Cerpen Cinta

Cerpen Cinta I
CINTA BERTEPUK SEBELAH TANGAN

Waktu berlalu sangat cepat , sudah 2 minggu aku menjalani hubunganku dengan pacarku , dia bernama Fatir . Aku sangat sayang sama dia , begitu juga sebaliknya . Dia baik , manis , keren , pinter breakdance pula . Oh iya , aku juga punya 3 sahabat yang bisa ngertiin aku , yaitu , Kirana , Ayu dan Rizal . Nah , kebetulan , diantara kita yg jomblo itu aku . Kirana sama Rizal , Ayu sama Bimo . Aku ? I don't know . Sahabatku adalah penyemangatku , saat aku sedih , mereka selalu ada buat aku , kami kompak , kami gak gampang percaya omongan jelek dari orang lain yg hampir merusak persahabatan kita .

Kembali ke pacarku , Fatir , beberapa hari ini , kami ada sedikit konflik hingga akhirnya kami putus pas 3 minggunya kami . Semenjak itu , aku sangat susah buat ngelupain Fatir , gak ada seorangpun yg merubah perasaanku ke dia , padahal , aku udah berusaha sebisaku untuk melupakan dia . Gimana lagi ? Bagaimanapun , aku harus melupakan dia ! Sahabatku selalu bilang"Sabar ndin , sabar!Jangan emosi klo liat dia sama cewek lain."aku pun selalu mengikuti kata*mereka .


Suatu hari , sahabatku Rizal punya sahabat namanya Dhana . Dia baik , keren , suka nggombal , pokoknya sifatnya kebanyakan lucu , gokil deh . Gak tau kenapa , cuman gara*aku deket sama dhana sebagai temen , si Rizal malah jodoh*in aku sama Dhana .
"Ndin , tuh Dhana!"kata Rizal kepadaku
"So?Trus gue harus bilang WOW gitu ?"Jawabku dengan nada bercanda.
"Hmm,,Kamu tuh cocok bangeet sama Dhana . Sumpah deh !"
"Huuushh .. Jangan aneh*deh!"
"Aku serius! Udaaah , jadian sana ."
"Apaan sih ?Udah deh no , kok jadi bahas dia sih ? Tapi , kok bisa cocok ? Cocok dari mana ?"
"Pokoknya cocok daripada sama Fatir . Kurang perhatian ."
"Halaah , udah dulu deh . Bye!"Kataku sambil mengakhiri percakapanku dengan Rizal.

Terus*an si Rizal,Kirana dana Ayu jodoh*in aku sama Dhana , padahal kita deket cuman sebates temen biasa . Maklum , sama*jomblo , jadi dikacangin deh sama Kirana & Rizal . Aku kira , dia juga ada rasa sama aku . Lama kelamaan , aku beneran suka deh . Pas aku online di FB , Dhana juga paslagi online . Aku sama Dhana bercanda*an gitu di chat .
"Minta nomernya Fatir dong ? Kamu kan mantannya."
"Hmm..Iyaiyaa , nih *nomer Fatir*
"Sipp , masih disimpen aja nomernya ?"
"Masak mau dihapus ?"
"Masih sayang ya?"Tanya Dhana
"Sayang siapa ?"Balasku dengan nada bercanda
"Fatir lah"Jawabnyaku
"haha , iya gak yaa ?"
"Yakin ??"
"Tanya Kirana aja sana ! "
"Gak ah , Karina itu klo ngomog sm aku ruwet aja."
"hahahaha ,, eh status kamu nggombal aja tuh"
"wkwkwk ,, kan gak boleh galau !"
"Bisa aja kamu ?? Apa gunanya GALAU !!"Semangatnya.Aku dan Dhana terus bercanda , disitulah aku langsung tau sifatnya.Aku mulai suka sama dia waktu itu . Tapi sayangnya , dia udah suka sama kakak kelas kita , namanya Tata . Dhana itu tipe cowok yg setia dan gak mungkin aku maksain dia buat suka sama aku . Aku nge-Add FBnya kakak kelas yg disukai dhana itu . Eh , dia malah nanya*tentang Dhana , yah , aku rela lah demi orang yg kita sayang .
"Dek ,, kamu temennya dhana kan ?"Tanya kak Tata
"Iyaa kak , kenapa?"aku balik bertanya
"Aku mau tanya , tapi kamu jangan bilang Dhana ya ?"
"Iyaa kak , apa ?"
"Dhana itu anaknya gimana sih ?"Langsung deh , hatiku hancur pas ditanya gitu . Dengan jujur aku menjawab"Dhana itu lucu kak , agak lucu tapi seru , baik juga kak . Kakak suka Dhana yaa ?"Tanyaku nggak ikhlas .
"hahahaha ,, enggak*dek .... Aku lagi deket aja sama dia ."JLEB !
"Kok nggak jadian aja kak?"
"hahahaha ,, nggak tau dekk. Menurutmu dia cowok setia nggak ?"
"Setia kok dia kak."
"Beneran ? Jangan karna kamu temennya terus kamu baik*in dia lho ya dek."Aaarrgghh :@ cerewet banget nih orang #sabaaaar# . Lalu aku jawab,"Enggak kok kak , beneran."Akhirnya aku selesai chat sama dia , sampai besok , aku masih ngerasain sakiit hatiku waktu kak Tata nanya gitu . Tp aku cuma bisa sabaar & tabah , walau sebenernya gak bisa nerima kenyataan PAHIT ini ! Mungkin gak lama lagi , Dhana nembak kak Tata dan jadian deh ~ Tapii ,, aku yakin , mereka nggak selamanya . Dan buat aku bakal indah PADA WAKTUNYA . Tapi untuk kali ini , aku bener*ngerasain sait hati yg dalam . Cintaku bertepuk sebelah tangan .

Cerpen Cinta II
SEMANGKUK ASINAN UNTUK TUHAN DAN CINTA

Berikut ini dua pertanyaan yang paling kubenci: Apa itu cinta? Apa itu Tuhan? Aku membenci kedua pertanyaan itu sepenuh hati sampai kudedikasikan seluruh hidupku untuk mencari jawabnya, agar kedua pertanyaan itu berhenti menghantui. Dan tidak ada yang lebih memahitkan mulut, memualkan perut, menyesakkan jantung, ketika seseorang muncul dengan kertas dan pulpen, atau alat perekam, di tengah jam makan siang, saat rahangmu sedang sibuk mengunyah, saat makanan di piring memohon perhatian penuhmu, dan orang itu bertanya: "Menurut Anda, apa itu cinta?" Demi sopan santun dan etika budaya, aku tahankan garpu agar tak mencelat ke bola matanya, dan kugenggam erat-erat piringku agar tak pecah jadi dua di atas batok kepala wartawan itu.

Aku hanya menggeram dan mengulang: "Cinta?"
Si wartawan pun berpikir bahwa pertanyaan brilian berikutnya akan memancing jawaban lebih panjang dan lebih mencengangkan, yang akan menghibur para pembaca majalahnya bersama-sama artikel 10+1 cara bercinta paling panas dan peta terbaru menuju spot-spot orgasmik yang selama ini tersembunyi. Dan dia sungguhan nekat bertanya:
"Menurut Anda, apa itu Tuhan?" Jemariku bergetar, menahan garpu, pisau, piring, gelas, dan benda-benda dalam radiusku yang sangat mungkin kujadikan senjata pembelaan diri atas serangan pertanyaan-pertanyaan paling muskil dijawab tapi selalu ditanyakan itu.

Dan aku teringat baris-baris panjang tentang cinta dan Tuhan yang pernah dimuntahkan mulutku seperti peluru dari senapan otomatis yang begitu hebat dan jenius hingga menembusi hati orangorang yang mendengarnya. Aku teringat buih dan busa di sudut mulutku saat berdiskusi tentang cinta dan Tuhan yang jika dikumpulkan barangkali bisa merendam tubuhku sendiri di bak mandi. Aku teringat jerih payah, keringat, air mata, pegal-pegal, kurang tidur, tak makan, tak minum, yang telah kutempuh demi mencari apa itu cinta dan Tuhan. Dan kini, meski sanggup, tak muncul secuil keinginan pun untuk mengutip data dalam ingatanku.

Tanpa terburu-buru, kuselesaikan kunyahan, lalu minum air seteguk.
"Begini," aku mulai menjelaskan, "pertama-tama, dengan mengetahui apa itu cinta, kita akan mengetahui Tuhan. Dan ketika kita mengetahui Tuhan, kita juga jadi tahu apa itu cinta. Jadi, kita bisa mengungkap keduanya sekaligus." Mendengarnya, wartawan itu kian mencondongkan badannya ke depan, matanya berbinar antusias. Semakin yakinlah ia betapa cemerlangnya pertanyaan-pertanyaan itu, betapa bermutu dan menantangnya. "Tapi saya tidak ingin menjawab ini sendirian.

Saya ingin mencarinya bersama-sama. Anda setuju?" ucapku dengan sikap tubuh yang seolah hendak mengambil ancang-ancang.

Wartawan itu terkesiap. Tak siap. Namun rasa penasarannya terusik, dan ada keinginan kuat untuk mempertahankan reputasinya sebagai sang penanya brilian. Akhirnya, ia mengangguk setuju. Aku lantas menyambar mangkok berisi acar, mencomot dua bawang merah utuh, dan memberikan satu butir kepada wartawan itu. "Ayo, kita kupas. Pakai kuku." Dan tanpa menunggu, dengan semangat dan giat aku mulai mengupas.

Meski ragu, si wartawan mulai ikut. Mukanya tampak enggan dan berkernyit-kernyit tanda tak rela.
"Ayo. Terus, sampai habis."
Sesekali aku mengingatkan, karena sering kali dia berhenti atau melambat. Demikianlah kami berdua, dengan mata mengerjap-ngerjap perih, mengupasi bawang dengan kuku yang akhirnya jadi lebih mirip mencacah, dengan serpih-serpih bawang yang berantakan mengotori meja. Dan akhirnya kami berhenti ketika serpih terakhir sudah terlampau kecil untuk bisa dikupas. Berlinangan airmata, yang jatuh bukan karena duka atau suka, aku pun berkata:
"Inilah cinta. Inilah Tuhan. Tangan kita bau menyengat, mata kita perih seperti disengat, dan tetap kita tidak menggenggam apa-apa." Sambil terisak, yang bukan karena haru bahagia atau haru nelangsa, lagi aku berkata: "Itulah cinta. Itulah Tuhan.

Pengalaman, bukan penjelasan. Perjalanan, dan bukan tujuan. Pertanyaan, yang sungguh tidak berjodoh dengan segala jawaban." Ditandai airmata 'cinta' yang menghiasi pipi kami berdua serta aroma 'tuhan' yang meruap segar dari kuku, wawancara siang itu usai. Artikel itu kemudian terbit. Tanpa baris-baris kalimat. Hanya gambar besar semangkok acar bawang. Dan mereka yang membacanya menyangka bahwa itu resep afrodisiak. Mereka lalu melahap semangkok acar bawang, bercinta, sambil terus bertanya-tanya: apa itu cinta? Apa itu Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar