Ciri-ciri Hikayat
(Sumber: Ms. Indri, Bahasa Indonesia Teach for class XI IPS semester 2, sumber kedua:Eti, Nunung Yuli. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia XI untuk Sekolah Menengah Atas.2005. PT Intan Pariwara:Klaten)
1. Cerita berkisah pada istana atau istanasentris
2. Bahasa yang digunakan bahasa Melayu Klasik, dimulai syahdan, Alkisah, Hatta, Sebermula.
3. Nama pengarang tidak ditulis atau anoname
4. Isi cerita berisi putra putri yang gagah dan cantik
Contoh:
HIKAYAT SI MISKIN
Alkisah, maka tersebut perkataan Mara Karamah berjalan dua bersaudara itu, maka tuan Putri Nila Kesuma itu pun menangis hendak minum susu, maka Mara Karmah pun menangis seraya berkata,”Diamlah adinda jangan menagis, karena kita orang celaka, di manakah kita boleh mendapat susu, maka Mara Karmah pun menangis, karena kita orang celaka, di manakah kita boleh mendapat susu, lagi kita sudah dibuangkan orang. “ Maka diberinyalah kepada adiknya ketupat itu sebelah, maka dimakannyalah. Maka ia pun diamlah. Maka sampai tujuh hari tujuh malam ia berjalan itu, maka ketupat yang tujuh bijih itu habislah dimakan oleh Tuan Puteri Nila Kesuma itu, karena diberikannya kepada adiknya pagi sebelah, dan petang sebelah. Sebelah habis ketupat itu, maka tuan Puteri Nila Kesuma itu pun menangis pula hendak makan. Maka diambil oleh Mara Karmah segala tarik kayu dan umbut-umbut dan buah-buahan kayu yang ada di dalam hutan itu yang patut dimakannya, maka diberikannya kepada saudaranya itu. Dan barang di mana ia bertemu dengan air, maka dimandikan nya lah akan saudaranya.Kemudian, beberapa lamanya, ia berjalan itu, maka beberapa bertemu dengan gunung yang tinggi-tinggi dan padang yang luas-luas, dan tasik yang berombak seperti laut, tempat segala dewa-dewa, peri mambang indera Candara jin. Maka raja-raja jin di sanalah tempat bermain lancing, berlomba-lomba. Di sanalah ia banyak berolah kesakitan, diberi oleh segala anak raja-raja itu, diangkat saudara oleh mereka itu sekalian akan dia dan beberapa ia bertemu dengan binatang yang buas-buas, seperti ular naga buta raksasa. Sekalian mereka itu member kesaktian kepada Mara Karmah.
Syahdan, beberapa ia melihat kekayaan Allah Subhanahuwa Ta’ala, berbagai-bagai dan ajaib-ajaib. Maka bertemulah ia dengan bukit ber jentera, tempat segala raja-raja, dewa bertapa itu di sanalah tempatnya. Adapun Mara Karmah itu apabila ia bertemu dengan segala raja-raja itu, maka tuan Puteri Nila Kesuma itu pun disembunyi kan lah. Dan jikalau ia bertemu dengan segala binatang yang buas-buas, maka didukung nya lah akan saudara itu, tiada diberinya lepas dari tubuhnya.
Hatta, dengan demikian, maka ia pun sampailah kepada sepohon kayu beringin, terlalu amat besar, dan adalah air turun dari atas gunung itu. Maka di sanalah ia berhenti dan memandikan saudaranya. Maka tiba-tiba melayanglah seekor burung dari atas kepalanya, maka tuan Puteri Nila Kesuma pun menangis, minta ditangkap kan burung yang terbang itu. Maka Mara Karmah melompat, lalu disambarnya burung itu, dapat ditangkapnya, lalu diberikannya kepada saudaranya. Maka sukalah hati saudaranya itu sambil katanya, “Bakarlah kakanda burung ini, kita makan!” Maka kata Mara Karmah, “Sabarlah dahulu tuan!” Maka kata Mara Karmah kepada saudaranya itu. “ Tingga lah tuan di sini dahulu biarlah kakanda pergi mencari api akan membakar burung adinda itu.” Maka sahut tuan Puteri itu, “Baiklah kakak pergi, jangan lama-lama kakak pergi itu.” Maka dipeluk dan diciumnya akan saudara-saudaranya itu seraya katanya, “Janganlah tuan berjalan-jalan ke sana sini sepeninggalan kakak ini, kalau-kalau tuan sesat kelak tiada bertemu dengan kakanda lagi.” Maka sahutnya, “Tiada hamba pergi kakanda.” Mara Karmah pun berjalan menuju bunyi ayam berkokok itu, tetapi hati Mara Karmah itu tiada sedap berdebar-debar rasanya, setelah sampai ia kepada dusun orang itu. Maka dilihatnya kebun orang dusun itu terlalu banyak jadi tanam-tanaman, seperti ubi keladi, dan tebu, ousang, kacang, dan jagung. Maka ia pun berjalanlah berkeliling pagarnya itu menanti orang yang empunya kebun itu. Ia hendak meminta api. Setelah dilihat oleh orang yang empunya kebun itu, maka katanya, “Anak si pencuri, demikianlah sehari-hari perbuatanmu mencuri segala tanam-tanamanku ini sehingga habislah jagung pisangku tiada ber ketahuan. Engkaulah yang mencuri. Maka sekarang hendak ke mana engkau melarikan nyawamu itu daripada tanganku sekarang; sedangkan lamanya aku menanti engkau tiada juga dapat; barulah sekarang aku bertemu dengan engkau.” Maka ia berkata-kata itu sambil berlari menangkap tangan Mara Karmah itu. Maka kata Mara Karmah, “Tiada aku lari, karena aku tiada berdosa kepadamu; bukan aku orang pencuri, aku ini orang sesat, datang ku ini dari negeri asing hendak meminta api kepadamu.” Maka di tampari nya lah dan di gocoh nya akan Mara Karmah itu seraya katanya, “ Bohong engkau ini!” maka kemala yang digendong oleh Mara Karmah itu, “Nyatalah engkau berbuat aniaya kepadaku.” Maka ia pun ter kenang lah akan saudaranya yang tinggal di dalam hutan seorang dirinya itu. Maka katanya dalam hatinya, “Wahai adinda tuan, berapa gerangan hal tuan sepeninggal kakak ini kelak, karena dianiaya oleh orang, matilah kakak tiada bertemu dengan tuan lagi.” Maka ia pun menangis terlalu sangat, lalu rebah pingsan tiada kabarkan dirinya. Maka kata orang dusun itu, “Apa yang engkau tangisi, sebab salahmu; itulah balasnya engkau makan jagungku.” Maka dilihatnya segala tubuh Mara Karmah itu habis bengkak-bengkak dengan berlumur dengan darah, dan tiada ia bergerak lagi. Maka pada sangka orang dusun itu, sudahlah mati rupanya, maka diikatnyalah dengan tali dari bahunya sampai pada kakinya, seperti orang mengikat Lepat, demikianlah lakunya ia mengikat Mara Karmah itu. Setelah sudah diikatnua, maka di seret nya lah, dibawanya ke tepi laut, lalu dibuang kan nya ke dalam laut. Maka ia pun kembalilah ke rumahnya.
Selanjutnya, tersebut perkataan raja di dalam negeri Palinggam Cahaya itu, bernama raja Puspa Indera. Maka Baginda itu ada berputera seoarang laki-laki terlalu baik parasnya, bernama raja Mangendra Sari dan bundanya bernama tuan Puteri Manda Ratna, terlalu besar kerajaan Baginda itu.
………………………………………………….
Dikutip dari: Hikayat Si Miskin, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1981
IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english)
Characteristics Tale in Indonesian
(Source: Ms. Indri, Indonesian Teach for class XI IPS semester 2 and second source:Eti, Nunung Yuli. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia XI untuk Sekolah Menengah Atas.2005. PT Intan Pariwara:Klaten)
1. The story revolves around the palace or istanasentris
2. Malay language used Classic, starting Syahdan, Once, Hatta, Sebermula.
3. Author's name is not written or anoname
4. The story contains a handsome son and beautiful daughter
Example:
THE POOR saga
Once, it was the words of Mara Karamah run two brothers, the lord's daughter wept Nila Kesuma want to drink milk, then Mara Karmah wept and said, "Be still adinda not crying, because we are hurt, where we can get the milk, Karmah Mara wept then, because we are hurt, where we can get the milk, again we have dibuangkan people. "So diberinyalah diamond to his brother's side, then ate. So he shut up. Then up to seven days and seven nights he runs it, then the seven-diamond ore was finished eating by Nila Kesuma of Her Royal Highness, since given to his younger brother next morning, and the next evening.Next to the diamond out, then the host's daughter Nila Kesuma wept also about to eat. Then taken by Mara Karmah all wood and pull-umbut umbut fruit and wood in the forest that should be eaten that, then gave to his brother. And goods in which he met with water, then washed his will was his brother.Then, some time, he runs it, then met with several high mountains and vast desert-wide, and the Sea of choppy like the sea, where all the gods, fairy haunter Candara jin senses. Then the kings of the playground is where jin lancing, the race. It was there that he had a lot of work out in pain, was given by all the sons of kings, the brothers raised by them that all will be him and he met with some wild, wild animal, like a blind giant serpent. All member miracle they were to Mara Karmah.Syahdan, he saw some of the wealth of Allah Ta'ala Subhanahuwa, and various magic-magic. Meet with a hill so he had wheels, where all the kings, the god imprisoned there place. The Mara Karmah was when he met with all the kings, the lord's daughter Nila Kesuma it is also hidden. And if he met with all the wild animals, wild, then it is would you support it, no body gave off.Hatta, as such, so he came to sepohon banyan wood, so very large, and the water down from the mountain. So that's where he stopped and bathe his brother. Hover then suddenly a bird from the top of his head, then the host Nila Kesuma daughter was crying, asking for his arrest was a flying bird. Mara Karmah then jump, then grabbed the bird, can arrest, and handed it to his brother. Then his brother's heart sukalah while he said, "Burn kakanda this bird, we eat!" So Mara said Karmah, "Be patient in advance sir!" So Mara said to his brother's Karmah. "Settled down here was the first host kakanda let go looking for the fire will burn the bird adinda it." Then said the lord's daughter, "Well brother gone, long gone it's big brother." It will be hugged and kissed his brothers, while he "Do not host a walk here and there is sepeninggalan brother, in case no later perverted master kakanda meet again." And he said, "No servant go kakanda." Mara Karmah walked toward the sound of the rooster crows, but the heart of Mara Karmah was not pleasant to pound it, until after he told the village people. Then she saw the garden of the village was too much so the plants, like sweet taro, and sugarcane, ousang, beans, and corn. So he went around the fence that awaits the owner of the garden. He was about to ask the fire. Once seen by the owner of the garden, then he said, "Son of the thief, so the daily doings stealing all my plants are planted, so that the finished corn banana had gone unnoticed. You are a steal. So now where you want to run your life rather than my hand now, while you are gone long I can wait; then now I meet with you. "Then he spoke as he ran Karmah Mara grabbed it. Then said Mara Karmah, "No I'm running, because I have no sin to you, not me the thief, I was a heretic, I come from a foreign country to ask for a fire to you." Then it was on tampari and in his will gocoh Mara Karmah that said, she said, "thou lie!" then Kemala which was held by Mara Karmah, "It is obvious you are doing injustice to me." So he was recalled that his brother was going to live in the forest itself is a. Then she said to herself, "O lord adinda, how on earth after the death of the lord's brother was later, as persecuted by the people, death to meet with the host's brother no more." So he was crying too highly, and faint not proclaim himself. Then said the village was, "What you crying about, because it's your fault: it is repaid you eat corn." Then he saw all Karmah Mara's body swelling up with smeared with blood, and he no longer moves. So the thought of the village, never mind apparently dead, then diikatnyalah with rope from his shoulder to the feet, such as the binding Lepat, his behavior so that it binds Mara Karmah.Having already diikatnua, then drag it was, brought to shore, then dumped her right into the sea. So he returned to his home.Furthermore, the word king in the country's Palinggam Light, named king Puspa sense. Then the king was there berputera seoarang men are too good-looking, was named king Mangendra Sari and her mother named host Puteri Ratna Manda, King's empire was too large...........................................................Quoted from: The Tale of Poor, Ministry of Education and Culture Literature Book Publishing Project Indonesia and the Region, 1981
Tidak ada komentar:
Posting Komentar