Pengaruh agama dan budaya Hindu-Budha terhadap Masyarakat Indonesia
(Sumber: Nur, Ali. Modul bahan ajar Sejarah kelas XI Semester Gasar. Ponorogo: MGMP Sejarah.)
A) Pertumbuhan dan perkembangan agama Hindu di India
I) Lahirnya agama Hidnu , agama hindu lahir di India sekitar tahun 1500 Sebelum Masehi di lembah Sungai Indus, yaitu bersamaan dengan datangnya bangsa Arya di India. Sejarah perkembangan agama Hidnu dibedakan menjadi:
a) Zaman weda, zaman ini keagamaan berpusat pada pemujaan dewa-dewa yang dihubungkan dengan kekuatan alam guna mendapat dukungan keuntungan. Oleh karena itu pemeluk agama Hindu nantinya menyembah banyak dewa, seperti: dewa Surya (dewa Matahari), dewa Agni (dewa Api), dewa Pertiwi (Dewa Bumi), Dewa Bayu (Dewa Angin), dan lain-lain. Yang paling dipuja adalah dewa Indra (Dewa Perang) dan Dewa Agni (Dewa Api). Pada zaman ini lahir kitab suci Weda (pengetahuan tertinggi) yang terdiri dar Regweda (berisi syair pujian kepada Dewa), Samaweda (berisi nyanyian suci untuk upacara), Yajurweda (berisi doa-doa untuk mengantar sesaji kepada dewa), dan Atharwaweda (berisi mantra-mantra untuk ilmu sihir dan ilmu gaib).
b) Zaman brahmana, zaman ini keagamaan berpusat pada saji dan upacara saji yang nantinya menjadi monopoli dari kaum Brahmana. Pada zaman ini ditandai dengan lahirnya kitab suci Brahmana yang berisi uraian serta keterangan-keterangan mengenai saji dan upacaranya. Sedangkan dalam pelaksanaannya, kaum Brahmana menciptakan kitab penuntun saji yang disebut kalpasutra yang terdiri dari: Pertama, Grhysutra, yaitu penuntun untuk upacara sesaji kecil di lingkungan keluarga; kedua, Crautasutra, yaitu penuntuk untuk upacara sesaji besar di lingkungan keratin atau Negara; untuk menjaga eksistensi dari Kaum Brahmana, maka diciptakanlah “Catur Warna” (Empat Kasta) terdiri atas: Kasta Brahmana, Kasta Ksatria, Kasta Waisya, dan Kasta Sudra. Di samping itu terdapat kelompok orang di luar kasya yang disebut Kaum Paria.
c) Zaman upanisad. Zaman ini keagamaan berpusat pada pengetahuan batin untuk membuka tabir rahasia alam gaib. Pada zaman ini ditandai dengan lahirnya kitab suci Upanisad yang berisi kupasan-kupasan tentang ketuhanan dan makna hidup. Pada zaman ini timbullah suatu pemikiran tentang rahasia kehidupan yang nantinya menjadi ajaran pokok dalam agama Hindu, yaitu
1) Percaya dan yakin akan adanya Brahman (Sang Pencipta).
2) Percaya dan yakin adanya Atman (Jiwa Manusia).
3) Percaya dan yakin adanya Karma Phala (Hukum pembalasan atau reinkarnasi)
4) Percaya dan yakin adanya Moksa (keadaan tidak menjelma kembali)
Untuk mencapai moksa bisa dilakukan melalui semedi, yoga, berpuasa, dan lain-lain. Sejak abad ke 6 Sebelum Masehi agama Hindu mengalami kemunduran, hal ini disebabkan:
1) Kaum brahmana yang memonopoli upacara bertindak sewenang-wenang.
2) Lahirnya agama Budha yang tidak mengenal system kasta.
II) Perkembangan agama Hindu, perkembangan agama Hindu mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Raja Samudragupta (320-375) dari Dinasti Gupta dan beribukota di Ayodya. Hal-hal penting yang dilakukan oleh Raja Samudragupta dalam hubungannya dengan pengembangan agama Hindu adalah:
1) Memusuhi agama Budha dianggap asing. Kuil-kuil Budha dirusak, para Bhiksu dan Bhikshuni diburu dan dibunuh.
2) Mengadakan pembaruan dalam agama Hundu dengan memuja “Trimurti”, yaitu:
a) Dewa Brahmana (Dewa Pencipta), Kendaraan burung Angsa, sedangkan istri Dewi Saraswati (Dewa Kecantikan)
b) Dewa wisnu (Dewa Pemelihara), kendaraan Burung Garuda, sedangkan istrinya Dewi Laksmi (Dewi Kebahagiaan).
c) Dewa Siwa (Dewa Perusak), kendaraan Lembu Nadi, sedangkan istrinya Dewi Durga (Dewi Maut).
Dalam perkembangannya, pemujaan terhadap Trimurti akhirnya pecah menjadi tiga aliran, yaitu:
a) Aliran Siwa, yaitu golongan yang mengutamakan Dewa Siwa sebagai dewa tertinggi.
b) Aliran waisnawa, yaitu golongan yang mengutamakan Dewa Wisnu sebagai dewa tertinggi. Kedua aliran tersebut memiliki kitab suci yang disebut Purana (berisi tentang kehidupan para dewa, tentang penciptaan dunia dan sebagainya).
c) Aliran cakta, yaitu aliran yang mengutamakan pemujaan terhadap Dewi Durga (istri Siwa).
3) Menjadikan burung Garuda kendaraan Wisnu sebagai lambing Negara dan menjadikan bahasa Sansekerta sebagai bahasa resmi Negara.
B) Pertumbuhan dan Perkembangan Agama Budha di India
A) Lahirnya agama Budha. Agama Budha lahir sekitar tahun 631 Sebelum Masehi di Lembah Sungai Gangga yang di bawa oleh Sidharta Budha Gautama (563-485) putera Raja Suddodhana dari kerajaan Kosala. Agama Budha pada awalnya merupakan ajaran filsafat tentang pembebasan manusia dari lingkaran samsara untuk mencapai moksa. Ajaran-ajarannya tertuang dalam kitab suci Tripitaka (tiga keranjang) yang berisi dari: Winaya Pitaka (berisi kotbah Sang Budha), Sutranta Pittaka (berisi aturan pokok cara hidup pemeluknya), dan Abdidharma Pittaka (berisi penjelasan mengenai soal-soal kegamaan). Para pemeluk agama Budha mempunyai ikrar yang disebut Tricarana (tiga tempat berlindung), yaitu saya terlindung kepada Budha, Dharma dan Sanggha. Budha merupakan sebutan tinggi orang mencapai Bodhi. Dharma merupakan ajaran Budha yang disebut “Catur Arya Styani” (empat kenyataan tertinggi) yang meliputi:
1) Hidup adalah penderitaan.
2) Penderitaan disebabkan karena Tisna (hawa nafsu).
3) Penderitaan dapat dihilangkan dengan menindas Tisna.
4) Tisna dapat ditindas atau dihilangkan dengan “Asta Widya” (pengetahuan delapan atau delapan jalan kebenaran) yaitu: berpemandangan, berniat, berbicara, berbuat, berpengetahuan, berusaha, berperhatian, dan bersemedi secara baik dan benar.
Sedangkan Sanggha adalah pemeluk agama Budha yang dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Upasaka atau upasika yang tinggi dalam masyarakat sebagai anggota masyarakat.
2) Bikshu atau bikshuni yang tinggal dalam wihara meninggalkan keramaian.
Pemeluk agama budha memiliki tempat-tempat yang dianggap sebagai kota suci, yaitu: Taman Lumbini di Kapilawastu (tempat kelahiran Sang Budha), Bodgaya (tempat Sang Budha menerima ilham), Benares (tempat Budha melakukan khotbah yang pertama), dan Kusinagara (tempat Budha meninggal dunia).
II)Perkembangan Agama Budha. Setelah Sidharta Gautama wafat pada tahun 485 Sebelum Masehi, Agama Budha mengalami perpecahan menjadi dua aliran, yaitu:
a) Budha Hinayana (kendaraan kecil), dalam aliran budha Hinayana yang dianggap sebagai anggota Sanggha hanyalah para Bikshu dan Bikshuni. Selain itu, mereka hanya menyembah Budha saja sebagai satu-satu Dewa. Cita-cita adalah menjadi seorang Arhat (Bikshu yang utama) untuk mencapai nirwana. Sedangkan tujuan akhirnya adalah untuk mencapai nirwana untuk dirinya.
b) Budha Mahayana (Kendaraan Besar), dalam aliran Budha Mahayana yang dianggap sebagai anggota Sanggha bukan hanya para Bikshu dan Bikshuni tetapi juga termasuk upasaka dan upasika. Mereka selain menyembah budha sebagai dewa juga menyembah para calon-calon budha (Bodhisatwa). Cita-cita adalah menjadi seorang Budha agar mencapai nirwana. Sedangkan tujuan akhirnya adalah sebelum masuk nirwana wajib menolong orang lain agar bersama-sama masuk nirwana.
Aliran Budha Hinayana berkembang di Srilangka, Burma, dan Muangthai. Sedangkan Budha Mahayana berkembang di Cina, Tibet, Jepang, dan Indonesia.
Perkembangan Agama Budha mencapai puncaknya pada masa pemerintahan raja Ashoka (272 Sebelum Masehi- 233 Sebelum Masehi) dari Dinasti Maurya. Hal-hal penting yang dilakukan oleh Raja Ashoka dalam rangka pengembangan Agama Budha adalah:
1) Menciptakan ajaran Ahimsa, yaitu larangan untuk membunuh dan melukai makhluk.
2) Ia sendiri nantinya menjadi seorang Bikshu.
3) Menjadi agama Budha sebagai agama resmi Negara, meskipun tetap ada toleransi terhadap agama lainnya.
4) Ajaran agama Budha dipahatkan pada tiang-tiang batu yang terkenal sebagai “Tiang Ashoka”
5) Mendirikan stupa terbesar di kota Sanchi yang merupakan stupa terbesar di seluruh India. Dalam Agama Budha stupa berfungsi sebagai.
a) Tempat penyimpanan abu jenasah Sang Budha.
b) Tempat penyimpanan benda suci milik Sang Budha.
c) Sebagai tanda peringata di tempat kejadian atau peristiwa penting dalam hidup Budha.
d) Sebagai lambing suci agama Budha pada umumnya.
C) Masuknya agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
I. Teori masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
1) Teori Ksatria (oleh C.C. Berg), pembawa agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia adalah golongan ksatria yang melarikan diri dari India membentuk koloni-koloni di Indonesia, sehingga nanti melahirkan kerajaan baru di Indonesia.
2) Teori Brahmana (oleh J.C. Van Leur dan F. D. K. Bosch), pembawa agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia adalah golongan Brahmana yang sengaja didatangkan oleh raja-raja Indonesia untuk memperkuat legitimasi kekuasaannya.
3) Teori Waisya (oleh N. J. Kroem), pembawa agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia adalah golongan pedagang India yang datang ke Indonesia, kemudia mereka kawin dengan wanita-wanita Indonesia.
4) Teori Sudra (oleh Van Faber), pembawa agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia adalah golongan para tawanan perang yang di buang di Indonesia.
5) Teori Arus Balik (oleh F. D. K. Bosch), pembawa agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia adalah orang Indonesia sendiri. Dengan adanya kontak dagang, maka pelajar-pelajar Indonesia yang belajar agama Hindu-Budha di Indonesia. Setelah selesai, mereka dinobatkan sebagai Brahmana (Pendeta Hindu) atau sebagai Bikshu (Pendeta Budha). Golongan inilah yang nantinya menduduki tempat terhormat di keraton-keraton dan sering menjadi bagian dari struktur kekuasaan raja.
II. Proses Interaksi antara Bangsa Indonesia dengan Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha dari India
a) Hubungan Dagang antara Indonesia dengan India
Menurut D. H Burger proses interaksi bangsa Indonesia dengan India melalui kontak dagang sudah terjadi sejak abad 1 Masehi dan terus berlangsung sampai datangnya bangsa barat di Indonesia. Bukti-butki adanya hubungan perdagangan tersebut adalah:
1) Penggunaan perahu bercadik oleh suku Parawar (India Selatan). Perahu bercadik tersebut sengaja di datangkan dari Indonesia.
2) Penanaman perkebunan kelapa di Pantai India Selatan oleh suku Shanar. Tanaman kelapa diperkirakan berasal dari Indonesia melalui Srilanka.
3) Dalam kitab Ramayana karya Walmiki dari India, disebutkan adanya nama Javadwipa sebagai pulau emas dan perak yang tidak lain untuk menyebutkan Pulau Jawa yang dalam Prasasti Canggal 723 Masehi dari Dinasti Sanjaya disebut Dwipa Jawa. Selain itu, disebutkan pula nama Swarnadwipa sebagai pulau emas yang tidak lain untuk menyebut Pulau Sumatera.
Sedangkan faktor pendorong bangsa India untuk merantau dan berdagang dengan bangsa Indonesia disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1) Diketahui angin muson (angin musim) yang baik untuk menyeberangi Samudera Hindia ke Timur (Indonesia) dan sebaliknya.
2) Sejak zaman purba Indonesia sudah terkenal akan hasil bumi dan hasil tambangnya. Pada abad ke II Masehi, seorang penulis Yunani yang bernama Claudius Ptolomeus mengatakan bahwa daerah Indonesia kaya dengan hasil beras, emas, perak, dan rempah-rempah.
b) Bukti-bukti adanya pengaruh Hindu terhadap di Indonesia
1) Bidang Politik, yaitu berdirinya kerajaan-kerajaan di Indonesia yang bercorak Hindu-Budha dengan menganut sistem dinasti (turun-temurun).
2) Bidang sosial, yaitu timbulnya suatu masyarakat yang tersusun atas dasar kasta.
3) Bidang agama, yaitu dipekuk agama Hindu-Budha oleh raja-raja dan rakyat Indonesia. Agama Budha yang dipeluk oleh rakyat Indonesia meliputi:
a. Budha Mahayana, contohnya: agama yang dipeluk oleh raja-raja Sriwijaya.
b. Budha Tantrayana, yaitu percampuran antara agama Budha dengan agama Hindu khususnya aliran Siwa. Contohnya: agama yang dipeluk Raja Kertanegara dari Singasari dan Raja Adityawarman dari Minangkabau.
Sedangkan agama Hinduu yang dipeluk oleh bangsa Indonesia dibedakan menjadi:
a. Aliran Siwa, seperti agama yang dipeluk Raja Mulawarman dari Kutai, raja-raja Dinasti Sanjaya dari Jawa Tengah, raja-raja Majapahit, dan sebagainya.
b. Aliran Waisnawa, seperti agama yang dipeluk Raja Purnawarman dari Tarumanegara, Raja Airlangga, dan lain-lain.
4) Bidang Budaya
a. Diketemukan arca Budha yang terbuat dari perunggu di Sampaga (Sulawesi Selatan), di Jember (Jawa Timur), dan Bukit Siguntang (Sumatera Selatan) yang memiliki ciri-ciri seni arca amarawati (India Selatan). Sedangkan arcaa Budha yang diketemukan di Kutai menunjukkan ciri-ciri seni arca Gandara (India Utara).
b. Berdirinya beraneka ragam candi Hindu-Budha di Indonesia.
c. Penggunaan gelar “Warman” (gelar Raja Pallawa dari India Selatan) oleh raja-raja Kutai dan Tarumanegara.
d. Penggunaan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa dari India Selatan, seperti dalam prasasti Kutai, prasasti Kerajaan Tarumanegara dan lain-lain.
e. Penggunaan huruf Dewa Zagin dari India Utara, seperti Prasasti Kalasan dari Dinasti Sanjaya di Jawa Tengah.
f. Diketemukannya kitab sastra dari India, seperti Kitab Mahabrata karya Wyasa Kresna Dwipayana dan kitab Ramayana karya Walmiki.
III. Akrulutasi budaya Indonesia dengan Budaya Hindu-Budha dari India. Meskipun bangsa Indonesia menerima pengaruh budaya Hindu-Budha dari India, namun budaya India tersebut tidak langsung diterima begitu saja. Hal ini disebabkan:
1) Sebelum mendapat pengaruh India, bangsa Indonesia telah memiliki kebudayaan yang tinggi, masuknya pengaruh India nantinya semakin menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
2) Bangsa Indonesia memiliki kecakapan istimewa yang disebut “local genius”, yaitu kecakapan untuk menerima unsure-unsur kebudayaan asing dan mengolahnya unsur-unsur kebudayaan tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Selain hal di atas bangsa Indonesia termasuk bangsa yang terbuka dan toleran, sehingga berbagai pengaruh asing yang masuk seperti budaya asing, diterima dengan baik kemudian disesuaikan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Akibatnya timbullah akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan budaya Indonesia. Akulturasi tersebut meliputi:
a) Seni Bangun: dalam seni bangun bangsa Indonesia menerima pengaruh pembangunan candi dengan berpedoman pada kitab Cilpasastra dari India, namun maknanya tetap menunjukkan kepribadian bangsa Indonesia.
Candi di India berfungsi sebagai tempat orang memuja dewa, sehingga di dalamnya terdapat patung dewa yang disembah. Sedangkan di Indonesia candi berfungsi sebagai makam, kuburan raja, sehingga didalamnya terdapat patung raja yang biasanya menggunakan pakaian kebesaran dewa yang disembah raja tersebut. Selanjutnya candi Budha di India biasanya berbentuk stupa, yaitu bangunan berbentuk setengah lingkaran bola. Sedangkan candi Budha di Indonesia (Borobudur) berbentuk punden berundak-undak dengan stupa di atasnya.
b) Seni rupa. Dalam seni rupa Nampak jelas anasir-anasir budaya India, seperti adanya patung Hindu dan Budha serta relief ceritanya yang berasal dari kitab Ramayana dan Mahabrata. Namun pola hiasnya Nampak budaya Indonesia, seperti adanya rumah panggung, kehidupan di desa, dan lain-lain.
c) Seni sastra. Dalam seni sastra bangsa Indonesia mengambil alih kitab sastra India, seperti kitab Ramayana, Mahabrata, dan lain-lain. Namun tokoh-tokoh cerita tetap dianggap dari Indonesia, bahkan tempat kejadiannya dianggap terjadi di Indonesia. Selain itu, dalam kitab Gatotkacasraya kita mengenal tokoh-tokoh Punakawan yang tidak kenal di India.
d) Huruf dan bahasa. Penggunaan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta (Bahasa Kun’lun) dalam berbagai prasasti di Indonesia menunjukkan adanya pengaruh budaya India. Namun lama-kelamaan huruf dan bahasa tersebut di Indonesiakan menjadi huruf dan bahasa Kawi.
e) Sistem pemerintahan. Masuknya budaya India nantinya merubah sistem pemerintahan Indonesia, yaitu semula dipimpin oleh kepala suku dengan sifat demokratis (primusinterparis) diganti dengan sistem kerajaan yang bersifat turun-temurun. Namun raja di Indonesia tidak memerintah dengan kekuasaan mutlak dan wewenang penuh untuk menentukan segala-galanya. Di Indonesia kerajaan terdiri dari daerah-daerah otonom tersebut bersama rakai-rakai yang lain. Dalam bertindak keluar raja adalah wakil dari rakyatnya yang mendapat wewenang penuh, dan ke dalam ia adalah lambing dari nenek moyang diperdewa atau disebut “Kultus Dewa Raja”
f) Sistem kepercayaan. Dalam sistem kepercayaan, menunjukkan bahwa agama yang dipraktekkan bangsa Indonesia tidak seluruhnya dilaksanakan di Indonesia. Hal ini terjadi karena masuknya agama Hindu dan Budha hamper bersamaan, dan keduanya saling mempengaruhi sehingga terjadi sinkritisme (pencapuran antar agama) yang natinya menimbulkan aliran agama baru seperti Tantrayana, yaitu pencampuran agama Budha dengan Hindu terutama aliran Siwa, dan lain-lain.
g) Kalender. Kalender India yang dikenal dengan tahun Saka (Rumus: tahun Masehi+78=Tahun saka dalam Masehi, misalnya: Prasasti Kedukan Bukit, tahun 605 Saka ditambah 78 yang menghasilkan tahun Saka dalam Masehi adalah 683 Masehi atau 605+78=683 Masehi) juga diambil alih oleh bangsa Indonesia. Namun ciri khas Indonesianya tetap ada, seperti penggunaan Candra Sangkala (Misalnya: runtuhnya Kerajaan Majapahit, tertuliskan: Sirna Ilang Kertaning Bumi. Secara detail:Sirna:0; Ilang:0; Kertaning: 4; Bumi:1; jadi jika dibalik menjadi 1400 Saka, jika di dalam masehi: 1400 ditambah 78 menjadi 1478 atau 1400+78=1478 masehi), yaitu angka huruf yang bersusun susunan kalimat untuk memperingati peristiwa penting atas dasar perhiitungan saka. Selain itu, bangsa Indonesia juga mampu menciptakan kalender sendiri seperti Tahun Wuku (Kalender Jawa Bali) yang sekarang digunakan oleh masyarakat Bali.
(Source: Nur Ali. Module teaching materials Gasar Semester History class XI. Roxburgh: MGMP History.)
A) Growth and development of Hinduism in India
I) Birth Hidnu religion, hindu religion born in India around 1500 BC in the Indus River valley, which is concurrent with the arrival of Aryans in India. Historical development of religion Hidnu be divided into:
a) Age of the Vedas, this time centered on religious worship of the gods associated with natural forces in order to gain support. Therefore, later Hindus worship many gods, such as: the god Surya (Sun god), deity Agni (fire god), deity Earth (God of Earth), god Bayu (wind god), and others. The most revered is the god Indra (god of war) and Agni (God of Fire). Born on this day and age the Vedic scriptures (highest knowledge) that consists dar Regweda (containing poems of praise to God), Samaweda (containing sacred songs for the ceremony), Yajurweda (containing prayers to usher in the offerings to the gods), and Atharwaweda (containing spell -spells for witchcraft and the occult).
b) Age of Brahmins, this time of religious ceremonies centered on food and food that will be the monopoly of the Brahmans. At this age marked by the birth of a Brahmana scriptures contain descriptions and particulars of food and ceremony.While in practice, the Brahmans created a guide book called kalpasutra food which consists of: First, Grhysutra, is offering guidance to small ceremony in the family environment and secondly, Crautasutra, namely penuntuk for ceremonial offerings in the neighborhood of keratin or the State; to maintain the existence offrom The Brahmins, it was created "Chess Color" (Four Castes) consists of: Caste Brahmin, Kshatriya caste, caste Vaishya and Sudra caste. In addition, there are people out kasya group called The Paria.
c) Age of the Upanishads. This era of religious centers on the inner knowledge is to unveil the secrets of the occult. At this age marked by the birth of the holy book of the Upanishads that contain peeling, peeling of the divine and the meaning of life. At this time there arose a thought about the secret life that would become the central tenet in Hinduism, namely
1) Trust and certain of the existence of Brahman (the Creator).
2) Believe it and believe the Atman (Soul Man).
3) Believe it and believe the Karma Phala (law of retaliation or reincarnation)
4) Believe and sure of moksha (the state does not incarnate again)
To achieve moksha can be done through meditation, yoga, fasting, and others.Since the 6th century BC Hindu decline, this is due to:
1) The Brahmins who monopolize the ceremony acted arbitrarily.
2) The Birth of Buddhism that does not recognize the caste system.
II) The development of Hindu religion, Hindu religious development reached its peak during the reign of King Samudragupta (320-375) of the Gupta dynasty and its capital in Ayodya. The important points made by the King Samudragupta in conjunction with the development of Hindu religion are:
1) Disagreeable Buddhism is considered foreign. Buddhist temples destroyed, the monks and Bhikshunis hunted down and killed.
2) Hold a renewal in religious worship Hundu the "Trimurti", namely:
a) god Brahman (God the Creator), Vehicle birds geese, while the wife of Goddess Saraswati (the God of Beauty)
b) Lord Vishnu (God the Preserver), Eagle car, while his wife Goddess Lakshmi (Goddess of Happiness).
c) Lord Shiva (God of Destruction), Pulse Ox vehicle, while his wife Goddess Durga (Goddess of Death).
During its development, the worship of the Trinity finally broke into three streams, namely:
a) The flow of Shiva, the group that put Lord Shiva as the supreme god.
b) The flow of Vaishnavas, namely the priority class of the god Vishnu as the supreme god. The second stream has a sacred book called the Puranas (contains about the life of the gods, about the creation of the world and so on).
c) Flow cakta, which prioritizes the flow of the worship of Goddess Durga (Shiva's wife).
3) Making the bird Garuda Vishnu as the symbol of state vehicles and making Sanskrit as the official language of the State.
B) Growth and Development of Buddhism in India
I) The birth of Buddhism. Buddhism was born around 631 BCE in the Ganges Valley which was brought by Siddharta Gautama Buddha (563-485) son King Suddodhana of Kosala kingdom. Buddhism was originally a teaching philosophy of human liberation from the cycle of samsara in order to achieve moksha.Teachings contained in the scriptures Tripitaka (three baskets) containing from: Winaya Pitaka (discourses of the Buddha contains), Sutranta Pittaka (containing the principal way of life of adherents), and Abdidharma Pittaka (containing an explanation of Religious matters). The Buddhists have a pledge called Tricarana (three shelters), which I sheltered the Buddha, Dharma and Sanggha. Buddhism is the high people achieve Bodhi designation. Dharma is a Buddhist teaching called "Aryan Chess Styani" (the four highest reality) which includes:
1) Life is suffering.
2) Suffering is caused due to Tisna (lust).
3) Suffering can be eliminated by suppressing Tisna.
4) Tisna can be suppressed or eliminated by "Asta Widya" (knowledge of the truth of eight or eight-way) are: scenic, intend, speak, act, knowledge, effort, berperhatian, and meditate properly and correctly.
While Sanggha are Buddhists who are divided into two, namely:
1) laymen or laywomen, high in the community as a member of the community.
2) Bikshu or bikshuni who live in the monastery to leave the crowd.
Buddhist faiths have places that are considered a holy city, namely: Lumbini Park at Kapilavastu (Buddha's birthplace), Bodgaya (where the Buddha received inspiration), Benares (where Buddha's first sermon to do), and Kushinagara (where Buddha died).
II) development of Buddhism. After Sidhartha Gautama's death in 485 BC, Buddhism had split into two streams, namely:
a) Buddhist Hinayana (small vehicle), the flow of Hinayana Buddhist who is regarded as a member of the Bikshu Sanggha and Bikshuni. In addition, they only worship Buddha alone as the only god. Aspiration is to become an arhat (a major Bikshu) to reach nirvana. While the ultimate goal is to achieve nirvana for himself.
b) Buddhist Mahayana (Great Vehicle), the flow of Mahayana Buddhism is considered a member not only of the Bikshu Sanggha and Bikshuni but laymen and laywomen, are also included. They worship the Buddha as a god but also worship the Buddhist candidates (Bodhisattva). Aspiration is to become a Buddha in order to reach nirvana. While the eventual goal is mandatory before entering nirvana to help others so that together into nirvana.
Hinayana Buddhism developed in Sri Lanka, Burma, and Thailand. While Mahayana Buddhism developed in China, Tibet, Japan, and Indonesia.
The development of Buddhism reached its peak during the reign of King Ashoka (272 BC-233 BC) of the Maurya dynasty. Important things are done by King Ashoka in the development of Buddhism are:
1) Creating the Ahimsa doctrine, namely the prohibition to kill and injure beings.
2) He himself later became a Bikshu.
3) Being Buddhism as the official state religion, although it is no tolerance towards other religions.
4) The doctrine of Buddhism engraved on stone pillars known as the "Ashoka Pillar"
5) Establishing the largest stupa in Sanchi town which is the largest stupa in all India. In the Buddhist stupa serves as.
a) Outdoor storage of ashes of the Buddha.
b) Outdoor storage of sacred objects belong to the Buddha.
c) As a sign peringata at the scene or an important event in the life of Buddha.
d) As a symbol sacred to Buddhism in general.
C) The inclusion of religion and the Hindu-Buddhist Culture in Indonesia
I. Theory and the introduction of Hindu-Buddhist culture in Indonesia
1) The theory of the Knight (by CC Berg), religion and culture bearer of Hindu-Buddhist groups in Indonesia are the knights who had fled from India to form colonies in Indonesia, so that later gave birth to a new empire in Indonesia.
2) Theory Brahmana (by JC Van Leur and FDK Bosch), carriers of religion and the Hindu-Buddhist culture in Indonesia is the class of Brahmins who deliberately imported by the kings of Indonesia to strengthen the legitimacy of his rule.
3) Theory Vaishya (by Kroem NJ), carriers of religion and the Hindu-Buddhist culture in Indonesia is a class of Indian traders who came to Indonesia, later they were married to Indonesian women.
4) The theory of Sudra (by Van Faber), carriers of religion and the Hindu-Buddhist culture in Indonesia is a class of prisoners of war on waste in Indonesia.
5) Reverse Flow Theory (by FDK Bosch), carriers of religion and the Hindu-Buddhist culture in Indonesia is the Indonesian people themselves. With the existence of trade contacts, the Indonesian students who studied Hindu-Buddhist religion in Indonesia. Once completed, they were crowned as the Brahmins (Hindu priest) or as Bikshu (Buddhist priest). Groups is what will occupy an honored place in the palace-court and often become part of the king's power structure.
II. The interaction process between the Indonesian people by religion and the Hindu-Buddhist Culture of India
a) Trade relations between Indonesia and India
According to D. Burger H interaction processes of Indonesia with India through trade contacts have occurred since the first century AD and continued till the arrival of western nations in Indonesia. Evidence-butki the trade relationship is:
1) The use of boats by the tribe bercadik Parawar (South India). Bercadik boat was deliberately imported from Indonesia.
2) Planting of coconut plantations in South India Beaches Shanar tribe. Coconut crop is estimated to come from Indonesia through Sri Lanka.
3) In the book of Valmiki Ramayana of India's work, mentioned the name of the island Javadwipa as gold and silver which is not to mention the island of Java in 723 AD The inscription Canggal of Sanjaya dynasty called Dwipa Java. In addition, as mentioned also the name Swarnadwipa gold islands is not to mention the island of Sumatra.
While the factors driving the Indians to go abroad and trade with Indonesia due to the following terms:
1) Given the monsoon (seasonal wind) is good to cross the Indian Ocean to the East (Indonesia) and vice versa.
2) Since the days of ancient Indonesia is famous for its crops and the mines. In the second century AD, a Greek writer named Claudius Ptolemy said that Indonesia is rich region with the rice, gold, silver, and spices.
b) Evidence of the influence of Hinduism in Indonesia
1) Political, the founding of the kingdoms in Indonesia patterned by embracing the Hindu-Buddhist dynasty system (hereditary).
2) the social field, namely the emergence of a society structured on the basis of caste.
3) The field of religion, the Hindu-Buddhist religious dipekuk by the kings and people of Indonesia. Buddhism is embraced by the people of Indonesia include:
a. Mahayana Buddhism, for example: religion followed by the kings of Srivijaya.
b. Tantric Buddhism, which is a mixture of Buddhism with Hinduism in particular the flow of Shiva. For example: the religion of the King and the King Kertanegara of Singasari Adityawarman of Minangkabau.
While religion is embraced by a nation Hinduu Indonesia can be divided into:
a. The flow of Shiva, as the religion of the King Mulawarman of Kutai, Sanjaya Dynasty kings of Central Java, the Majapahit kings, and so forth.
b. Vaishnava stream, such as the religion of the King Purnawarman of Tarumanegara, King Airlangga, and others.
4) Field of Culture
a. Buddha statue found made of bronze in Sampaga (South Sulawesi), in Jember (East Java), and Hill Siguntang (South Sumatra), which has the characteristics of the art of sculpture amarawati (South India). While arcaa Buddha found in the Kutai show features the art of sculpture Gandara (North India).
b. Establishment of a wide range of Hindu-Buddhist temple in Indonesia.
c. Use of title "Warman" (the title of King Pallawa of South India) by the kings of Kutai and Tarumanegara.
d. The use of Sanskrit and Pallawa letter from South India, as in the Kutai inscriptions, inscriptions Tarumanegara Kingdom and others.
e. The use of letters Zagin Gods of Northern India, as the inscription Kalasan of Sanjaya dynasty in Central Java.
f. Discovery of the book literature of India, Vyasa's work as the Book of Mahabharata and Krishna Dwipayana Walmiki book Ramayana.
III. Indonesia Akrulutasi culture with Hindu-Buddhist culture of India. Although Indonesia accepted the Hindu-Buddhist cultural influences from India, but Indian culture is not directly taken for granted. This is due to:
1) Prior to the influence of India, Indonesia has had a high culture, the influence of India will further increase the vocabulary of the culture of Indonesia.
2) The Indonesian people have a special skill called "local genius", the ability to receive foreign cultural elements and cultural elements of the process according to the personality of the Indonesian nation.
In addition to the above case of Indonesia, including an open and tolerant nation, so many foreign influences into such a foreign culture, well accepted and adapted to the personality of the Indonesian nation. As a result there arose acculturation between Hindu-Buddhist culture with a culture of Indonesia. Acculturation include:
a) Arts Build: Indonesia in the wake of art received influence of the temple's construction based on the book Cilpasastra from India, but its meaning remains to show the personality of Indonesia.
Temple in India serves as a place where people worship the gods, so that in it there is a statue of the god is worshiped. While in Indonesia the temple serves as a cemetery, tomb kings, so that in it there is a statue of the king who usually wear oversized king worshiped deities. Further Buddhist temples in India are usually shaped stupa, which is semicircular building sphere. While the Buddhist temple in Indonesia (Borobudur) punden shaped staircase steps with a stupa on top of it.
b) Art. Clearly the elements of art-India cultural elements, such as the Hindu and Buddhist statues and reliefs of the story from the Ramayana and Mahabharata book. However, the pattern appears hiasnya Indonesia culture, like the houses on stilts, rural life, and others.
c) literary art. In the literary arts of Indonesia took over the books of Indian literature, as the book of the Ramayana, Mahabharata, and others. But the characters still considered to be from Indonesia, where it happened and even thought to occur in Indonesia. In addition, in the book we know Gatotkacasraya Punakawan figures are not known in India.
d) The letters and language. Pallawa capitalization and Sanskrit (language Kun'lun) in various inscriptions in Indonesia showed the influence of Indian culture.But over time the letter and the language in a letter and Indonesianising Kawi language.
e) The system of government. The entry of Indian culture will change the government system of Indonesia, which was originally led by tribal chiefs with democratic nature (primusinterparis) is replaced by the kingdom that is hereditary. But the king in Indonesia does not rule with absolute power and authority to determine everything. In Indonesia the kingdom consists of those autonomous regions along rakai-rakai others. In acting out the king is the representative of the people who are duly authorized, and into it is the symbol of the ancestors diperdewa or so-called "cult of the god king"
f) The system of trust. In the belief system, suggesting that the religion is practiced in Indonesia Indonesia is not entirely implemented. This occurs because the entry of Hinduism and Buddhism almost simultaneously, and both influence each other resulting in syncretism (pencapuran between religions) is natinya rise of new religious sects such as Tantric, namely mixing Buddhism with Hinduism in particular the flow of Shiva, and others.
g) Calendar. Calendar of India is known as the Saka year (formula: AD year +78 = Year saka in AD, for example: Inscription Kedukan Hill, plus a 78-year 605 Saka Saka year which results in 683 BC or AD is 605 +78 = 683 AD) were also taken over by the Indonesian nation. But there remains the hallmark of Indonesian, such as the use of Candra Sangkala (example: the collapse of the Majapahit Empire, it says Sirna ilang Kertaning Earth. In detail: Missing: 0; ilang: 0; Kertaning: 4; Earth: 1; so if reversed into 1400 Saka , when in AD: 1400 plus 78 to 1478 or 1400 +78 = 1478 BC), that is a letter that compound sentence structure to commemorate important events on the basis of perhiitungan saka. In addition, Indonesia is also able to create their own calendar as Wuku Year (Calendar Java and Bali) are now used by the Balinese.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar