Sejarah Filsafat Barat


Bacalan Istighfar agar Urusan Lancar | Grupsyariah (GS)
BAB I PENDAHULUAN
Sejarah perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan  perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban Kuno (Yunani). Pada tahun 2000 SM, Bangsa Babylon yang hidup di sungai Nil (Mesir) dan sungai Efrat, telah mengenal alat pengukur berat, tabel bilangan berpangkat,
tabel perkalian dengan menggunakan sepuluh jari.
Piramida yang merupakan salah satu keajaiban  dunia itu yang ternyata pembuatannya menerapkan geometrid dan matematika, menunjukan cara berfikirnya sudah tinggi. Selain itu, merekapun sudah dapat mengadakan kegiatan pengamatan benda-benda langit, baik bintang, bulan, matahari, sehingga dapat meramalkan gerhana baik berhana matahari maupun gerhana bulan. Ternyata ilmu yang mereka pakai dewasa ini disebut dengan ilmu Astronomi. Di India dan China waktu itu telah di temukan  cara pembuatan kertas dan kompas (sebagai petunjuk arah)
BAB II PEMBAHASAN
SEJARAH FILSAFAT BARAT
A.      Lahirnya filsafat  yunani
Lahirnya filsafat di Yunani diperkirakan pada abad ke 6 Sebelum Masehi. Timbulnya filsafat di tempat itu disebut peristiwa ajaib (The greek miracle). Ada beberapa factor yang sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani. K.Bertens menyebutkan ada tiga factor, yaitu sebagai berikut:
1.       Pada bangsa Yunani, seperti pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti. Mite-mite sudah member jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia: dari mana kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa penyebab matahari terbit, lalu terbenam lagi? Melalui mite-mite, manusia mencari keterangan tentang asal usul alam semesta dan kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mite yang pertama mencari keterangan tentang asal usul alam semesta disebut mite kosmologis. Khusus bangsa Yunani bahwa mereka mengadakan berbagai usaha untuk menyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu, sudah tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan mite-mite satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokan dengan mite lain.
2.       Kesusasteraan Yunani
Dua karya puisi Homeros yang berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut sudah lama digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Dalam dialog yang bernama Politeria. Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai edukatif.
3.       Pengaruh ilmu pengetahuan sudah terdapat di Timur Kuno
Orang Yunani tentau berutang budi kepada bangsa lain dalma menerima beberapa unsur ilmu pengetahuan. Seperti ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari Mesir. Pengaruh Babylonia dalam perkembagan ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa lain dalma perkembangan  ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan. Orang Yunani telah mengolah unsur-unsur tadi dengan cara yang tidak pernah disangka-sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunanilah didapatkan ilmu pengetahuan yang bercorak dan sungguh-sungguh  ilmiah.
Pada abad ke 6 sebelum masehi, mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak saat itu, orang mulai mencari jawaban rasional tentang berbagai problem  yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos. Dengan demikian, filsafat dilahirkan dibumi ini.

B.       Periodisasi   Filsfat Barat
Sejarah filsafat Barat dibagi menjadi empat periode, yaitu zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern, dan masa kini.
1.       Zaman Filsafat Yunani Kuno (600 SM-400 M)
Zaman kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur  induk (arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu. Menurut Thales, arche itu air, Anaximandros berpendapat arche itu yang tak terbatas (to opeiron). Anaximandros acrche itu udara, Pytahgoras arche itu bilangan, hiraklitos arche  itu api, ia juga berpendapat bahwa  segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei). Permenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.

2.       Zaman Keemasan Filsafat Yunani
Pada waktu Athena  dipimpin oleh Perikles,  kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato dinamakan kaum sofis.  Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda.
Yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Prothagos. “Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya”. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nailai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapanya tersebut Socrates dihukum mati.
Hasil pemikiran Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam filsafatnya Plato mengatakan “Realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi panca indera dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua adalah dunia ide”
Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah manusia-manusia yang konkret. Ide manusia tidak terdapat dalam kenyataan. Aristoteles adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional dimana seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga macam abstrak, yaitu abstrak fisis, matematis, dan metafisis.
Abstrak yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsure-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstrak fisis. Adapun abstrak di mana subjek menangkap unsure kuantitatif dengan menyingkirkan unsure kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi dimana seseorang menangkap unsure-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsure-unsur lain disebut abstraksi metafisis.
Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya ini merupakan prinsip-prinsip metafisis, materi adalah prinsip yang tidak ditentukan, sedangkan bentuka adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan “Hylemorfisme”.
3.       Masa Helinistis dan Romawi
Pada zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang disebut kebudayaan Hellinistis, karena kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah yang ditakhlukan Alexander Agung. Dalam bidang filsfat, Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat-pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Jiak akhirnya, ekspansi Romawi meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti berakhirnya kebudayaan dan filsafat Yunani, karena kekaisaran Romawi membukan pintu lebar-lebar untuk menerima warisan cultural Yunani. Dalam bidang filsafat yang terus berkembang, namun pada saat itu, tidak ada filsuf besar kecuali Plotinus.
Pada masa ini muncul beberapa aliran sebagai berikut.
a.       Stoisisme
Menurut paham ini, jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut “Logos”. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari.
b.       Epikurisme
Segala sesuatu terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa.
c.       Skeptisisme
Mereka berfikir bahwa bidang teoretis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesangsian.
d.       Eklektisisme
Suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsure, filsafat dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.
e.       Neo Platonisme
Yakni paham yang ingin  menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari yang satu dan ingin kembali kepadanya.
4.       Zaman Abad Pertengahan
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang menyolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu, terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. Pada permulaan abad Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan. Agam Kristen menjadi problem  kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran ajaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu. Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani kuno itu ada dua yaitu sebagai berikut:
a.       Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikran orang kafir karena tidak mengakuti wahyu
b.       Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan maka kebijaksanaan manusia berarti pula kebijakan yagn datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati. Oleh karena itu, akal dapat dibantu oleh wahyu.
5.       Zaman Modern
Zaman modern dimulai dengan masa renaissance yang berarti kelahiran kembali, yaitu usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik (Yunani Romawi). Pembaruan terpenting yang kelihatan dalam filsafat renaissance itu antroposentrismenya. Pusat perhatian pemikiran itu tidak lagi kosmos, seperti zaman kuno, atau Tuhan seperti abad pertengahan, melainkan manusia. Mulai zaman modern inilah manusia yang dianggap sebagai titik focus dari kenyataan.  Latar belakang dan implikasi dari renaissance itu adalah sebagai berikut:
a.       Pudarnya kekuasaan politik dan kekuasaan spiritual yang mengakibatkan lahirnya cita-cita semangat pembaruan dan pembebasan.
b.       Berkembangnya jiwa dan semangat individualisme.
c.       Pertentangan (diskusi) antara universalia dan invidualia berakhir dengan kemenangan individualia. Hal ini akan menimbulkan akibat-akibat sebagai berikut:
1)       Warga masyarakat tidak lagi menerima dogma/agama yang digambarkan ada ditangan pada masing-masign diri manusia
2)      Pandangan yang bercorak substansialistis dan metode pendekatan ilmiah secara deduktif, dikalahkan oleh metode-metode induktif dan empiris untuk menemukan kebenaran-kebenaran.
d.       Timbulnya rasa kebanggaan terhadap harta dan derajat manusia. Gejala ini menunjukan maniffestasinya kepada kepercayaan diri bahwa manusia dengan kebebasan, nilai individualis yang optimal, dan kemampuan ilmiahnya merasa mampu untuk menguasai alam semesta.

6.       Masa Kini
Masa kini dimulai pada abad ke 19 dan 20 dengan timbulnya berbagai aliran yang berpengaruh seperti Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Pragmatisme, Neo Kantianisme, Neo Tomisme, dan Fenomenologi. Aliran-aliran ini sangat terikat oleh keadaan Negara maupun lingkungan bahasa sehingga dalam perkembangan terakhir lahirlah filsafat analisis yang lahir sejak tahun 1950.
a.       Positivisme
Positivisme mulai pada filsuf A.Comte (1798-2857). A. Comte (sosiolog pertama) menyatakan bahwa pemikiran setiap manusia, pemikiran setiap ilmu dan pemikiran suku bangsa manusia pada umumnya melewati tiga tahap, yaitu:
1)       Tahap teologis
2)      Tahap metafisis
3)      Tahap positif-ilmiah
b.       Marxisme
Pemikiran Karl Marx ditunjukan dengan materialisme dialektis dan materialism historis.  Dalam ajaran mengenai materialism dialektis bahwa  kenyataan kita akhirnya hanya terdiri dari materi yang berkembang melalui suatu proses dialektis.  Dengan itulah kehidupan berasal dari materi mati dan kesadaran manusiawi berasal dari kehidupan organis.
c.       Eksistensialisme
Eksistensialisme dipersiapkan dalam abad ke 19 oleh S. Kierkegaard (1813-1855) dan F. Nietsche (1844-1900). Dalam abad ke 20 eksistensialisme menjadi aliran filsafat yang sangat penting. Filsuf-filsuf paling besar dari eksistensialisme adalah K.Jaspers, M.Heidegger, J.P.Sartre, G. Marcel, dan Merleau Ponty.
Eksistensialisme adalah filsafat yang  memandang segala gejala dengan berpangkal kepada eksistensi. Pada umumnya, kata eksistensi berarti  keberadaan, tetapi di dalam filsafat eksistensialisme ungkapan eksistensi mempunyai arti yang khusus. Eksistensi adalah cara manusia berada di dalam dunia. Cara manusia berada di dalam dunia berbeda dengan cara berada benda-benda.
d.       Fenomenologi
Metode fenomenologi berasal dari E.Husserl (1859-1938) dan kemudian diperkembangkan  oleh M. Scheler (1874-1928) dan M. Merleau Ponty. Fenomenologi mengatakan bahwa kita harus memperkenalkan gejala-gejala dengan menggunakan intuisi.  Kata fenomenologi berasal dari kata Yunani fenomenon, yaitu sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bercahaya yang didalam bahasa Indonesia disebut gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena, atau gejala sesuatu yang menampakan diri.
e.       Pragmatisme
Pragmatisme merupakan aliran yang lahir di Amerika Serikat sekitar tahun 1900. Tokoh-tokoh terpenting dari pragmatisme  adalah W. James ( 1842-1920) dan J. Dewey (1859-1914). Pragmatisme mengajarkan bahwa ide-ide tidak benar atau salah melainkan bahwa ide-ide dijadikan benar oleh sesuatu tindakan tertentu.
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
f.       Neo- Kantianisme dan Neo- Tomisme
Neo-Kantianisme berkembang terutama di Jerman. Filsafat dalam aliran ini dianggap sebagai epistemology dan kritik ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh terpenting adalah E. Cassirer (1874-1945), H. Rickert (1863-1936), H. Vaihinger (1852-1933). Neo-Tomisme berkembang di dunia Katolik di banyak Negara di Eropa dan Amerika.
BAB III KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Sejarah perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan  perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban Kuno (Yunani). Pada tahun 2000 SM, Bangsa Babylon yang hidup di sungai Nil (Mesir) dan sungai Efrat, telah mengenal alat pengukur berat, tabel bilangan berpangkat, tabel perkalian dengan menggunakan sepuluh jari.
Sedangkan Lahirnya filsafat di Yunani diperkirakan pada abad ke 6 Sebelum Masehi. Timbulnya filsafat di tempat itu disebut peristiwa ajaib (The greek miracle).  Sejarah filsafat Barat dibagi menjadi empat periode, yaitu zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern, dan masa kini.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Asmoro,  Filsafat Umum Edisi Revisi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar,  Jakarta: Bumi Aksara, 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar