkatan Darat dan Angkatan Laut
    6. Hizzbullah (Tentara Allah), barisan semi militer dari golongan Islam dipimpin oleh Otto Iskandardinata dan Buntaran Martoadmojo.
    7. Gerakan yang sifat umum: yakni untuk golongan tua dan golongan muda seperti Suisyintai (Barisan Pelopor) dan Jawa Sentontai (Benteng perjuangan Jawa).
    8. PETA, merupakan usul dari Gatot Mankupraja dan mendapat tanggapan positif dari Panglima Tentara XVI Letjen Kumakici Harada tanggal  3 Oktober 1943.
    9. Diadakan latihan calon perwira, dipusatkan di Bogor, Jawa Barat yang disebut Jawa Boei Giyugun Kanbu Rensentai (Korp Latihan Perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air). Setelah lylys dari latihan perwira, mereka ditempatkan sebagai Daidanco (komandan bataliyon), Cudanco (Komandan Kompi), Syodanco (Komandan peleton), sedangkan komandan regu (Budanco) latihannya dilaksanakan di Cimahi dan Magelang.
    • Bidang Birokrasi

    1. .     Struktur Pemerintah, sejak bulan Agustus 1942, pemerintah jepang mengeluarkan Undang-undang nomor 27 Tahun 1942 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1942 tentang Pemerintahan Karesidenan dan Kota Praja Istimewa. Strukturnya sebagai berikut

  • Saiko Silikan                    :militer berpusat di Saigon, Vietnam            
  • Gunserelkan          :pemerintahan militer Jepang di Indonesia berpusat di Jakarta, Bukit tinggi, dan Ujung Pandang.
  • Shu                       :karesidenan, dengan kepala daerahnya disebut Shuco. Di Jawa-Madura dibagi menjadi 17 daerah karesidenan, yakni karesidenan/ Shu Jakarta (dipimpin oleh residen Sutarjo Krtohadikusumo), karesidenan/ Shu Banten, karesidenan/ Shu Surabaya, karesidenan/ Shu Madiun, karesidenan/ Shu Kediri, karesidenan/ Shu Malang, karesidenan/ Shu Basuki, karesidenan/ Shu Madura, karesidenan/ Shu Priangan, karesidenan/ Shu Cirebon, karesidenan/ Shu Pekalongan, karesidenan/ Shu Semarang, karesidenan/ Shu Kedu(dipimpin oleh R.P. Suroso ), karesidenan/ Shu Pati, karesidenan/ Shu Bogor, dan  karesidenan/ Shu Bojonegoro ( dipimpin oleh residen R. M. Suryo). Ditambah 2 daerah istimewa daerah (Kochi) yakni Yogyakarta dan Surakarta;  Sumatera:dibagi menjadi 10 daerah karesidenan yakni karesidenan/ Shu Aceh, karesidenan/ Shu Bengkulu, karesidenan/ Shu Palembang, karesidenan/ Shu Sumatera Timur, karesidenan/ Shu Sumatera Barat, karesidenan/ Shu Sumatera Utara, karesidenan/ Shu Lampung, karesidenan/ Shu Bangka-Belitung, karesidenan/ Shu Jambi, dan karesidenan/ Shu Riau; Indonesia bagian Timur:dibagi 5 daerah karesidenan yakni karesidenan/ Shu Kalimantan, karesidenan/ Shu Sulawesi, karesidenan/ Shu Sunda Kecil, karesidenan/ Shu Papua.
  • Ken/ Shi       : kabupaten/ kotamadya, kepala daerahnya disebut Kencho/ Shico.
  • Gun             : kawedanan, kepala wedananya disebut Gunco.
  • Son              : kecamatan, camatnya disebut Sunco
  • Ku               : kelurahan atau desa, lurahnya disebut Kuco
  • Aza              : dusun, kepala dusun disebut Azaco
  • Tonarigumi  : Rukun Tetangga, ketuanya disebut Gumico.
Selain itu pemerintah Jepang mengangkat tokoh nasional sebagai penasihat (sanyo) pada pemerintah Jepang seperti Ir Sokarno pada Somubu (Departermen Urusan Umum), Mr. Soewandi dan Dr. Abdul Rasyid pada Naimubu (Departermen Dalam Negeri), Prof. Dr. Soepomo pada Shihobu (Departermen Kehakiman), Mochtar Bin Praboe Mangkunegoro pada Kotaubu (Departermen Propaganda), Prawaoto Soemodilogo pada Sangyobu (Departermen Perekonomian), Prof. Husein Jayadiningrat sebagai Shumubu (Departermen Urusan Agama).
2. Membentuk Dewan pertimbangan
  • Cho Sangi In (Dewan Pertimbangan Pusat) di dirikan pada tanggal 5 September 1943 dengan Ir. Soekarno ketuanya, wakilnya yakni R. M. A. A. Kusumo dan dr. Buntaran Martoadmodjo. Dengan tujuan pendirian yakni untuk memajukan pemerintahan Jepang di Indonesia; memberikan saran dan usulan untuk menentukan tindakan yang dilakukan pemerintah Jepang di Indonesia. Hal yang dibicarakan yakni untuk kepentingan perang Asia Timur Raya.
  • Shu Sangi Kai (Dewan Perimbangan Daerah) didirikan di daerah karesidenan, kota praja, dan daerah istimewa, dengan tujuan membantu kelancaran pelaksanaan pemerintah daerah.

    • Bidang Pendidikan dan Kebudayaan
  • Menyeragamkan sekolah kelas I dan kelas II menjadi sekolah Rakyat dengan mendirikan sekolah rakyat (Kokumin Gakko) selama 6 tahun, lalu sekolah lanjut Pertama/ SLTP (Syoto Chugakko) selama 3 tahun, lalu sekolah lanjut Atas/ SLTA (Kota Chugako) selama 3 tahun, lalu sekolah menengah kejuruan. Didirikan pula Sekolah Tinggi Kedokteran (Ika Daigakku)
  • Digunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang
  • Menyamakan waktu Indonesia dengan waktu Tokyo, yang memiliki perbedaan waktu 90 menit, waktu Tokyo awal.
  • Bangsa Indonesia harus menyebut Dai Nippon bukan menyebut Jepang.
  • Mengganti kalender Masehi dengan penanggalan Syowa.
  • Menggantikan nama tempat, seperti Borneo menjadi Kalimantan, Celebes menjadi Sulawesi, Buitenzorg menjadi Bogor, Mester Cornelis menjadi Jati negara, Prianger menjadi Priangan, dan sebagainya.
  • Mendirikan Keimin Bunka Shidoso (Pusat Kebudayaan) di Jakarta
  • Terciptaanya seni sastra antara lain: Cinta Tanah Suci karya Nur Sutan Iskandar, Palawija karya Karim Halim, Angin Fuji karya Usmar Ismail.
  • Terciptanya senu musik antara lain: Tanah Tumpah Darahku karya Usmar Ismail, Taufan di Atas Asia dan Deri Reni karya El Hakim (Abu Hanifah).
REAKSI BANGSA INDONESIA TERHADAP IMPERALISME JEPANG
      • Cara Kooperatif dengan Badan Bentukan Pemerintahan Jepang
  1. Tanggal 29 April 1942, didirikan Gerakan Tiga A dengan propaganda Jepang Pelindung Asia, Jepang Cahaya Asia, Jepang Pemimpin Asia. Ketuanya adalah tokoh Partai Indonesia Raya yakni Mr. Syamsuddin. sedangkan barisan pemudanya disebut Pemuda Asia Raya dipimpin oleh Soekardjo Wiryopranoto. Tanggal 16 April 1943, gerakan Tiga A dibubarkan karena ketua Gerakan Tiga A kurang dikenal masyarakat Indonesia.
  2. Tanggal 16 April 1943, didirikan Gerakan Pusat Tenaga Rakyat (Gerakan PUTERA) dengan tujuan untuk memikat rakyat Indonesia agar mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya. Menurut Ir. Soekarno, tujuan gerakan ini adalah untuk membangun dan menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah di hancurkan oleh Belanda. Di pimpin oleh Empat Serangkai yakni Ir. Soekaarno, Drs. Mohammad  Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K. H. Mas Mansur. Gerakan ini mendapat antusias oleh bangsa Indonesia. Oleh tokoh pergerakan Indonesia, gerakan ini digunakan untuk: sebagai sarana untuk berhubungan langsung dengan rakyat Indonesia secara luas, misal media masa dan rapat raksasa; cara untuk menggembleng mental dan membangkitkan nasionalisme, cinta tanah air, anti imperalisme, dan kolonialisme; Sebagai sarana menggalang persatuan dan kesatuan bangsa; sebagai sarana untuk membersiapkan rakyat Indonesia menuju kemerdekaan. Tanggal 1 April 1944, Jepang membubarkan Gerakan Pusat Tenaga Rakyat (Gerakan PUTERA) akibat perkembangan yang pesat.
  3. Tanggal 1 Januari 1933, didirikan Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) dengan tujuan menghimpun tenaga rakyat dalam rangka membangkitkan diri kepada Jepang lahir dan batin. Dipimpin langsung oleh Gunseikan (Kepala pemerintahan Jepang) yakni Jenderal Kumakici Harada sedangkan Ir. Soekarno sebagai penasihat. Kebaktian rakyat Indonesia termuat dalam tiga hal yakni: mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu sesuai dengan bukti. Jawa Hokokai juga mendirikan barisan pemuda antara lain Barisan Pelopor atau Pasukan Bambu Runcing yang dipimpin oleh Ir. Soekarno.
        • Cara Ilegal atau bergerak dibawah tanah
  1. Kelompok Sutan Syahrir
  2. Kelompok Amir Syafarudin, beranggotakan orang yang anti fasisme.
  3. Kelompok Sukarni, beranggotakan mahasiswa dan pelajar dan diberi nama "Angkatan Baru Indonesia" di Menteng Raya 31, Jakarta.
  4. Kelompok Ahmad Subardjo, beranggotakan orang angkatan laut dan mendirikan asrama yang bernama "Asrama Indonesia Merdeka" yang dipimpin Wikana.
  5. Kelompok Pemuda lainnya seperti Chaerul Saleh, Darwis, Johan Nur, Eri Sadewo, Ratu Langie, Syarif Thayeb.

        • Cara Radikal dengan Bersenjata
  1. Tanggal  10 November 1942, terjadi pertempuran antara Jepang dengan rakyat Aceh yang dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil seorang ulana dari Cot Plieng (Aceh Utara). Latar Belakang antara lain: Pertama, Jepang memaksa rakyat Aceh untuk melakukan Seikeirei yakni menyembah Kaisar (Tenno) Jepang yang dianggap keturunan Dewa Matahari dengan cara menghadap ke Tokyo dan membungkukan badan dalam-dalam; Kedua, Jepang tidak menghormati agama Islam. Tanggal 16 November 1942 di Buloh Blang Ara karena ketidak seimbangan senjata, maka Tengku Abdul Jalil gugur.
  2. November 1944, terjadi pertempuran antara Jepang dengan se-peleton  prajurit Kaigun yang dipimpin oleh Teuku Hamid. Jepang lalu membunuh seluruh keluarga prajurit Kaigun sehingga Teuku Hamid dan anak buahnya menyerah.
  3. Tanggal 13 Februari 1945, terjadi pertempuran antara Pasukan Pembela Tanah Air (P.E.T.A) yang dipimpin oleh Syudanco Supriyadi dengan Jepang di Blitar, Jawa Timur. Latar Belakang antara lain: Pertama, tidak tahan terhadap penderitaan rakyat pada umumnya; Kedua, Tidak tahan melihat kesombongan dan kekejaman tentara Jepang terutama Kempetai;Ketiga, untuk mencapai kemerdekaan. Syudanco Supriyadi dibantu oleh Cudanco Dr. Ismangil, Syudanco Muradi, Budanco Sudarmo, Syudanco Suparyono, Budanco Sunanto, Budanco Halir Mangkudijaya. Namun perlawanan ini gagal karena kurangnya persenjataan. Tanggal 12 Maret 1945, para komandan dan anak buahnya ditangkap setelah diajak berunding lalu diajukan ke Mahkamah Militer di Jakarta. Kemudian diberi siksa dan dijatuhi hukuman. Syudanco Supriyadi dibantu oleh Cudanco Dr. Ismangil, Syudanco Muradi, Budanco Sudarmo, Syudanco Suparyono, Budanco Sunanto, Budanco Halir Mangkudijaya diberi hukuman mati dan sisanya dihukum seumur hidup sampai dihukum satu tahun. Namun Supriyadi dianggap hilang dan tidak hadir untuk diadili.
  4. Perlawanan rakyat Indramayu dipimpin oleh H. Madriyas di desa Sidempet, Kecamatan Lohbener, Indramayu dengan pasukan Jepang.
  5. Perlawanan rakyat Pulau Yapen Selatan, Papua yang dipimpin oleh Silas Papare terhadap pasukan Jepang.
  6. Perlawanan rakyat Biak, Papua yang dipimpin oleh L. Rumkorem terhadap pasukan Jepang (dikenal sebagai Gerakan Koreri).
  7. Perlawanan rakyat Pontianak yang dipimpin oleh Sultan Syarif Muhammad Algadri terhadap pasukan Jepang.
  8. Perlawanan rakyat Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara dipimpin oleh Masloman keturunan dari Kyai Maja terhadap pasukan Jepang.
UPAYA TOKOH PERGERAKAN NASIONAL DALAM MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA
      •    Tanggal 7 September 1944, Perdana Menteri Kuniaki Kaiso memberikan janji kemerdekaan kelak dikemudian hari. Dengan memperbolehkan membicarakan masalah politik, mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan Lagu Indonesia Raya.
      •    Tanggal 1 Maret 1945, Panglima Tentara XVI Letnan Terauchi mendirikan Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidikan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman Widyodiningrat dan beranggotakan 60 orang yang bertugas untuk mempelajari hal-hal mengenai tata pemerintahan Indonesia merdeka.
      •      Tanggal 29 Mei- 1 Juni 1945, diadakan Sidang Pertama untuk BPUPKI, BPUPKI membicarakan Dasar Filsafat atau Dasar Negara Indonesia Merdeka. Tokoh yang mengemukakan Dasar Negara Indonesia Merdeka sebagai berikut: Pertama, Muhammad Yamin; Kedua, Prof. Dr. Sopemo; dan Ketiga, Ir. Soekarno.
      •     Tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengemukakan  Dasar Negara Indonesia Merdeka sebagai berikut: Perikebangsaan; Perikemanusiaan; Perketuhanan; Perikerakyatan; Kesejahteraan Rakyat.
      •     Tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Soepomo mengemukakan  Dasar Negara Indonesia Merdeka sebagai berikut : Persatuan; Kekeluargaan; Mufakat dan Demokraasi; Musyawarah; Keadilan Sosial.
      •     Tanggal  1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengemukakan  Dasar Negara Indonesia Merdeka yang disebut Pancasila sebagai berikut: kebangsaan Indonesia; Internasionalisme atau Perikemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi; Kesejahteraan Sosial; Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut Ir, Soekarno, kelima asas tersebut bisa diperas menjadi Tiga Sila atau Tri Sila  yakni: Sosionasionalisme; Sosiodemokrasi; Ketuhanan yang berkebudayaan.
      •     Tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan menghasilkan "Piagam Jakarta".
      •     Tanggal 10-16 Juni 1945, diadakan Sidang Kedua Untuk BPUPKI. BPUPKI membentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Lalu Panitia Perancang Undang-Undang Dasar membentuk  Panitia Kecil yang diketuai oleh Prof. Dr. Soepomo dan dibantu oleh Panitia Penghalus Bahasa yang beranggotakan Prof. Dr. Soepomo, Dr. Husein Jayadiningrat, dan H. Agus Salim.
      •     Tanggal 14 Juli 1945, Ir Soekarno melaporkan tiga masalah pokok sebagai berikut: Pertama, Indonesia Merdeka; Kedua, Pembukaan Undang-Undang Dasar (diambil dari Piagam Jakarta); Ketiga, batang tubuh.
      •     Tanggal 16 Juli 1945, BPUPKI menyetujui  hasil laporan dari Ir. Soekarno.
      •     Tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan dan saat itu berdiri Dokuritsu Junbi Inkai (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/ PPKI) yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Diketuai oleh Ir. Soekarno (merangkap menjadi anggota PPKI) dan Mohammad Hatta sebagai wakilnya (merangkap menjadi anggota PPKI). Anggota lainnya: Otto Iskandardinata, Ki Bagus Hadikusumo, Pangeran Purboyo, Prof. Dr. Soepomo, R. P. Soeroso, Mr. Teuku Mohammad Hasan, K. H. Wahid Hasyim, Wideodiningrat, Mr, I Gusti Ketut Puja, dan Drs. Yap Chuan Bing. Anggota PPKI bukan ijin dari pemerintah Jepang yakni: Mr. Ahmad Soebardjo, Ki Hajar Dewantara, Mr. Kasman Singodimedjo, Sayuti Melik, Iwa Kusuma Sumantri, daan Wiranata Kusuma. Setelah Indonesia Merdeka, PPKI memiliki fungsi antara lain: sebagai wakil seluruh rakyat Indonesia; sebagai badan resmi yang mengesahkan Undang-undang Negara; sebagai badan resmi memilih Presiden dan Wakil Presiden; sebagai badan pendiri negara Republik Indonesia; sebagai lembaga tertinggi negara Republik Indonesia



IN ENGLISH (with google translate Indonesian- english)
Dai Nippon arrival(Source: Suroto. Module Subjects History Class XI IPS.MGMP Gandini: Ponorogo.)
  • Background The arrival of the Japanese

  1. In the framework of the implementation of the Hakko Ichiu, namely teaching kinship system that includes all people in the world under the leadership of Japan.Hakko Ichiu programmed implementation later in the Tanaka Memorial.
  2. In order mencaru source of industrial raw materials.

  • Background The defeat of the Netherlands
When the outbreak of World War II, the Joint Political Indonesia (GAPI) issued a statement to the Dutch government as follows:
  1. In order to face the danger of Japanese fascism, should be held co-operation between the Dutch people with the people of Indonesia.
  2. Cooperation of the people of both countries would be realized if the people of Indonesia were given rights in government affairs more freely.

    • According Arniati, there are factors that led to the Indonesian people have an attitude of sympathy for Japan:
  1. Japanese victory over Russia in 1905 which also means the triumph of color against white people.
  2. Indonesia before the war the Japanese had known personally in the form of "Mr. Store" (The term caste word in Japan) which provide good services to Indonesia.
  3. Existence as an expression of aspirations Jayabaya forecast for national independence of Indonesia.
  • The arrival of Japanese chronology
  1. Dated December 25, 1939, Congress established the People's GAPI Indonesia.Selanjutnya Dutch government established a commission chaired by FH Visman (Visman Commission), his job was to investigate changes in Indonesian state administration. The results are Indonesia has been unable to govern themselves. These results are not satisfactory because the leaders of Indonesia in question are generally those who still want a pro Dutch Dutch rule in Indonesia last. With these results, the Indonesian people do not want to help the Netherlands to Japan for a few days with the easy conquest of the Netherlands.
  2. Dated March 1, 1942, Japanese troops led Lieutenant General Imamura Hitosi landed in Indonesia in the Bay of Banten (West Java), sledding (West Java), and Kragan (Central Java).
  3. Dated March 8, 1942, the Dutch army led by Lieutenant General Terpoten Dutch Crown Prince and Deputy Governor Jendera; Carda Van Starkeborg Stochwer surrendered to the Japanese soldiers who signed the Agreement tanganinya Kalijati in Subang, West Java.
  • Japanese Military Administration
  1.        Government Rikugun
  • · Army under General Imamura XVI is domiciled in Jakarta and the power of Java and Madura.
  • · XXV Army under Lt. Gen. Yamashita is located in Bukit Tinggi power over areas of Sumatra.
 2. Kaigun government (Navy), South Fleet commanded by Vice Admiral II under Sibata located in Ujung Pandang, and ruled over the area of ​​Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku and Irian Jaya.
      • Impact of Japan in Indonesia
    • Politics
  1. Dated March 20, 1942, Japan passed a law that contains: disband all national organization that has existed since the Dutch era, banning all political activities of the people of Indonesia, and the people of Indonesia should only be active in organizations that formed the Japanese government.
  2. Dated October 24, 1943, the Islamic Council A'laa Indonesia (MIAI) converted to Muslim Indonesia Suro Council (Masyumi) with its head by K. H. Hashim Ash'ari.MIAI activity is limited to the formation of Baitul Mal (charity) and the organizers of the anniversary of Islam.
    • Economics
  1. Japan issued Law No. 22/1942 on the supervision of the existing plantations.
  2. Implement Kinrohorsi, milking the food of the people on a large scale for the benefit of the Japanese military. To fool the people of Indonesia, Japan said Kinrohorsi an economic development program called the East Asia Co-Prosperity Sphere Kingdom. Kinrohorsi steps include: each region is implemented Autharki (subsistence) and also able to ride the Japanese military purposes; each harvest of the people earn 40% of agricultural output, 30% remitted to the Japanese army through agricultural cooperatives (Nogyo Kumiai), 30% remitted to be used as seed rice barns; people were forced to open up the forest and cultivating land to plant the Japanese military purposes; People are forced to cut the animal in order to meet the needs of the Japanese military.Kinrohorsi impacts include: food production plummeted population; erosion and flooding; the famine and death, people can no longer afford decent clothes (no clothes burlap, rubber, etc.)
    • Social Affairs, the Japanese carry romusha, namely forced labor to build a military infrastructure in order to win the Greater East Asia War. Bertukas committee called Romukyokai. Deployment of manpower romusha initially be voluntary.Japan memprogandakan romusha with the term Consecrated Work, Work Bakti Autumn Mount, Work Mutual Aid, Private Economy. Japan is the task of propagating the Barisan romusha sacred and precious for the Japanese army.But in reality they are working with threatened and tortured even sent abroad.Romusha impacts include: the life of the people of Indonesia is far worse than serf; many outbreaks of plague due to lack of food and medicine; and fields they abandoned that trigger hunger and poverty.
    • The military field, in 1943, Japan formed a military organization with the goal of obtaining sufficient power reserves, among others:
  1. Seinendan, rows of young men aged 14-22 years.
  2. Gakutotai, primary school students line up to go on.
  3. Keibodan, police help line for young people aged 23-25 ​​years.
  4. Fujinkai, rows of girls and women to work in soup kitchens and nurses on the battlefield.
  5. Heiho, the armed ranks of young people aged 18-25 years to aide the Japanese soldiers for the Army and Navy
  6. Hizzbullah (Soldiers of God), semi-military ranks of the Islamic group led by Otto Iskandardinata and Buntaran Martoadmojo.
  7. The general nature of the movement: namely, to groups such as older and younger groups Suisyintai (Barisan Pioneer) and Java Sentontai (Fortress of struggle Java).
  8. PETA (Home Guard), a proposal from Gatot Mankupraja and received positive response from the Chief of Army Lieutenant General XVI Kumakici Harada dated October 3, 1943.
  9. Held officer candidate training, centered in Bogor, West Java, called Java Boei Giyugun Kanbu Rensentai (Army Officers Training Corps Volunteer Defenders of the Homeland). After lylys of officer training, they are placed as Daidanco (bataliyon commander), Cudanco (Company Commander), Syodanco (platoon commander), while the commander of the squad (Budanco) training conducted in Cimahi and Magelang.
    • Sector Bureaucracy

  • Government structures, since August 1942, the Japanese government issued Law No. 27 Year 1942 on Regional Government and Law Number 28 Year 1942 regarding the Government and Municipal Residency Specialties. The structure is as follows

  1. Saiko Silikan: military based in Saigon, Vietnam
  2. Gunserelkan: Japanese military administration in Indonesia based in Jakarta, a high hill, and Ujung Pandang.
  3. Shu: residency, with the head of the region called Shuco. In Java-Madura residency is divided into 17 regions, namely residency / Shu Jakarta (led by resident Sutarjo Krtohadikusumo), residency / Shu Banten, residency / Shu Surabaya, residency / Shu Madison, residency / Shu Kediri, residency / Shu Malang, residency / Shu Basuki, residency / Shu Madura, residency / Shu Priangan, residency / Shu Cirebon, residency / Shu Pekalongan, residency / Shu Semarang, residency / Shu Kedu (led by RP Suroso), residency / Shu Pati, residency / Shu Bogor, and residency / Shu Bojonegoro (led by the resident RM Suryo). Plus 2 special region area (Kochi) which is Yogyakarta and Surakarta; Sumatra: divided into 10 regions that residency residency / Shu Aceh, residency / Shu Bengkulu, residency / Shu Palembang, residency / Shu East Sumatra, residency / Shu of West Sumatra, residency / Shu North Sumatra, residency / Shu Lampung, residency / Shu Bangka-Billiton, residency / Shu Jambi, and residency / Shu Riau; Eastern Indonesia: divided 5 areas namely residency residency / Shu Kalimantan, residency / Shu Sulawesi, residency / Shu Sunda Small, residency / Shu Papua.
  4. Ken / Shi: regency / municipality, the head of the region called Kencho / Shico.
  5. Gun: kawedanan, called Gunco wedananya head.
  6. Son: district, called Sunco camatnya
  7. Me: village or village, called Kuco lurahnya
  8. Aza: hamlet, hamlet called Azaco
  9. Tonarigumi: Neighborhood, chairman called Gumico.
Besides the Japanese government raised the national figure as an adviser (sanyo) on the Japanese government as Ir Sokarno on Somubu (Departermen Public Affairs), Mr. Soewandi and Dr. Abdul Rashid at Naimubu (Departermen Affairs), Prof. Dr. Soepomo on Shihobu (Departermen of Justice), Mochtar Bin Praboe Mangkunegoro on Kotaubu (Departermen Propaganda), Prawaoto Soemodilogo on Sangyobu (Departermen Economic Affairs), Prof. Husein Jayadiningrat as Shumubu (Departermen Religious Affairs).
  • Form the Council consideration
  1. Sangi Cho In (Central Advisory Council) was established on 5 September 1943 by Ir. Soekarno its chairman, the deputy R. M. A. A. Kusumo and dr. Buntaran Martoadmodjo. With the aim to promote the establishment of Japanese rule in Indonesia, providing advice and proposals to determine the actions of the Japanese government in Indonesia. It was said that the interests of the Greater East Asia War.
  2. Sangi Shu Kai (Regional Balance Board) was established in the area of ​​residency, municipal, and special area, with the goal of helping the smooth implementation of local government.

    • Education and Culture
  1. School uniform class I and class II into school by establishing a common school People (Kokumin Gakko) for 6 years, then up First School / Junior High School (Syoto Chugakko) for 3 years, then top up the school / high school (City Chugako) for 3 years, and vocational schools. Also established the College of Medicine (Ika Daigakku)
  2. Used in Indonesian and Japanese
  3. Indonesia to synchronize the time in Tokyo, which has a time difference of 90 minutes, beginning in Tokyo.
  4. Indonesian nation must be called instead of calling Japan's Dai Nippon.
  5. Replacing the Gregorian calendar with the calendar Syowa.
  6. Replace the name of the place, like Borneo to Kalimantan, Sulawesi Celebes become, Buitenzorg to Bogor, Mester Cornelis became Teak state, Prianger be Priangan, and so forth.
  7. Establish Keimin Shidoso Bunka (Cultural Centre) in Jakarta
  8. Terciptaanya literary arts, among others: Love the work of the Holy Land Nur Sutan Iskandar Halim Karim works Crops, Wind Fuji works Usmar Ismail.
  9. Senu creation of music such as: Land Spill My blood work Usmar Ismail, Typhoon in Upper Asia, and the work of Susan Deri El Hakim (Abu Hanifa).
REACTION  THE INDONESIAN'S NATION TO IMPERALISM JAPAN 

  • Co-operative way with the Japanese Government Agency for Notching 

  1. On 29 April 1942, the movement founded by Japanese propaganda Three A Patron Asia, Japan Light of Asia, Japan's Chief Asia. Its chairman is the figure that Mr Party Indonesia Raya. Shamsuddin. while the ranks of youth called the Youth Asia led by Soekardjo Wiryopranoto Kingdom. April 16, 1943, Three A motion was disbanded because the chairman of the Movement of Three A little-known people of Indonesia. 
  2. On 16 April 1943, established the People Power Movement Center (PUTERA Movement) in order to attract people of Indonesia in order to muster the energy and thoughts to help Japan's Greater East Asia War. According to Ir. Soekarno, the purpose of this movement is to build and bring back everything that had been destroyed by the Dutch. Led by the four series that Ir. Soekaarno, Drs.Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, and K. H. Mas Mansur. This movement received enthusiastically by the people of Indonesia. By movement leaders of Indonesia, this movement is used to: as a means to deal directly with the Indonesian people at large, eg the mass media and mass meeting; way to galvanize mental and nationalism, patriotism, anti-imperialism, and colonialism; As a means of the unity and unity of the nation; as a means for the people of Indonesia to independence membersiapkan. On 1 April 1944, the Japanese dissolved the People Power Movement Center (Movement PUTERA) due to rapid development. 
  3. Date of January 1, 1933, established Hokokai Java (Java Worship Service Association) in order to collect people's power in order to raise themselves to the Japanese and unseen. Chaired by Gunseikan (Head of the Japanese government) namely General Kumakici Harada while Ir. Sukarno as an adviser.Indonesia is contained in the service of the people of three things: self-sacrifice, brotherhood strengthen, and implement something in accordance with the evidence. Java Hokokai also founded the youth ranks among other sequence or the Pioneers Bamboo Runcing forces led by Ir. Sukarno. 

  • Illegal way or move underground 

  1. Sutan Syahrir group 
  2. Amir Syafarudin group, consisting of an anti-fascism. 
  3. Sukarni group, consisting of students and student and was named "Force New Indonesia" in Menteng Raya 31, Jakarta. 
  4. Ahmad Subardjo group, composed of naval and set up a hostel called "Boarding Indonesia Merdeka" led Wikana. 
  5. Youth groups such as Chaerul Saleh, Dervish, Johan Nur, Eri Sadewo, Queen Langie, Sharif Thayeb. 

  • Radical way with the Armed 
  1. On 10 November 1942, a battle between Japan and the people of Aceh, led by Tengku Abdul Jalil a ulana of Cot Plieng (North Aceh). Background, among others: First, the Japanese forced the people of Aceh to conduct worship Seikeirei the Emperor (Tenno) Japan is considered to be descendants of the Sun God by way of Tokyo, and overlooks a deep bow; Second, Japan does not respect the religion of Islam. On 16 November 1942 in Buloh Blang Ara due to imbalance of arms, the Tengku Abdul Jalil fall. 
  2. November 1944, a battle between Japan and a platoon of soldiers led by Lil Kaigun Hamid. Japanese soldiers and then kill the whole family Kaigun so Teuku Hamid and his men surrendered. 
  3. Dated February 13, 1945, a battle between the forces Fatherland Defenders (PETA), led by Syudanco Supriyadi with Japan in Blitar, East Java. Background, among others: First, no resistance to the suffering of the people in general; Secondly, I can not stand to see their pride and cruelty of Japanese troops, especially Kempetai; Third, to achieve independence. Supriyadi Syudanco Cudanco assisted by Dr. Ismangil, Syudanco Muradi, Budanco Sudarmo, Syudanco Suparyono, Budanco Sunanto, Budanco Halir Mangkudijaya. However, this resistance failed because of a lack of weapons. Dated March 12, 1945, the commander and his men were arrested after consulted and presented to the Military Court in Jakarta. Then given a punishment and sentenced. Supriyadi Syudanco Cudanco assisted by Dr. Ismangil, Syudanco Muradi, Budanco Sudarmo, Syudanco Suparyono, Budanco Sunanto, Budanco Halir Mangkudijaya given the death penalty and sentenced to life until the rest sentenced to one year.However Supriyadi considered lost and was not present for trial. 
  4. Indramayu uprising led by H. Madriyas Sidempet village, District Lohbener, Indramayu by Japanese troops. 
  5. Resistance of the people of South Yapen Island, Papua, led by Silas Papare against Japanese forces. 
  6. Resistance of the people of Biak, Papua, led by L. Rumkorem against Japanese forces (known as the Movement Koreri). 
  7. Pontianak uprising led by Sultan Muhammad Sharif Algadri against Japanese forces. 
  8. Tondano popular resistance, Minahasa, North Sulawesi was led by descendants of Kyai Maja Masloman against Japanese forces.

FIGURE EFFORTS IN PREPARING NATIONAL INDEPENDENCE MOVEMENT INDONESIA

  •    On 7 September 1944, Prime Minister Kuniaki Kaiso promised future independence in the future. By allowing discuss political issues, fly the flag and sing the song Indonesia Raya.
  •    Dated March 1, 1945, Lieutenant Commander Terauchi XVI established Dokuritsu Junbi Cosakai or Investigation Agency Business Preparation of Indonesian Independence (BPUPKI) chaired by Dr. K.R.T. Radjiman Widyodiningrat and consists of 60 people whose job is to learn things about the governance of independent Indonesia.
  •      Dated May 29 to June 1, 1945, held the First Session for BPUPKI, BPUPKI Basic discuss philosophy or of the State of Indonesia Merdeka. Leaders who raised the State of Indonesia Merdeka as follows: First, Muhammad Yamin; Second, Prof. Dr. Sopemo; and Third, Ir. Sukarno.
  •     Dated May 29, 1945, Muhammad Yamin suggested the State of Indonesia Merdeka as follows: nationality; Humanity; divinity; populist; Welfare.
  •     Dated May 31, 1945, Prof. Dr. Soepomo of the State of Indonesia Merdeka expressed as follows: Unity; family; Consensus and Demokraasi; Deliberation: Social Justice.
  •     Dated June 1, 1945, Ir. Sukarno argued that the State of Indonesia Merdeka called Pancasila as follows: Indonesia nationality; or humanitarian internationalism; or Consensus Democracy: Social Welfare; Belief in God Almighty. According to Ir, Soekarno, the five principles can be squeezed into three or Tri Sila Sila namely: Sosionasionalisme; Sosiodemokrasi; Godhead is cultured.
  •     Dated June 22, 1945, Committee of Nine produce the "Jakarta Charter".
  •     Dated June 10 to 16, 1945, held the Second Session To BPUPKI. BPUPKI form designer Committee of the Constitution, chaired by Ir. Sukarno. Then the designer Committee formed the Constitution subcommittee, chaired by prof. Dr.Soepomo and assisted by a committee consisting of smoothing language Prof.Dr. Soepomo, Dr. Jayadiningrat Hussein, and H. Agus Salim.
  •     Dated July 14, 1945, Ir Soekarno reported three main issues as follows: First, Indonesia Merdeka; Second, the Preamble to the Constitution (retrieved from the Jakarta Charter); Third, the torso.
  •     Dated July 16, 1945, BPUPKI approve the report of Ir. Sukarno.
  •     Dated August 7, 1945, BPUPKI dissolved and then stood Dokuritsu Junbi Inkai (Preparatory Committee for Indonesian Independence / PPKI) in charge of preparing the Indonesia's independence. Chaired by Ir. Sukarno (concurrently a member PPKI) and Mohammad Hatta as his deputy (and concurrently a member PPKI). Other members: Otto Iskandardinata, Ki Bagus Hadikusumo, Prince Purboyo, Prof. Dr. Soepomo, R. P. Soeroso, Mr. Teuku Mohammad Hasan, K. H.Wahid Hashim, Wideodiningrat, Mr. I Gusti Ketut Puja, and Drs. Yap Chuan Bing.PPKI not permit members of the Japanese government that is: Mr. Ahmad Soebardjo, Ki Hajar Dewantara, Mr. Kasman Singodimedjo, Sayuti Melik, Iwa Kusuma Sumantri, daan Wiranata Kusuma. After Indonesia Merdeka, PPKI has a function, among others: as a representative of the entire people of Indonesia as the official body that certifies the State Act; as official bodies elect the President and Vice President; as founding bodies of the Republic of Indonesia; the highest body of the Republic of Indonesia

I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar