Makalah Mengenal Bahasa
Oleh: Ibrahim Lubis, MA
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Fungsi Bahasa
Banyak definisi tentang bahasa, tetapi di sini penulis hanya akan mengemukakan tiga definisi yang selaras dengan diskusi ini. Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna.[1] Lebih lengkapnya, bahasa adalah “a systematic means of communicating ideas of feeling by the use of conventionalized signs, sounds, gestures, or marks having understood meanings”.[2]
Dalam KBBI, diterakan bahwa bahasa ialah “sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri”.[3] Definisi-definisi bahasa tersebut menekankan bunyi, lambang, sistematika, komunikasi, dan alat. bahasa memiliki tujuh ciri sebagai berikut:[4]
- Sistematis, yang berarti bahasa mempunyai pola atau aturan.
- Arbitrer (manasuka). Artinya, kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan apa yang disimbolkannya.
- Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi.
- Bahasa itu simbol. Kata sebagai simbol mengacu pada objeknya.
- Bahasa, selain mengacu pada suatu objek, juga mengacu pada dirinya sendiri. Artinya, bahasa dapat dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri.
- Manusiawi, yakni bahasa hanya dimiliki oleh manusia.
- Bahasa itu komunikasi. Fungsi terpenting dari bahasa adalah menjadi alat komunikasi dan interaksi.
Fungsi-fungsi bahasa dikelompokkan jadi ekspresif, konatif, dan representasional. Dengan fungsi ekspresifnya, bahasa terarah pada si pembicara; dalam fungsi konatif, bahasa terarah pada lawan bicara; dan dengan fungsi representasional, bahasa terarah pada objek lain di luar si pembicara dan lawan bicara.[5] Fungsi-fungsi bahasa juga dibedakan jadi simbolik, emotif dan afektif. Fungsi simbolik menonjol dalam komunikasi ilmiah, sedangkan fungsi afektif menonjol dalam komunikasi estetik.[6]
B. Struktur Bahasa dan Kosakata
pentingnya struktur atau tata bahasa bagi kegiatan ilmiah, Suriasumantri mengajukan pertanyaan retoris: bagaimana mungkin seseorang bisa melakukan penalaran yang cermat tanpa menguasai struktur bahasa yang tepat?[7] Penguasaan tata bahasa secara pasif dan aktif memungkinkannya menyusun pernyataan-pernyataan atau premis-premis dengan baik dan juga menarik kesimpulan dengan betul.
Tata bahasa ialah kumpulan kaidah tentang struktur gramatikal bahasa.[8] Lebih lanjut, Charlton Laird memerikan tata bahasa sebagai alat dalam mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan makna dan emosi dengan memakai aturan-aturan tertentu.[9]
Selain struktur atau tata bahasa, yang penting pula dikuasai oleh ilmuwan adalah kosakata dan maknanya. Sebab, yang disampaikan oleh pembicara atau penulis kepada lawan bicaranya atau pembacanya sejatinya ialah makna (informasi, pengetahuan). Dan, makna ini diwadahi di dalam kosakata, yang dalam khazanah ilmiah dinamakan dengan istilah atau terminologi. Tata bahasa, kosakata dan makna inilah yang kerap menimbulkan persoalan dalam kegiatan ilmiah lantaran kelemahan inheren bahasa. Maka, sekali lagi, andaikata para ilmuwan tidak cukup menguasai tata bahasa, kosakata dan makna, persoalan-persoalan dalam kegiatan ilmiah bakal kian ruwet.
DAFTAR PUSTAKA
- Alwasilah, A. Chaedar, Linguistik: Suatu Pengantar, Bandung: Angkasa, 1993
- Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta: Paramadina, 1996
- Latif, Yudi dan Ibrahim, Idi Subandy (eds.), Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru, Bandung: Mizan, 1996
- Munsyi, Alif Danya, Bahasa Menunjukkan Bangsa, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2005
- Suriasumantri, Jujun S. (ed.), Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999
- Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993
- Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Jakarta: Balai Pustaka, 1991
_____________________
[2] Webster’s New Collegiate Dictionary (U.S.A, 1981), h. 641, dikutip oleh A. Chaedar Alwasilah, Linguistik: Suatu Pengantar (Bandung: Angkasa, 1993).
[3] Tim Redaksi, KBBI Edisi Kedua (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 77.
[4] A. Chaedar Alwasilah, Linguistik: Suatu Pengantar (Bandung: Angkasa, 1993), h. 83-89.
[5] M.A.K. Halliday dan Ruqaya Hasan, Bahasa Konteks dan Teks, terjemahan oleh Asruddin Barori Tou (Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1994), h. 21, dikutip oleh Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A., Filsafat Ilmu (Jakarta: Rajawali Press, 2007), h. 182.
[6] George F. Kneller, Introduction to the Philosophy of Education (New York: John Wiley, 1964), h. 28., dikutip oleh Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993), h. 75.
[7] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993), h. 169.
[8] Tim Redaksi, KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 1014.
[9] Charlton Laird, The Miracle of Language (New York: Fawcett, 1953), dikutip oleh Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993), h. 182.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar