Makalah Psikolinguistik yang berjudul Pemerolehan Bahasa Pertama Pada Anak Umur 3 Tahun. Berikut ini adalah Mata Kuliah Psikolinguistik yang berjudul Makalah Pemerolehan Bahasa Pertama Pada Anak Umur 3 Tahun. Semoga makalah berikut ini dapat bermanfaat untuk anda.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tumbuh kembang seorang anak sejak lahir selalu menjadi pusat perhatian orangtuanya, terutama apabila anak tersebut adalah anak pertama. Setiap ada perubahan sikap, gerakan, maupun celotehan yang muncul, menjadi bahan perhatian dan pembicaraan orangtua, bahkan apabila perubahan dari sikap si anak dirasakan aneh seringkali langsung ditanyakan ke dokter atau orang lain yang dikenal lebih mengetahui permasalahan tersebut.
Pertumbuhan dan perkembangan berbeda pada setiap anak, tergantung banyak hal, mulai dari masa anak dalam kandungan sampai dengan masa kelahiran hingga masa pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir. Faktor gen apakah pria dan wanitanya merupakan orang-orang yang sehat, tidak membawa sifat keturunan yang kurang, sehat, pada saat proses pembuahan dalam keadaan sehat pula. Perawatan dan pemeliharaan selama masa kehamilan tetap terjaga, sehingga janin dalam rahim tidak mengalami gangguan hingga proses persalinannya apakah normal atau tidak. Selanjutnva adalah bagaimana proses perawatan dan pemeliharaan anak oleh orangtuanya dalam masa tumbuh kembang.
Proses pertumbuhan dan perkembangan akan sampai pada interaksi dengan orang lain, umumnya pada lingkungan di sekolah anak dan khususnya lingkungan di rumah terutama interaksi dengan orangtua si anak. Interaksi pada anak umur 4 tahun sudah dapat dilakukan melalui komunikasi dengan berbicara. Bagi oragtua yang tidak terlalu memperhatikan perkembangan anak akan merasa heran apabila pada saat berkomunikasi dengan mereka, si anak akan berbicara sesuatu yang belum pernah di dengar, misalnya anak mengatakan "mama atau papa jangan pelit dong!" padahal mereka tidak, pernah mengajarkan kata-kata itu. Atau di saat lain, orangtua akan mendengar si anak menasehati adiknya "kamu jangan nakal ya dik!". Sama persis dengan intonasi dari orangtuanya apabila menasehati anak tersehut untuk tidak nakal.
Pada umumnya, kegembiraan dan kecemasan rnuncul bersamaan pada diri orangtua. Kegembiraan sekaligus kebanggaan orangtua adalah bahwa si anak sudah dapat berbicara dengan mereka, karena tidak sedikit anak dengan umur yang sama belum dapat berbicara dengan baik karena adanya faktor-faktor tertentu. Di sisi lain kecemasan yang muncul pada diri orangtua adalah apabila si anak memperoleh kata-kata atau bahasa yang tidak sesuai dengan umur anak atau yang lebih khawatir Iagi adalah apabila anak memperoleh bahasa anak remaja ataupun bahasa orang dewasa.
Perbedaan latar belakang anak-anak di sekolah, program acara televisi yang kurang selektif, teman bermain atau lingkungan yang heterogen dengan tingkat usia yang berbeda merupakan permasalahan yang kompleks dan harus dipertimbangkan dalam upaya menjaga anak agar memperoleh bahasa yang sesuai dengan umurnya.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasikan adalah :
Darimanakah anak mendapatkan kata-kata itu?
Apakah kata-kata itu didapat dari lingkungan sekolah? Ataukah dari lingkungan rumah?
Bagaimanakah cara anak memperoleh kata-kata itu? Secara sengaja mendengarkan orang lain berbicara, atau secara tidak sengaja terdengar oleh anak?
Bagaimanakah cara memperoleh bahasa pertama pada anak umur 3 tahun?
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah yang diambil dalam penulisan ini adalah : ”Bagaimanakah Pemerolehan Bahasa Pertama pada Anak Umur 3 Tahun?”
Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemerolehan bahasa pertama pada anak umur 3 tahun.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Menurut Sutjiningsih (1995:1) pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang sangat berbeda. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu, yang bisa diukur. Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam slruktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu adalah faktor genetik dan faktor lingkungan (Sutjiningsih, 1995:2). Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses pertumbuhan dan perkermbangan anak. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa. Gangguan pertumbuhan di negara maju Iebih sering diakibatkan oleh faktor genetik, sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain dari faktor genetik adalah faktor lingkungan yang kurang memadai. Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan anak. Faktor lingkunglan secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu faktor pranatal dan faktor postnatal.
Faktor pranatal adalah faktor yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan, sedangkan faktor postnatal adalah faktor yang' mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akan setelah lahir. Faktor pranatal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah: (1) gizi ibu pada waktu hamil: (2) mekanis, masalah cairan ketuban; posisi janin; (3) zat kimia / keracunan; (4) cendoktrin / hormon; (5) radiasi; (6) infeksi; (7) stress; (8) imunitas dan (9) anoksia embrio / kekurangan oksigen pada janin. Faktor postnatal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah: (1) lingkungan biologis, antara lain : ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon; (2) faktor fisik, antara lain : cuaca, musim, sanitasi, keadaan rumah, dan radiasi; (3) faktor psikososial antara lain : stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau hukuman, kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang, dan kualitas interaksi anak dan orangtua; (4) faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain : pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat istiadat, norma yang berlaku, agama, urbanisasi dan kehidupan politik dalam masyarakat.
Perkembangan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi, dan lingkungan di sekitar anak (Sutjiningsih, 1995:237).
Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan dari lingkungannya, mereka harus mendengar pembicaraan yang berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari maupun pengetahuan tentang dunia. Mereka harus belajar mengekspresikan dirinya, membagi pengalamannya dengan orang lain dan mengemukakan keinginannya.
Menurut Sutjiningsih (1995:238) terdapat 3 area utama pada hemisfer kiri anak khusus untuk berbahasa, yaitu di bagian anterior (area Broca dan korteks motorik) dan di bagian posterior (area Wernicke). Informasi yang berasal dari korteks pendengaran primer dan sekunder, diteruskan ke bagian korteks temporoparietal posterio (area Wernicke), yang dibandingkan dengan ingatan yang sudah disimpan. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan oleh fasciculus arcuata ke bagian anterior otak dimana jawaban mototrik dikoordinasi. Apabila terjadi kelainan pada salah satu dari jalannya impuls ini, maka akan terjadi kelainan bicara. Kerusakan pada bagian posterior akan mengakibatkan kelainan bahasa reseptif (bahasa pasif), sedangkan kerusakan di bagian anterior akan menyebabkan kelainan bahasa ekspresif (bahasa aktif).
Periode kritis bagi perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa anak adalah periode antara 9-24 bulan awal kehidupan. Dengan berkembangnya ketrampilan ekspresif anak, kemampuan yang meningkat dalam berbicara dan berbahasa menjadi mudah diamati. Periode 2-4 tahun pertama menunjukkan peningkatan yang cepat dalam jumlah dan kompleksitas perkembangan berbicara, kekayaan perbendaharaan kata dan kontrol neuromotorik (Sutjiningsih, 1995:240) selama periode inilah gangguan dalam kelancaran berbicara dapat lebih kelihatan, seperti gagap atau cara bicara seperti bayi.
Keterampilan mengartikulasikan suara juga mengikuti pola tertentu. Yang pertama muncul adalah suatu yang paling mudah dan paling gampang, yaitu suara bibir (dinyatakan dalam huruf m, p, b, f, v, o), berikutnya yang terdengar adalah suara sederhana yang dihasilkan oleh lidah dan gusi (d, n, l).
Pemerolehan Bahasa
Istilah "pemerolehan” dipakai untuk padanan istilah Inggris yaitu acquisition, yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language). Istilah ini dibedakan dari "pembelajaran" yang merupakan padanan dari istilah Inggris learning. Dalam pengertian ini proses itu dilakukan dalam tatanan yang formal, yakni belajar di kelas dan diajar oleh seorang guru. Dengan demikian maka proses dari anak yang belajar menguasai bahasa ibunya adalah pemerolehan, sedangkan proses dari orang yang belajar di kelas adalah pembelajaran (Dardjowidjojo, 2008:225).
Pemerolehan bahasa menurut Kiparsky adalah proses yang dipergunakan oleh anak untuk mencocokkan rangkaian hipotesis atau teori potensial yang amat ruwet dengan ucapan-ucapan orangtuanya sampai dia memilih, berdasarkan suatu takaran penilaian, tata bahasa yang paling baik atau paling sederhana dari bahasa itu (Tarigan, 1985:17).
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (B1) terjadi bila anak yang sejak semula tidak memiliki bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit.
Ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa. Pertama, pemerolehan bahasa mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua, pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik.
Penelitian mengenai bahasa telah menunjukkan banyak hal mengenai pemerolehan bahasa, mengenai apa yang dilakukan atau tidak dilakukan seorang anak ketika belajar atau memperoleh bahasa. Anak-anak dapat belajar menyusun kalimat, kebanyakan berupa kalimat yang belum pernah mereka hasilkan sebelumnya. Anak-anak belajar memahami kalimat yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Mereka tidak dapat melakukannya dengan mennyesuaikan tuturan yang didengar dengan beberapa kalimat yang ada dalam pikiran mereka.
Anak-anak selanjutnya harus menyusun "aturan" yang membuat mereka dapat menggunakan bahasa secara kreatif. Tidak ada yang mengajarkan aturan ini. Orang tua tidak lebih menyadari aturan aturan fonologis, morfologis, sintaktis, dan semantik daripada anak-anak. Selain memperoleh aturan tata bahasa (memperoleh kompetensi linguistik), anak-anak juga belajar pragmatik, yaitu penggunaan bahasa secara sosial dengan tepat, atau disebut para ahli dengan kemampuan komunikatif. Aturan-aturan ini termasuk mengucap salam, bentuk panggilan yang sopan, dan berbagai ragam yang sesuai untuk situasi yang berbeda. Ini dikarenakan sejak dilahirkan, manusia terlibat dalam dunia sosial sehingga ia harus berhubungan dengan manusia lainnya. Manusia harus menguasai norma-norma sosial dan budaya yang berlaku dalam masyarakat. Sebagian dari norma ini tertanam dalam bahasa sehingga kompetensi seseorang tidak terbatas pada apa yang disebut pemakaian bahasa (language usage) tetapi juga penggunaan bahasa (language use) (Dardjowidjojo, 2000:275).
Pemerolehan bahasa pertama erat sekali kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan karenanya juga erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial. Mempelajari bahasa pertama merupakan salah satu perkembangan menyeluruh anak menjadi anggota penuh suatu masyarakat. Bahasa memudahkan anak mengekspresikan gagasan, kemauannya dengan cara yang benar-benar dapat diterima secara sosial. Bahasa merupakan media yang dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lain dalam masyarakat. Dalam melangsungkan upaya memperoleh bahasa, anak dibimbing oleh prinsip atau falsafah ’jadilah orang lain dengan sedikit perbedaan’, ataupun ’dapatkan atau perolehlah suatu identitas sosial dan didalamnya, dan kembangkan identitas pribadi Anda sendiri’.
Perkembangan pemerolehan bahasa anak dapat dibagi atas tiga bagian penting yaitu (a) perkembangan prasekolah (b) perkembangan ujaran kombinatori, dan (c) perkembangan masa sekolah. Perkembangan pemerolehan bahasa pertama anak pada masa prasekolah dapat dibagi lagi atas perkembangan pralinguistik, tahap satu kata dan ujaran kombinasi permulaan.
Perkembangan pralinguistik ditandai oleh adanya pertukaran giliran antara orang tua (khususnya ibu) dengan anak. Pada masa perkembangan pralinguistik anak mengembangkan konsep dirinya. Ia berusaha membedakan dirinya dengan subjek, dirinya dengan orang lain serta hubungan dengan objek dan tindakan pada tahap satu kata anak terus-menerus berupaya mengumpulkan nama benda-benda dan orang yang ia jumpai. Kata-kata yang pertama diperolehnya tahap ini lazimnya adalah kata yang menyatakan perbuatan, kata sosialisasi, kata yang menyatakan tempat, dan kata yang menyatakan pemberian.
Perkembangan bahasa pertama anak lebih mudah ditandai dari panjang ucapannya. Panjang ucapan anak kecil merupakan indikator atau petunjuk perkembangan bahasa yang lebih baik dari pada urutan usianya. Jumlah morfem rata-rata per ucapan dapat digunakan sebagai ukuran panjangnya. Ada lima tahapan pemerolehan bahasa pertama. Setiap tahap dibatasi oleh panjang ucapan rata-rata tadi.
Walaupun perkembangan bahasa setiap anak sangat unik, namun ada persamaan umum pada anak-anak, ada persesuaian satu sama lain semua mencakup eksistensi, noneksistensi, rekurensi, atribut objek dan asosiasi objek dengan orang.
Pada masa tahap 2 ada tiga sarana ekspresif yang dipakai oleh anak-anak yang dapat membuat kalimat-kalimat mereka menjadi lebih panjang, yaitu kemunculan morfem-morfem gramatikal secara inklusif dalam ujaran anak, pengertian atau penyambungan bersama-sama hubungan dua hal tersebut, dan perluasan istilah dalam suatu hubungan/relasi.
Perkembangan pemerolehan bunyi anak-anak bergerak dari membuat bunyi menuju ke arah membuat pengertian. Periode pembuatan pembedaan atas dua bunyi dapat dikenali selama tahun pertama yaitu (1) periode vokalisasi dan prameraban serta (2) periode meraban. Anak lazimnya membuat pembedaan bunyi perseptual yang penting, selama periode ini, misalnya membedakan antara bunyi suara insani dan noninsani antara bunyi yang berekspresi marah dengan yang bersikap bersahabat, antara suara anak-anak dengan orang dewasa, dan antara intonasi yang beragam. Anak-anak mengenali makna-makna berdasarkan persepsi mereka sendiri terhadap bunyi kata-kata yang didengarnya. Anak-anak menukar atau mengganti ucapan mereka sendiri dari waktu ke waktu menuju ucapan orang dewasa, dan apabila anah-anak mulai menghasilkan segmen bunyi tertentu, hal itu menjadi perbendaharaan mereka.
Perkembangan ujaran kombinatori anak-anak dapat dibagi dalam empat bagian yaitu perkembangan negatif/penyangkalan, perkembangan interogratif/pertanyaan, perkembangan penggabungan kalimat, dan perkembangan sistem bunyi.
Penggabungan beberapa proposisi menjadi sebuah kalimat tunggal memerlukan rentangan masa selama beberapa tahun dalam perkembangan bahasa anak-anak.
Penggunaan bahasa yang tepat harus diperoleh seorang anak karena kemampuan berbahasa yang baik tidak hanya terletak pada kepatuhan terhadap aturan gramatikal tetapi juga pada aturan pragmatik. Menurut Ninio dan Snow (dalam Dardjowidjojo, 2000:43-48), mau tidak mau seorang anak mengembangkan pengetahuan yang diperlukan agar dalam situasi komunikasi bahasa yang dia pakai itu pantas, efektif, dan sekaligus mengikuti aturan gramatikal.
BAB III
METODOLOGI DAN PENGOLAHAN DATA
Metodologi
Disain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa TPA berumur 3 tahun bernama Muhammad Royhan.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2010.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, studi kepustakaan, studi lapangan, dan pengamatan langsung, pengumpulan data didapat dengan menunjukkan berbagai macam-macam benda.
Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan benda-benda dan pertanyaan-pertanyaan.
Pengolahan Data
Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian, dilakukan pemisahan-pemisahan data untuk memilih kata-kata atau kalimat yang berkaitan dengan masalah penelitian yaitu pemerolehan bahasa pertama pada anak umur 3 tahun.
Data yang diperoleh dan telah dipisahkan adalah :
Menunjukkan macam benda-benda atau barang-barang yang diperoleh kata atau kalimat sebagai berikut :
Benda-benda mainan :
Lobot-lobotan yang dimaksud robot-robotan
Keta-ketaan yang dimaksud kereta-keretaan
Obil-obilan yang dimaksud mobil-mobilan
Apal-apalan yang dimaksud kapal-kapalan
Motol-motolan yang dimaksud motor-motoran.
Benda buah-buahan :
Picang-picangan yang dimaksud pisang-pisangan
Acang-acangan yang dimaksud kacang-kacangan
Lambutan yang dimaksud rambutan
Jeluk-jelukan yang dimaksud jeruk-jerukan
Anggul-anggulan yang dimaksud anggur-angguran.
Melalui pertanyaan-pertanyaan atau wawancara diperoleh bentuk kata-kata atau bentuk kalimat-kalimat sebagai berikut :
Bentuk Kata
Galpu yang dimaksud garpu.
Kata-kata tersebut muncul ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk garpu.
Vivi yang dimaksud TV.
Kata-kata tersebut muncul ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk TV.
Kukas yang dimaksud kulkas.
Kata-kata tersebut muncul ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk kulkas.
Codet yang dimaksud sodet.
Kata-kata tersebut muncul ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk sodet.
Kuplen yang dimaksud pulpen.
Kata-kata tersebut muncul ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk pulpen.
Bentuk Kalimat
Ayah pulang.
Secara sepontan timbul ketika ia minta pulang hari sudah mulai gelap.
Mah, mau pegi kemana?
Ketika melihat mamanya mau pergi secara sepontan bertanya kepada mamanya.
Yah memain bola yah
Ketika melihat ayahnya main bola secara sepontan bertanya kepada ayahnya.
Ayah ngantor
Secara sepontan timbul ketika ia melihat pergi kantor berpakaian rapi keluar rumah.
Mamah cakek.
Secara sepontan timbul ketika ia melihat mamahnya sedang bercermin di kamar.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA
Pembahasan
Anak umur 3 tahun pada umumnya sudah dapat berkomunikasi dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, maupun dengan yang lebih tua, termasuk orang tuanya. Kadang-kadang bahasa yang dipergunakan oleh si anak, masih belum sempurna dan masih terdapat perubahan bunyi yang sering dikeluarkan dalam ucapannya sehari-hari. Bahkan belum pernah diajarkan oleh orang tuanya tetapi bahasa yang digunakan sama persis dengan yang sering diucapkan oleh orangtuanya.
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, kalimat dan kata-kata yang diambil dalam pembahasan ini adalah :
Macam benda-benda atau barang-barang :
Benda-benda mainan :
Lobot-lobotan yang dimaksud robot-robotan
Keta-ketaan yang dimaksud kereta-keretaan
Obil-obilan yang dimaksud mobil-mobilan
Apal-apalan yang dimaksud kapal-kapalan
Motol-motolan yang dimaksud motor-motoran.
Benda buah-buahan :
Picang-picangan yang dimaksud pisang-pisangan
Acang-acangan yang dimaksud kacang-kacangan
Lambutan yang dimaksud rambutan
Jeluk-jelukan yang dimaksud jeruk-jerukan
Anggul-anggulan yang dimaksud anggur-angguran.
Melalui pertanyaan-pertanyaan atau wawancara, diperoleh kata-kata dan kalimat-kalimat.
Bentuk Kata
Galpu yang dimaksud garpu.
Kata-kata tersebut muncul ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk garpu.
Vivi yang dimaksud TV.
Kata-kata tersebut muncul ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk TV.
Kukas yang dimaksud kulkas.
Kata-kata tersebut muncul ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk kulkas.
Codet yang dimaksud sodet.
Kata-kata tersebut muncul ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk sodet.
Kuplen yang dimaksud pulpen.
Kata-kata tersebut muncul ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk pulpen.
Bentuk Kalimat
Ayah pulang.
Secara sepontan timbul ketika ia minta pulang hari sudah mulai gelap.
Mah, mau pegi kemana?
Ketika melihat mamanya mau pergi secara sepontan bertanya kepada mamanya.
Yah memain bola yah
Ketika melihat ayahnya main bola secara sepontan bertanya kepada ayahnya.
Ayah ngantor
Secara sepontan timbul ketika ia melihat pergi kantor berpakaian rapi keluar rumah.
Mamah cakek.
Secara sepontan timbul ketika ia melihat mamahnya sedang bercermin di kamar.
Analisis Data
Melalui benda-benda yang ditunjukkan responden menunjukkan :
Lobot-lobotan yang dimaksud robot-robotan.
Kata-kata tersebut muncul pada saat ditunjukkan benda yang berbentuk robot-robotan. Kata-kata ”Lobot-lobotan” apabila dilihat dari sisi fonologi masih terdapat perubahan bunyi dari | L | ke | r | sehingga merupakan bentuk alamiah responden untuk mendapatkan bunyi yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Keta-ketaan yang dimaksud kereta-keretaan.
Kata-kata tersebut muncul pada saat ditunjukkan benda yang berbentuk kereta-keretaan. Kata-kata ”Keta-ketaan” apabila dilihat dari sisi fonologi masih terdapat pertukaran fonem sehingga merupakan bentuk alamiah responden untuk mendapatkan bunyi yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Obil-obilan yang dimaksud mobil-mobilan.
Kata-kata tersebut muncul pada saat ditunjukkan benda yang berbentuk mobil-mobilan. Kata-kata ”Obil-obilan” apabila dilihat dari sisi fonologi masih terdapat pertukaran fonem sehingga merupakan bentuk alamiah responden untuk mendapatkan bunyi yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Apal-apalan yang dimaksud kapal-kapalan.
Kata-kata tersebut muncul pada saat ditunjukkan benda yang berbentuk kapal-kapalan. Kata-kata ”Apal-apalan” apabila dilihat dari sisi fonologi masih terdapat pertukaran fonem sehingga merupakan bentuk alamiah responden untuk mendapatkan bunyi yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Motol-motolan yang dimaksud motor-motoran.
Kata-kata tersebut muncul pada saat ditunjukkan benda yang berbentuk motor-motoran. Kata-kata ”Motol-motolan” apabila dilihat dari sisi fonologi masih terdapat perubahan bunyi dari |L| ke | r | sehingga merupakan bentuk alamiah responden untuk mendapatkan bunyi yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Picang-picangan yang dimaksud pisang-pisangan.
Kata-kata tersebut muncul pada saat ditunjukkan benda yang berbentuk pisang-pisangan. Kata-kata ”Picang-picangan” apabila dilihat dari sisi fonologi merupakan bentuk alamiah responden untuk mendapatkan bunyi yang dapat dimengerti.
Acang-acangan yang dimaksud kacang-kacangan.
Kata-kata tersebut muncul pada saat ditunjukkan benda yang berbentuk kacang-kcangan. Kata-kata ”Acang-acangan” apabila dilihat dari sisi fonologi merupakan bentuk alamiah responden untuk mendapatkan bunyi yang dapat dimengerti.
Lambutan yang dimaksud rambutan.
Kata-kata tersebut muncul pada saat ditunjukkan benda yang berbentuk rambut-rambutan. Kata-kata ”Lambutan” apabila dilihat dari sisi morfologi merupakan bentuk alamiah responden untuk mendapatkan bunyi kata yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Jeluk-jelukan yang dimaksud jeruk-jerukan.
Kata-kata tersebut muncul pada saat ditunjukkan benda yang berbentuk jeruk-jerukan. Kata-kata ”Jeluk-jelukan” apabila dilihat dari sisi morfologi merupakan bentuk alamiah responden untuk mendapatkan bunyi kata yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Anggul-anggulan yang dimaksud anggur-angguran.
Kata-kata tersebut muncul pada saat ditunjukkan benda yang berbentuk anggur-angguran. Kata-kata ”Anggul-anggulan” apabila dilihat dari sisi fonologi merupakan bentuk alamiah responden untuk mendapatkan bunyi kata yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Melalui pertanyaan-pertanyaan atau wawancara diperoleh bentuk kata-kata dan bentuk kalimat yang ditunjukkan responden menunjukkan.
Galpu yang dimaksud garpu.
Kata-kata tersebut muncul pada saat berada di ruang dapur ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk garpu.
Kata-kata galpu apabila dilihat dari sisi fonologi merupakan bentuk alamiah responden untuk menambahkan dan mendapatkan bentuk kata yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Vivi yang dimaksud TV.
Kata-kata tersebut muncul pada saat berada di ruang tengah ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk TV.
Kata-kata vivi apabila dilihat dari sisi morfologi merupakan bentuk alamiah responden untuk menambahkan dan mendapatkan bentuk kata yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Kukas yang dimaksud kulkas.
Kata-kata tersebut muncul pada saat membuka lemari ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk kulkas.
Kata-kata kukas apabila dilihat dari sisi fonologi merupakan bentuk alamiah responden untuk menambahkan dan mendapatkan bentuk kata yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Codet yang dimaksud sodet.
Kata-kata tersebut muncul pada saat berada di dapur ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk sodet.
Kata-kata codet apabila dilihat dari sisi fonologi merupakan bentuk alamiah responden untuk menambahkan dan mendapatkan bentuk kata yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Kuplen yang dimaksud pulpen.
Kata-kata tersebut muncul pada saat sedang menulis ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk pulpen.
Kata-kata kuplen apabila dilihat dari sisi fonologi merupakan bentuk alamiah responden untuk menambahkan dan mendapatkan bentuk kata yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Ayah pulang.
Kata-kata tersebut muncul secara sepontan timbul ketika ia minta pulang hari sudah mulai gelap.
Kata-kata tersebut apabila dilihat dari sisi sintaksis merupakan bentuk alamiah responden untuk menambahkan dan mendapatkan bentuk kata yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Mah, mau pegi kemana?
Kata-kata tersebut muncul secara sepontan timbul ketika melihat mamanya mau pergi, lalu bertanya kepada mamanya.
Kata-kata tersebut apabila dilihat dari sisi sintaksis dan morfologi merupakan bentuk alamiah responden untuk menambahkan dan mendapatkan bentuk kata yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Yah memain bola yah
Kata-kata tersebut muncul pada saat bermain berada di lapangan, ketika ditanya sebuah benda yang berbentuk bola.
Kata-kata memain apabila dilihat dari sisi morfologi merupakan bentuk alamiah responden untuk menambahkan dan mendapatkan bentuk kata yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Ayah ngantor
Kata-kata tersebut muncul pada saat ketika ia melihat ayah pergi kantor berpakaian rapi keluar rumah.
Kata-kata ngantor apabila dilihat dari sisi fonologi merupakan bentuk alamiah responden untuk menambahkan dan mendapatkan bentuk kata yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
Mamah cakek.
Kata-kata tersebut muncul pada saat ketika ia melihat mamahnya sedang bercermin di runag kamar.
Kata-kata cakek apabila dilihat dari sisi fonologi merupakan bentuk alamiah responden untuk menambahkan dan mendapatkan bentuk kata yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis data, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Perolehan bahasa pertama pada anak usia 3 tahun kadang-kadang menambahkan kata-kata sehingga dapat dimengerti oleh dirinya, seperti ”mentidurkan”.
Perolehan bahasa pertama pada anak usia 3 tahun kadang-kadang mengambil kata-kata langsung yang pernah diucapkan oleh ibunya di rumah, seperti galpu untuk kata garpu.
Perolehan bahasa pertama pada anak usia 3 tahun kadang-kadang merubah susunan kata-katanya, seperti ”ngantor untuk kata kantor.
DAFTAR PUSTAKA
Parera, J.D, Menulis Tertib dan Sistematik, Jakarta: Erlangga, 1983
Soenjono Dardjowidjoyo, Psikolinguistik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC, 1995
Monks, F.J, dkk, Psikologi Perkembangan, terjemahan, penyesuaian, dan penulisan naskah kembali buku berjudul Ontwikkeling Psychologie, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar