Menulis Cerita Pendek (Cerpen) dengan Teknik Ubah Buku Harian (Diary)
(Sumber: Bintarti, Sri. 2011. Majalah Dinamika Guru. Ponorogo: Dinamika.)
Pembelajaran sastra merupakan salah satu pembelajaran dalam ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah mencakup membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Fungsi utama bahasa adalah sebagai sarana komunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat komunikasi antar manusia untuk berbagai keperluan dan situasi pemakaian. Sementara itu pembelajaran sastra memiliki fungsi utama sebagai penghalus budi, peningkatan kepekaan, rasa kemanusiaan, dan kepedulian social, penumbuhan apresiasi budaya dan penyaluran gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif, baik secara lisan maupun tulisan. Melalui sastra siswa diajak untuk memahami, menikmati dan menghayati karya sastra.
Dengan mempelajari sastra, maka budi pekerti, kepekaan, rasa kemanusiaan, dan kepedulian siswa akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan begitu bukan tidak mungkin siswa juga mampu mengapresiasi karya sastra, dalam arti mampu menghasilkan produk karya sastra. Rahmanto (1998:6) mengatakan bahwa pemeblajaran apresiasi sastra membantu pendidik secara utuh. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra memiliki empat manfaat, yaitu (1) membantu ketrampilan berbahasa, (2) meningkatkan pengetahuan budaya, (3) mengembangkan cipta dan rasa, (4) menunjang pembentukan watak.
Hal itu bisa dipahami bahwa jika pembelajaran menulis cerita pendek (sastra) disampaikan dengan metode yang tepat, maka manfaat pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen) akan dirasakan oleh para siswa. Nilai serta pesan moral yang ada dalam cerita pendek (cerpen) akan dihayati para siswa yang selanjutnya diharapkan dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila minat siswa pada sastra sudah tumbuh tanpa paksaan, harapan terakhir para siswa mampu berkreatifitas dan menghasilkan produk sastra, salah satunya dalam bentuk cerita pendek (cerpen). Kita sebagai guru boleh saja berharap banyak kepada siswa agar mampu berkreasi seusai yang kita inginkan. Tapi kenyataan di lapangan sering berbeda dari harapan kita.
Kenyataannya, pembelajaran menulis siswa, selama ini masih banyak mengalami kendala baik dari guru maupun minat siswa sendiri. Guru umumnya masih menggunakan metode yang tradisional. Seringkali pembelajaran masih menggunakan metode ceramah yang berlebihan. Para siswa dijejali dengan pengertian cerita pendek (cerpen), ciri-ciri cerita pendek (cerpen), unsure pembangunan cerita pendek (cerpen), dan sebagainya. Dengan begitu siswa seringkali mengalami kejenuhan dan kebosanan. Apakah hal semacam ini masih perlu dipertahankan. Yang jelas jawabnya ‘tida’. Sebenarnya kita bisa menumbuhkan minat menulis siswa, khususnya siswa yang bersekolah di pinggiran, dari kebiasaan atau pengalaman mereka sehari-hari. Biasanya anak yang menginjak remaja (Sekolah Menengah Pertama) mulai memasuki masa puberitas. Masa puberitas merupakan masa seorang anak mulai mencari jati diri, dan ingin berbagi perasaan dengan orang lain. Pada masa ini, anak biasanya suka mencurahkan isi hati selain kepada orang lain (orang tua, saudara, teman dekat), juga lewat tulisan atau biasa disebut buku harian (diary). Lewat buku harian biasaya siswa menumpahkan segala isi hatinya baik suka maupun duka. Seringkali pengalaman yang ditulis siswa dalam buku harian terasa mengharukan dan disusun seperti puisi. Seperti cuplikan pengalaman siswa dalam buku harian berikut ini:
Siang itu mendung hitam bergelayut di atas sana.
Aku tergesa-gesa menjejakkan kaki menyusuri jalan setapak.
Terbayang wajah ibu yang terbaring dengan wajah pucat.
Tak terasa air mataku menetes membasahi pipi.
Sejak kemarin ibu belum minum obat.
Pikiranku menerawang……
Aku harus bisa membelikan ibuku obat
………
Larik kalimat di atas merupakan tulisan tangan seorang siswa yang duduk di kelas 7 Sekolah Menengah Pertama di pinggiran kota. Kata tersebut merupakan tulisan di buku harian siswa. Sekilas kalimat tersebut mirip dengan awal sebuah cerita pendek (cerpen). Apabila dicermati secara lengkap, tulisan tersebut mengandung satu permasalahan. Aku dan ibu sebagai tokohnya. Siang hari yang mendung sebagai latar suasana. Persoalan yang ada adalah menyedihkan. Hal tersebut merupakan ungkapan batin penulisnya yang diungkapkan lewat buku harian. Bisa dikatakan unsure sebuah cerita sudah ada dalam tulisan tersebut dan hal itu bisa dijadikan bahan untuk melangkah membuat cerita pendek (cerpen). Karena pada dasarnya cerita pendek (cerpen) merupakan rangkaian cerita yang tema atau kejadiannya bisa diambil dari pengalaman sehari-hari, baik pengalaman pribadi atau orang lain.
Drs. Sutejo, M. Hum dalam bukunya Teknik Kreatifitas Pembelajaran menyatakan bahwa sebagaimana galib buku harian di dalamnya memiliki karakter: (a) Ada orang/ tokoh yang terlibat dalam buku harian, (b) ada penanda waktu, (c) berkaitan dengan persoalan penting (mengesankan/ menyedihkan), dan (d) ungakapan batin penulisnya. Hal tersebut sesungguhnya sudah merupakan bagian fungsional dalam sebuah cerita.
Belajar menulis cerita pendek (cerpen) berdasar buku harian bisa berupa pengalaman pribadi yang dialami masing siswa maupun dari hasil empati dari lingkungna social yang ditemui mereka. Penulisan dengan teknik ini memanfaatkan tidak bisa dipungkiri dunia pribadi sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari dunia social. Karena manusia disamping makhluk pribadi juga sekaligus makhluk social.
Adapun langakh Teknik Ubah buku harian (Diary) menurut Drs. Sutejo, M. Hum. Dapat ditempuh dengan (a) pentingnya mendokumentasikan pengalaman (pribadi dan social) ke dalam buku harian, (b) seleksi ulang atas persoalan dalam buku harian, (c) menganalisis tema buku harian, (d) mengubah catatan harian ke dalam cerpen, (e) manipulasi tokoh di dalam buku harian dengan karakter nama tokoh yang sama karakter, (f) edit ulang apakah bahasa cerita pendek (cerpen) yang dituliskan masih terpengaruh bahasa narasi catatan harian. Siswa diberi tugas oleh guru untuk mencatat segala peristiwa sehari-hari yang menarik dalam kurun waktu tertentu. Catatan itu harus ditulis dengan kejujuran dan tanpa paksaan. Catatan di tulis dalam satu buku. Dalam kurun waktu tertentu, catatan diperiksa oleh guru.
Setelah pengalaman harian siswa di dokumentasi, selanjutnya di seleksi persoalan dalam buku harian yang menurut siswa paling menarik. Selanjutnya, siswa di bombing untuk menganalisis persoalan dalam buku harian tersebut menjadi beberapa sub tema. Dari beberapa sub tema tersebut kemudian ditentukan tema cerita pendek (cerpen) secara keseluruhan. Langkah berikutnya adalah manipulasi tokoh yang ada dalam cerita pendek (cerpen) dengn memberi nama tokoh sesuai dengan karakter tokoh yang ada dalam buku harian siswa. Dalam hal ini siswa boleh memunculkan tokoh lain yang di imajinasi oleh isswa. Apabila unsure penulisan cerita pendek (cerpen) sudah terpenuhi, maka siswa mengubah persoalan dalam buku harian tersebut menjadi satu cerita dengan di bumbui imajinasi dari masing-masing siswa.
Dengan bimbingan yang optimal, maka siswa akan mampu mengubah pengalaman hidup mereka menjadi satu cerita yang menarik. Yang terakhir adalah mengedit ulang bahasa dan tulisan yang mereka gunakan, dari tulisan model buku harian diubah menjadi bahasa cerita pendek (cerpen) yang menarik. Dengan pancingan semacam ini sedikit demi sedikit siswa akan termotivasi untuk menulis, karena pada hakekat setiap orang/ siswa ingin ada orang lain yang mau mendengarkan/ membaca/ tahu kata hatinya, terutama pengalaman yang sangat menyedihkan atau menyenangkan. Hal ini tidak terlepas manusia sebagai makhluk social yang tidak bisa hidup sendiri, baik fisik maupun batin. Setiap manusia pada dasarnya selalu ingin berbagi dengan orang lain, begitu juga dengan siswa . pengalaman mereka sehari-hari yang menyedihkan atau menyenangkan dapat menjadi media pembelajaran yagn menarik dan disukai siswa yaitu dapat diwujudkan untuk penulisan cerita pendek (cerpen).
Banyak pengalaman yang menggunakan buku harian ini dimanfaatkan dalam mendorong penulisan seseorang. Danarto, misalnya. Dalam suatu acara, pengarang ini mengatakan akan pentingnya buku harian dalam kelahiran karyanya. Untuk inilah, maka buku harian yang dimiliki para sisiwa akan dapat mendorong kelancaran pembelajaran penulisan cerita pendek (cerpen) yang kita lakukan. Tanpa kita sadari sebenarnya di antara siswa kita banyak yang mempunyai potensi, khusus di bidang tulis menulis.
Ini bisa kita cermati dari contoh sederhana buku harian yang mereka tulis. Apabila kita mau dengan sungguh-sungguh menggali potensi dalam diri mereka, maka pembelajaran Bahasa Indonesia (sastra) yang memiliki empat manfaat (ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan rasa dan cipta, menunjang pembentukan watak) bukan tidak mungkin dapat tercapai. Tinggal kita sebagai insane yang dipercaya untuk mencetak mereka, mampukah kita mewujudkan potensi dalam diri mereka menjadi satu karya yang bisa membawa manfaat bagi kehidupan mereka dan masyarakat.
IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):
Short Story Writing (Short Story) with Engineering Change Diary (Diary)
(Source: Bintarti, Sri., 2011. Dynamics Teacher Magazine. Ponorogo: Dynamics.)
Learning literature is one of learning within the scope of Indonesian subjects. Indonesian subjects in school include reading, writing, listening, and speaking. The main function of language is a means of communication. Language is used as a means of communication between humans for a variety of purposes and situations of use. While the study of literature has a primary function as smoothing cultivation, increased sensitivity, humanity, and social awareness, growth and distribution of cultural appreciation ideas, imagination and be creative and constructive expression, whether oral or written. Through literature students are encouraged to understand, enjoy and appreciate literature.
By studying the literature, the manners, sensitivity, humanity, and caring students will grow and develop properly. That way it is not possible students are also able to appreciate the literary works, in a sense able to produce literary works. Rahmanto (1998:6) said that the appreciation of literature pemeblajaran assist educators in their entirety. Further, he said that teaching literature appreciation has four benefits, namely (1) to help language skills, (2) increase cultural knowledge, (3) developing creativity and flavors, (4) support the formation of character.
It can be understood that if the teaching of writing short stories (literary) delivered with the right method, the benefits of learning to write short stories (short stories) will be felt by the students. Values and moral messages that exist in the short story (stories) will be lived the next student is expected to be practiced in everyday life. If the student's interest in the literature has been growing without coercion, the last hope of the students were able to produce creativity and literature, one of them in the form of short stories (short story). We as teachers should be looking forward so much to the students to be able to create after what we want. But the reality is often different from our expectations.
In fact, learning to write students, as long as there are still many obstacles both experienced teachers as well as students' own interests. Teachers still use traditional methods. Often learning is still using excessive lecture method. The students are crammed with understanding a short story (short story), the characteristics of short stories (short story), short story elements of the construction (short story), and so on. With so students often experience burnout and boredom. Is this kind of thing still needs to be maintained. A clear answer 'walkin'. Actually we can cultivate students' interest in writing, particularly students who attend school in the suburbs, from habit or their day-to-day experiences. Normally boy who was a teenager (Junior High School) began to enter the period of puberty. The period of puberty is a time a child starts looking for identity, and want to share your feelings with others. At this time, children usually like to confide in addition to others (parents, siblings, close friends), also commonly referred in writing or diary (diary). Through student diary is usually spilling all his heart good and bad. Often the student experience written in the diary was touching and arranged like poetry. Such footage student experience in the following diary:
That afternoon black clouds hung up there.
I hastily set foot down the path.
Imagine the mother who lay face with a pale face.
Not feel the tears dripping wet cheeks.
Since yesterday the mother has not been taking the medication.
My mind wandered ......
I should be able to buy her drugs
.........
Array above sentence is handwriting a student who sits in 7th grade junior high school in the suburbs. The word is an article in the student diary. Overview sentence is similar to the beginning of a short story (short story). Complete if we look closely, the text contains a problem. I and mother as characters. Overcast afternoon as background atmosphere. Existing problems is sad. It is an expression of the author's mind expressed through the diary. You could say there are elements of a story in the paper and it can be used as material to make a step short stories (short story). Because basically short stories (short stories) is a series of stories that theme or occurrence can be taken from everyday experience, either personal experience or others.
Drs. Sutejo, M. Hum in his book Creativity Learning Techniques Galib said that as the diary has a character in it: (a) There are people / leaders involved in the diary, (b) there is a time marker, (c) deals with important issues (impressive / depressing), and (d) inner ungakapan author. It actually has a functional part in a story.
Learn to write short stories (short stories) based on the diary of personal experiences that could be experienced by the individual student as well as from the results of lingkungna social empathy that they encountered. Writing with this technique can not be denied utilizing personal real world can not be separated from the social world. Because in addition to human beings as well personal as well as social creatures.
The Engineering Change langakh diary (Diary) by Drs. Sutejo, M. Hum. Can be reached by (a) the importance of documenting the experience (personal and social) into the diary, (b) the re-selection problem in the diary, (c) analyzing the diary theme, (d) changing the diary into a short story, (e ) manipulation of figures in the diary with the same character character character name, (f) whether the language re-edit short stories (short story) written narrative language still affected diary. Students are given the task by the teacher to keep track of day-to-day events of interest within a certain time. The notes should be written with honesty and without coercion. Notes written in the book. Within a certain time, records examined by the teacher.
After the daily experiences of students in the documentation, the next in the selection of issues in the diary by the most attractive students. Furthermore, students in the bombing to analyze problems in the diary into several sub-themes. Of several sub-themes are then determined the theme of short stories (short stories) as a whole. The next step is the manipulation of characters in a short story (stories) with less character name in accordance with the existing character of the student diary. In this case the student may bring another figure in the imagination by isswa. If the elements of short story writing (short stories) are met, then the student change issues in the diary into a story with a season in the imagination of each student.
With optimal guidance, the students will be able to turn their life experiences into a compelling story. The latter is re-editing and writing the language they use, from writing diaries models converted into language short story (short story) interesting. With this kind of inducement piecemeal students will be motivated to write, because the essence of each person / student wanted anyone else who will listen / read / know his heart, especially a very sad experience or fun. This is related to humans as social beings who can not live alone, whether physical or mental. Every human being is basically always want to share with others, as well as students. their day-to-day experience of a sad or unpleasant can be tantalizing instructional media and preferred that students can be realized for short story writing (short stories).
A lot of experience using the diary was used to encourage the writing of a person. Danarto, for example. In the event, the author says of the importance of the birth of his diary. For this, the diary owned by the sisiwa will be able to encourage a smooth learning short story writing (short stories) that we do. Before we know it is actually among our students who have a lot of potential, especially in the field of writing.
It can we look at a simple example of a diary they write. If we want to seriously explore the potential in themselves, then learning Indonesian (literature) which has four benefits (language skills, increase cultural knowledge, and develop a sense of creativity, support the formation of character) is not likely to be achieved. We live as insane trusted to print them, could we realize the potential within them to be a work that can bring benefits to their lives and communities.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar