Mengetahui Kesenian Gajah-Gajahan
(Sumber:____. 2011. Warta Ganesha. Ponorogo: Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ponorogo.)
Banyak kesenian asli dari kabupaten Ponorogo yang sudah tidak banyak dikenal, salah satunya adalah kesenian gajah-gajahan. Jenis kesenian ini sepintas terlihat mirip dengan hadroh klasik pada musiknya. Namun, kesenian ini tidk memiliki pakem yang tetap. Alat music, gerak tari, lagu dan jenis music berubah seiring perkembangan zaman. Hal yang paling khas adalah patung gajah yang terbuat dari kertas karton yang direkatkan pada kerangkah bambu. Mengapa gajah? Gajah terkenal sebagai binatang yang mudah ditundukkan, serta banyak membantu pekerjaan manusia.
Pada awalnya kesenian ini tersebar di lingkungan komunitas santri atau daerah seputar mushola (masjid) terutama di daerah Kecamatan Siman, Kecamatan Mlarak, dan Kecamatan Jetis. Beberapa pimpinan komunitas gajah-gajahan belum bisa memberi keterangan tentang asal mula kesenian Gajah-gajahan sendiri terdapat beberapa pendapat yang berbeda. Namun hampir dapat dipastikan pada awalnya kesenian ini memang dikembangkan oleh komunitas santri. Gajah-gajahan memang diciptakan bukan sebagai kesenian ritual, namun adalah hanya sebagai kesenian untuk menghibur masyarakat. Selain itu juga memiliki fungsi merekatkan persaudaraan antara kalangan masyarakat santri.
Pada saat pertunjukan dimulai, patung gajah diangkat oleh dua orang yang masuk ke dalamnya dan dinaiki oleh seorang bocah kecil, yang umumnya perempuan atau laki-laki yang di rias seperti perempuan, sambil diiringi oleh music di belakangnya. Pemusik membawa alat music berupa jedor, gendang, kentongan, atau alat music lainnya.
Gajah-gajahan bukan sekedar kesenian panggung, tetapi juga sebagai sarana sosialisasi suatu kabar tertentu (misalnya pengajian) dari pemilik hajat kepada masyarakat luas. Saat memerankan fungsi sosialisasi ini, gajah-gajahan diarak keliling desa di sekitarnya. Cara mengarak gajah-gajahan dengna berkeliling desa itu, diharapkan akan mengundang perhatian warga untuk mendengarkan pesan yang akan disampaikan. Pada hajatan khitanan misalnya yang naik gajah-gajahan adalah anak kecil yang akan khitanan. Kini seiring perkembangan zaman fungsi ini digeser seperti fungsi jathil pada kesenian Reyog Ponorogo (yang pada mulanya laki-laki berubah menjadi Perempuan), yang mungkin agar memiliki unsure artistic.
IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):
Knowing Art Elephant Doll
(Source: ____., 2011. Warta Ganesha. Ponorogo: Public High School 1 Ponorogo.)
Many of the original art Ponorogo regency that is not widely known, one of which is the elephant-Gajahan art. This type of art hadroh cursory look similar to the classical music. However, this art tidk has a fixed grip. Tool music, dance, song and music kind of change with the times. The most typical case is the elephant statues made of cardboard pasted on bamboo kerangkah. Why the elephant? Elephant known as malleable beast, and a lot of helping people work.
At first this art students dispersed in the environment or local communities around the mosque (mosque), especially in the area of District Siman, Mlarak District, and District Jetis. Some community leaders elephant-Gajahan could not give information about the origin of the elephant-Gajahan art itself, there are several different opinions. But almost certainly at the beginning of this art was developed by a community of students. Elephant-Gajahan art was created not as a ritual, but it is only as an art to entertain the public. It also has the function to glue brotherhood among the community of students.
By the time the show started, sculpture elephant lifted by two people who enter into it, and ridden by a small boy, who are mainly women or men in dressing like women, while accompanied by the music behind it. Musician carrying instrument in the form jedor music, drum, gong, or other music device.
Elephant-stage Gajahan not just art, but also as a means of socialization of a particular word (eg teaching) from the owner to the general public lavatory. When playing this socialization function, elephant-Gajahan paraded around the village in the vicinity. Way elephants paraded around the village-Gajahan dengna it, is expected to invite the attention of people to listen to the message to be delivered. At the celebration of circumcision as a riding elephant-Gajahan is a small child who will circumcisions. Now, as the times this function is shifted as function jathil on Reyog art Ponorogo (which at first men turn into women), which may be to have artistic elements.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar