(KODE : ILMU-KOM-0070) : SKRIPSI STUDI DRAMATURGI MENGENAI PRESENTASI DIRI PRAMURIA DI KALANGAN MAHASISWI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dibalik suatu citra kehidupan kampus sebagai sarana dan prasarana dalam membina dan pembentukan identitas, ternyata kampus juga menyembunyikan sisi gelap dari dinamikanya. Lebih dari yang dibayangkan oleh masyarakat, sisi gelap tersebut hadir dari kehidupan mahasiswi yang berprofesi sebagai pramuria atau ayam kampus.
Banyak sebab yang melatarbelakangi seorang wanita atau dalam hal ini seorang mahasiswi yang menjadi seorang Pramuria atau 'ayam kampus', antara lain adalah pengaruh lingkungan sosial, dan keluarga. Lingkungan sosial memegang peranan penting terhadap pembentukan perilaku/sikap seseorang. Faktor lain yaitu Keluarga, sangat mempengaruhi kehidupan seseorang karena intensitas dan frekuensinya yang cenderung tetap dan rutin.
Salah satu realita keanekaragaman kehidupan mahasiswi. Selain berstatus sebagai mahasiswi, wanita tersebut juga berstatus sebagai Pramuria atau kata lain 'ayam kampus'. Bagi masyarakat luas, keberadaan kaum Pramuria ini sudah diketahui secara luas, namun keberadaan pramuria ditengah-tengah kaum pelajar ini belum diketahui secara luas. Keadaan ini tentu saja sangat mengkhawatirkan. Entah sejak kapan hal ini bermula, namun kehadiran kaum ini di lingkungan terpelajar semakin hari semakin bertambah.
Dalam kenyataannya, dengan bertambahnya penduduk yang demikian pesat, khususnya di kota-kota besar, mengakibatkan ruang hidup dan ruang lingkup kehidupan menjadi bertambah sempit. Urbanisasi yang terus-menerus terjadi sulit dikendalikan, apalagi ditahan, menyebabkan laju kepadatan penduduk di kota besar sulit dicegah. Dinamika hubungan menjadi lebih besar, sekaligus menjadi lebih longgar, kurang intensif, dan kurang akrab. Dalam kondisi seperti ini, sikap yang menjadi ciri dari kehidupan masyarakat yang padat: individualistis, kompetitif, dan materialistis, amat mudah timbul.
Pengaruh pribadi terhadap pribadi lain di rumah, di kampus, dan di mana saja yang memungkinkan hubungan yang cukup sering terjadi, akan mempengaruhi kehidupan pribadi, kehidupan dalam keluarga, dan kehidupan sosialnya. Banyak kota yang sedang berkembang menjadi tempat pertemuan, percampuran antara berbagai corak kebudayaan, adat istiadat, termasuk bahasa dan sistem nilai sikap. Tidak mustahil dalam keadaan seperti itu, muncul ketidakserasian dan ketegangan yang berdampak pada sikap, perlakuan negatif orang tua terhadap anak, dan lebih lanjut dalam lingkungan pergaulan.
Pramuria bagi masyarakat lebih dikenal dengan sebutan WTS (Wanita Tuna Susila), PSK (Pekerja Seks Komersial), atau pelacur.
Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada 'ayam kampus' yang terdapat di lingkungan perkuliahan. Dalam lingkungan perkuliahan pramuria lebih dikenal dengan sebutan ayam kampus, Dimana mahasiswi-mahasiswi yang melakukan penyimpangan ini, mereka menjalankan perannya di lingkungan mereka. Mereka berusaha mengontrol diri seperti penampilan, keadaan fisik, perilaku actual dan gerak agar perilaku menyimpang yang mereka jalani ini tidak dapat diketahui oleh lingkungan mereka. Karena mereka tahu bahwa menjadi ayam kampus akan merusak nama mereka.
Mahasiswi yang diistilahkan ayam kampus bukan hanya semacam sinyalemen, tapi prakteknya memang ada. Mereka selalu memberikan sebuah pertunjukan yang mengesankan sikap di luar topeng dirinya. Bergaul dengan teman-teman sesama jurusan ataupun dari jurusan dan universitas lain, penampilan yang hampir sama dengan mahasiswi kebanyakan, serta tingkah laku yang bisa dibilang alim merupakan cover yang biasa para ayam kampus perlihatkan ke tengah-tengah lingkungan pergaulan mereka.
Seperti kita ketahui bersama bahwa orang lain menilai kita berdasarkan petunjuk-petunjuk yang kita berikan dan dari penampilan itu mereka memperlakukan kita. Bila mereka menilai diri kita berstatus rendah kita tidak mendapatkan pelayanan istimewa. Bila kita dianggap bodoh, mereka akan mengatur kita. Untuk itu kita sengaja menampilkan diri kita (self presentation) seperti yang kita kehendaki (Rakhmat, 2012:95)
Istilah ayam kampus itu sendiri dapat diartikan sebagai pelayan kepuasan, dimana kepuasan ini hanya dibatasi oleh kepuasan seksual semata. Sengaja atau tidak, seakan-akan Pramuria dapat dianggap legal di mata hukum dan telah menjadi hal yang lumrah di sekitar masyarakat. Walaupun telah kita ketahui bersama, pemerintah telah mengupayakan untuk menghukum aktivitas prostitusi tersebut. Sekali lagi kenyataan telah membuktikan bahwa mereka dan aktivitasnya tetap eksis hingga saat ini. Bahkan di jejaring sosial Facebook terdapat komunitas ayam kampus.
Pasar mereka pun lebih modern dengan memanfaatkan dunia online dalam menjajakan kenikmatan seks mereka. Prostitusi dunia online yang sangat terbuka menjadi ladang bagi ayam-ayam kampus menjajakan diri. Ada yang lewat Chat ataupun membuat Profil di Friendster maupun Facebook agar si calon pemakai jasa persetubuhan mereka dapat langsung melihat foto maupun jati diri si ayam kampus. Harga yang dipatok pun pasti lebih mahal dibanding dengan kupu-kupu malan didaerah pelacuran. Entah apa yang menjadi alasan utama beberapa mahasiswi memutuskan untuk terlibat di dunia pelacuran ini.
Seseorang yang masih dalam masa mencari jati diri selalu berusaha mencoba-coba hal-hal yang baru. Apabila tidak adanya kontrol dari keluarga ataupun masyarakat maka seseorang tersebut akan terjerumus dalam perbuatan yang bersifat negatif Jati diri sendiri menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah ciri atau keadaan khusus yang ada pada seseorang. Adapun menurut sumber lain, jati diri memiliki arti sebuah pribadi atau realitas pada diri yang melekat erat menyatu tak terpisahkan.
Prostitusi dalam dunia pendidikan bukanlah menjadi hal yang bam, akan tetapi hal tersebut masih menjadi hal yang tabu karena praktek prostitusi tersebut masih tertutup atau terselubung, juga minim dari ekspose media massa, tidak vulgar seperti praktek prostitusi pada umumnya.
Dunia pendidikan merupakan suatu gambaran dunia yang penuh dengan ilmu, melatih keterampilan, dan pengetahuan yang outputnya diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan perubahan zaman yang terus berkembang. Hal tersebut meyakinkan kita bahwa pendidikan itu penting, seolah-olah tidak ada lagi nilai tawar untuk satu kata yakni 'pendidikan'. Akan tetapi kita tidak selamanya akan hidup dalam dunia ide, atau kita sadar bahwa kita ada dalam realita, yakni hitam putihnya kehidupan.
Kita juga harus mengakui bahwasanya apa pun bisa terjadi karena kita hidup dalam ruang dan waktu, manusia bukan malaikat dan juga bukan setan, manusia tetaplah manusia sesuai kodratnya, yang artinya sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk itu ada dalam diri kita. Begitu juga dengan dunia pendidikan, tidak selalu seperti apa yang kita pikirkan bahwa dunia pendidikan itu kita hanya berbicara tentang kuliah, kuliah, dan kuliah. Akan tetapi, ada fenomena lain di dalamnya yakni prostitusi yang dilakukan oleh mahasiswi dari suatu lembaga pendidikan yang umumnya disebut ayam kampus. Istilah ayam kampus, ini diberikan kepada pelacur-pelacur yang merajalela di area sekitar Kampus. Yang pertama kali mencetuskan istilah ini tidak diketahui siapa orangnya, tetapi istilah ini mulai menjulang di kalangan para mahasiswa. Mengapa harus ayam kampus bukan memakai binatang jalang lainnya. Oleh karena ayam lebih mudah ditangkap dan lebih mudah menurut atau lebih tepatnya mudah untuk didekati.
Bagi para ayam kampus yang sudah saling kenal dan terbuka satu sama lain, barangkali tidak ada persoalan dalam hal berkomunikasi. Ciri-ciri ayam kampus sulit untuk dideteksi, karena karakter mereka bermacam-macam. Tapi bagi yang belum kenal, tentu saja banyak persoalan yang muncul. Misalnya bagaimana si X yang berstatus sebagai calon pengguna jasa layanan bisa mengetahui kalau si Y, wanita yang duduk di seberangnya sebuah kafe mall itu adalah seorang ayam kampus.
Dalam kaitannya dengan ini, kaum penikmat ayam kampus memiliki cara lain untuk mengenali targetnya, yaitu dengan komunikasi non verbal. Penggunaan bahasa tubuh ini dilatarbelakangi oleh pengalaman masa lalu dan budaya, Hal serupa terjadi pada ayam kampus, dimana mereka menggunakan gerakan tubuhnya untuk menunjukkan orientasi status pekerjaan mereka. Para ayam kampus ini tidak berdandan secara berlebihan, memamerkan lekuk tubuh mereka ataupun bertingkah murahan layaknya pelacur di tempat prostitusi. Terdapat banyak komunikasi non verbal yang digunakan si ayam kampus yang harus si calon pengguna jasa layanan tahu bahwa mereka adalah pihak yang akan saling berbisnis.
Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh maka setiap hari sebenarnya setiap orang dalam berkomunikasi antar pribadi telah melaksanakan pengiriman pesan-pesan yang bersifat verbal maupun nonverbal. Dalam komunikasi tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata, pengungkapannya baik yang lisan maupun tertulis. Sedangkan tanda-tanda nonverbal terlihat dalam ekspresi wajah, gerakan tangan. Dan hal demikian setiap saat dilakukan oleh siapa saja tanpa kecuali.
Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terns mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya kebutuhan hidup manusia, semakin menuntut pula terjadinya peningkatan gaya hidup (lifestyle). Sebagai dampaknya, hal ini menuntut setiap orang untuk selalu up to date. Kehidupan di zaman modern ini, membuat setiap orang ingin merasakan kehidupan yang serba ada. Perekonomian yang kurang, mampu memaksa seseorang melakukan suatu hal yang menurut beberapa orang tidak baik, demi memenuhi kebutuhan. Manusia mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya. Untuk itu dia menempuh jalan bertemu dengan orang lain yang melakukan pertunjukan dan memproyeksikan diri dengan peranan-peranan yang melakonkan hidup dan kehidupan di atas pentas secara khayali untuk menyajikan gambaran ideal yang diinginkan (RMA. Harymawan, 1986: 194), dalam ilmu komunikasi hal tersebut dinamakan dramaturgi.
Sebagaimana ditulis oleh RMA Harymawan (1986) dalam bukunya Dramaturgi, Dramaturgi adalah ilmu yang mempelajari tentang hukum dan konvensi drama. Hukum-hukum drama tersebut mencakup tema, alur (plot), karakter (penokohan), dan latar (setting). Namun demikian, pemahaman dramaturgi itu tidak berhenti pada hukum-hukum dan konvensi yang telah menjadi klasik tersebut. Karena, perkembangan yang cukup besar dari dunia drama itu sendiri, maka tentu sejumlah hukum dan konvensi itu memiliki upaya pula untuk melakukan beberapa penyesuaian yang selaras dengan kehidupan dan jalan pemikiran manusia. Meskipun perkembangan tersebut memiliki beberapa kritik, namun tetap memiliki kemungkinan dalam mengapresiasi kenyataan yang berubah di tengah-tengah masyarakat penggunanya.
Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri.
Dramaturgis dianggap masuk ke dalam perspektif obyektif karena teori ini cenderung melihat manusia sebagai makhluk pasif (berserah). Meskipun, pada awal ingin memasuki peran tertentu manusia memiliki kemampuan untuk menjadi subyektif (kemampuan untuk memilih) namun pada saat menjalankan peran tersebut manusia berlaku objektif, berlaku natural, mengikuti alur. Misalnya, pada kasus ayam kampus dimana saat mahasiswi tersebut harus menjalani hidup dengan biaya kiriman dari orangtua yang sangat minim namun ingin mengikuti alur kehidupan kota yang notabene diperlukan biaya yang sangat besar, ia pun memilih untuk terjun ke dunia tersebut dimana menjadi ayam kampus adalah jalan untuk mendapatkan biaya hidup dengan cepat, singkat dan tepat. Namun ia sudah pasti tahu, bahwa menjadi seorang ayam kampus akan mencoreng nama dirinya dan terutama keluarganya.
Pandangan atas kehidupan social sebagai serangkaian pertunjukan drama hampir selalu mirip dengan pertunjukan di atas panggung. Begitu juga dengan dinamika social yang terjadi di kalangan mahasiswi. Universitas-universitas di seluruh Indonesia membuat mereka seperti mempunyai peran ganda pada saat datang ke tempat perkuliahan dan ketika keluar dari lingkungan kampus yang menjadi tempat mereka menimba ilmu.
Dalam dramaturgi, panggung depan dan panggung belakang dikenal dengan istilah konsep kehidupan manusia, yang di ibaratkan sebagai pemain drama dalam proses pelaksanaannya dipengaruhi oleh keinginan yang terpendam. lebih lanjut dapat dilihat seperti berikut:
a. Front Stage adalah istilah untuk menjelaskan Manusia ketika berada di lingkungan sosial, maka disebut sebagai bagian panggung depan.
b. Back Stage adalah istilah untuk menjelaskan Manusia ketika berada di lingkungan Pribadi, maka disebut sebagai bagian panggung belakang
Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgis masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui "pertunjukan dramanya sendiri".
Dalam konsep dramaturgi, Goffman mengawalinya dengan penafsiran "konsep-diri", dimana Goffman menggambarkan pengertian diri yang lebih luas daripada Mead (menurut Mead, konsep-diri seorang individu bersifat stabil dan sinambung selagi membentuk dan dibentuk masyarakat berdasarkan basis jangka panjang).
Presentasi diri Menurut Goffman, presentasi diri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu tertentu untuk memproduksi definisi situasi dan identitas sosial bagi para aktor dan definisi situasi tersebut mempengaruhi ragam interaksi yang layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi yang ada (Mulyana, 2008: 110).
Lebih jauh presentasi diri merupakan upaya individu untuk menumbuhkan kesan tertentu di depan orang lain dengan cara menata perilaku agar orang lain memaknai identitas dirinya sesuai dengan apa yang ia inginkan. Dalam proses produksi identitas tersebut, ada suatu pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan mengenai atribut simbol yang hendak digunakan sesuai dan mampu mendukung identitas yang ditampilkan secara menyeluruh.
Menurut Goffman, kebanyakan atribut, milik atau aktivitas manusia digunakan untuk presentasi diri, termasuk busana yang kita kenakan, tempat kita tinggal, rumah yang kita huni berikut cara kita melengkapinya (furnitur dan perabotan rumah), cara kita berjalan dan berbicara, pekerjaan yang kita lakukan dan cara kita menghabiskan waktu luang kita. Lebih jauh lagi, dengan mengelola informasi yang kita berikan kepada orang lain, maka kita akan mengendalikan pemaknaan orang lain terhadap diri kita. Hal itu digunakan untuk memberi tahu kepada orang lain mengenai siapa kita.
Dalam lingkungan sosialnya objek atau orang yang diteliti pada penelitian ini merupakan individu yang menjalani kehidupan layaknya seperti makhluk social lainnya, bergaul dengan orang lain, bekerjasama dalam sebuah team, bahkan mereka terlihat seperti orang alim, pendiam dan berperilaku baik.
Sungguh suatu pertunjukan yang dilematis ketika tubuh dibalut oleh pakaian bagus sehingga terkesan sopan, feminine dan elegan seketika harus dilepas dan diganti yang lebih wild guna menjalankan misinya sebagai ayam kampus. Bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda digunakan oleh para ayam kampus itu untuk memupuk sebuah kesan tertentu dalam situasi tertentu guna mencapai tujuan tertentu pula.
Fenomena ayam kampus merupakan suatu gejala di masyarakat yang cukup menarik untuk diteliti, walaupun belum banyak orang yang mengetahuinya, peneliti berharap penelitian ini nantinya berguna dan sekaligus menjadi suatu informasi bagi masyarakat, maka untuk mengkaji lebih dalam mengenai ayam kampus ini akan di teliti melalui pendekatan dramaturgi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang penelitian di atas, maka peneliti merumuskan judul penelitian sebagai berikut:
Makro :
"Presentasi Diri Seorang Pramuria (Ayam Kampus) di kalangan Mahasiswi di Kota X (Studi Dramaturgi mengenai Presentasi Diri seorang Pramuria (Ayam Kampus) di kalangan Mahasiswi di Kota X)".
Mikro :
1. Bagaimana kehidupan front stage (panggung depan) seorang pramuria (Ayam Kampus) di kalangan mahasiswi di kota X?
2. Bagaimana kehidupan Back stage (panggung belakang) seorang pramuria (Ayam Kampus) di kalangan mahasiswi di kota X?
C. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana presentasi diri seorang pramuria (ayam kampus) di kalangan mahasiswi di kota X (studi dramaturgi mengenai presentasi diri seorang pramuria di kalangan mahasiswi di kota X) dilihat dari front stage (panggung depan) dan back stage (panggung belakang).
2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini agar mencapai hasil yang optimal adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kehidupan front stage (panggung depan) seorang pramuria (Ayam Kampus) di kalangan mahasiswi di kota X.
b. Untuk mengetahui kehidupan back stage (panggung belakang) seorang pramuria (Ayam Kampus) di kalangan mahasiswi di kota X.
c. Untuk mengetahui Presentasi diri seorang pramuria (Ayam Kampus) di kalangan mahasiswi di kota X.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut.
1. Kegunaan Teoritis
Kegiatan penelitian ini berguna untuk mengembangkan kajian keilmuan yang berhubungan dengan masalah penelitian tentang Ilmu Komunikasi secara umum, untuk pengembangan Ilmu Komunikasi antar pribadi dan interaksional simbolik secara khusus.
2. Kegunaan Praktis
a. Kegunaan peneliti
Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai aplikasi ilmu tentang komunikasi nonverbal, melalui kajian Dramaturgi (2 panggung) yang dimiliki oleh pramuria (Ayam Kampus), dan kajian tentang presentasi diri.
b. Untuk Akademik (Literatur)
Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas secara umum, program Ilmu Komunikasi secara khusus sebagai literatur atau untuk sumber tambahan dalam memperoleh informasi tentang Presentasi Diri Pramuria (Ayam Kampus), khususnya yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang sama.
c. Kegunaan Untuk Masyarakat
Kegunaan penelitian ini bagi masyarakat umum adalah memberikan informasi tentang Presentasi Diri Pramuria (Ayam Kampus) di kalangan mahasiswi dan menjadikan evaluasi agar masyarakat terutama keluarga lebih mengawasi putrinya supaya tidak ikut terjerumus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar