Laporan Kelompok Ekonomi Outdoor Learning Jogjakarta/ ECONOMIC REPORT GROUP OUTDOOR LEARNING JOGJA for class XI IPS ECONOMIC

(Sumber :Hak dan Cipta milik Blog)
LAPORAN KELOMPOK EKONOMI
OUTDOOR LEARNING JOGJA




Xi ips 3
SMA NEGERI 1 GUNUNGSARI
Jln. Budi Utomo No.1 Bayangkaki














 

























Halaman 1 ________________________________________________ 



DAFTAR PENYUSUN

Yang bertanda tangan di bawah ini merupakan siswa XI IPS 3 yang telah melakukan wawancara dengan pedagang saat Out Learning Jogja tanggal 28 Januari 2012.



SISWA/ pupil I
SISWA/ pupil II
SISWA/ pupil III





Harry Copter
Justin Bebek
David Mbeckam
NIS 14435
NIS 14438
NIS 14482



SISWA / pupil IV



SISWA/ pupil V



SISWA/pupil IV









Kim Jong Gol
Vladmir Puteh
Rafflessing
NIS 14607
NIS 14648
NIS 14





halaman 2______________________________




LEMBARAN PENGESAHAN

Makalah ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Guru Mapel  (Ekonomi)

Wali Kelas XI IPS 3









James Watter

Marcopeno
NIP. 007

NIP.001





Kepala Sekolah











     Profesor Albert Endang


NIP. 008


                                                                                                                               
 halaman 3______________________________

                                                                                                                               
                                                                               
                                                                       


KATA PENGANTAR

                Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadiratnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena campur tanganNya makalah ekonomi ini dapat selesai tanpa halangan suatu apapun dan dapat menyelesaikan tugas tentang Ekonomi mengenai wawancara dengan pedagang-pedagang di tempat wisata saat Out Learning Jogja tanggal 28 Januari 2012.
                Terima kasih kepada bapak dan ibu guru IPS yang senantiasa memberikan ilmu pengetahuan kepada kami sebagai siswa SMA Negeri 1 Gunungsari karena tanpa beliau kami tidak dapat mengembangkan makalah Ekonomi ini dengan baik dan tanpa dasar. Ibarat air di daun talas yang dapat di kecohkan oleh pihak tertentu.
                Terima kasih kepada pembaca yang senantiasa memberikan luang waktunya untuk membaca makalah kami. Pembaca diharapkan mengetahui seluk beluk dan maksud kami sehingga kami berharap pembaca mengerti alur cerita dalam makalah ini. Kami berharap pula makalah ini dapat di jadikan bahan untuk refrensi untuk pembaca.
Perlu diketahui, makalah ini dibuat dengan berdasarkan wawancara secara langsung dengan narasumber yakni pedagang di tempat lapaknya. Dengan begitu kami sebagai peneliti dan pengamat dapat mengetahui keadaan pedagang tersebut secara langsung. Kami sebagai peneliti dan pengamat mengajukan beberapa pertanyaan mengenai beberapa hal tentang Ekonomi. Dengan begitu diharapkan kami sebagai peneliti dan pengamat mampu mengetahui keadaan, perputaran uang di dalam ekonomi, pendapatan setiap pedagang rata-rata di tempat wisata.  
                Kepada pihak-pihak yang terlibat seperti teman-teman IPS yang telah membantu mengurusi dan memberikan kritik dan saran kepada kami ucapkan terima kasih. Kami juga mengharapkan kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran kepada kami agar makalah yang selanjutnya dapat memberikan kesempurnaan yang lebih baik.
                                                                                                                                Bayangkaki, 29 Januari 2012


                                                                                                                                                                Penulis


halaman 4______________________________


DAFTAR ISI

Cover Makalah

1
Daftar Penyusun

2
Lembar Pengesahaan

3
Kata Pengantar

4
Daftar Isi

5
Pendahuluan

6
Sistem Perekonomian

7
Pedagang di Tempat Wisata

8
Penutup

10
Kritik dan Saran

11
Lampiran

12
Daftar Pustaka

13

halaman 5______________________________ 









PENDAHULUAN

                Outdoor Learning yang diselenggarakan pada hari Sabtu tanggal 28 Januari 2012 di tempat wisata candi Prambanan, Ketep Vulcano Center, dan Malioboro bertujuan untuk menambah serta memperluas pengetahuan kami dalam bidang pelajaran ilmu pengetahuan sosial, khususnya Ekonomi. Selain itu, Outdoor Learning juga bertujuan untuk sebagai hiburan bagi para siswa sekaligus untuk belajar di luar kelas dengan pengamatan secara langsung. Makalah Ekonomi ini dibuat untuk melaporkan hasil pengamatan secara langsung. Selain itu, ditujukan agar dapat menambah pengetahuan bagi para siswa yang telah mengikuti Outdoor Learning ini.








halaman 6______________________________ 




SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA
               
Menurut sumber buku UUD 1945 pasal 33 ayat 1,  menjelaskan perekonomian disusun sebagai usaaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.   Menurut sumber www.dinar3anggrini.blogspot.com/2011 dari wartawarga.gunadarma.ac.id/2011  sistem perekonomian Indonesia dirancang dengan sistem kehidupan bangsa yang bisa mempersatukan suku bangsa yang beragam dengan sistem ekonomi Pancasila. Hal tersebut dirancang agar bisa menampung semua aspirasi bangsa Indonesia yang seadil-adilnya sesuai nilai kemanusiaan. 

                Menurut J.C. Hinggins, sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan. Menurut L. James Havery, sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Jadi, sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut.

                Macam-macam perekonomian yakni sistem ekonomian tradisional, sistem ekonomi sosialis, sistem ekonomian liberalis, sistem ekonomi campuran. Dalam era globalisasi yang paling banyak yakni sistem liberal atau kapitalis. Menurut beberapa pengamat, sistem perekonomian Indonesia merupakan campuran antara sistem kapitalisme dan sosialisme, dengan mengadopsi kebaikan sistem kedua tersebut sehingga terbentuk sistem ekonomi Pancasila. Tentunya dalam pembentukannya ada bongkar-pasang untuk mendapatkan kesesuaian individualisme vs kolektivisme namun sistem indonesia bukan individualisme maupun bukan kolektivisme.
                Sistem ekonomi pasar ala IMF, Bank Dunia, WTO, dan lainnya yang sepertinya cenderung pada model sisitem Kapitalisme yang cenderung condong kepada pengusaha kelas kakap dan lebih memisahkan antara si kaya dan si miskin serta seharusnya di ganti dengan sistem ekonomi yang ikut mendukung perekonomian masyarakat wong cilik dan menomorbelakang kepentingan pengusaha kelas kakap. salah satu penyebab kemiskinan yang melanda masyarakat adalah dari masa kemasa adalah karena sistem tersebut tidak mampu lagi untuk memenuhi kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan sosial ekonomi untuk masyarakat terutama wong cilik.
               
                Sistem ekonomi barat seperti IMF, Bank Dunia dan WTO dan sistem lainnya justru membuat Indonesia terus ketinggalan dari berbagai aspek kehidupan yang lebih mengutamakan pihak pengusaha. Indonesia pernah menggunakan sistem Liberal pada masa penjajahan Belanda dan Inggris namun keadaan sistem tersebut membuat masyarakat pribumi semakin menderita dan semakin memisahkan antara si kaya dan si miskin. Berikut ini hasil pengamatan kami dari wawancara secara langsung dengan para penjual di beberapa tempat wisata yang kami kunjungi.




 halaman 7______________________________


  


PEDAGANG di Tempat Wisata Candi Prambanan


TEMPAT                               : KAWASAN TEMPAT WISATA PEDAGANG KAKI LIMA PRAMBANAN
WAKTU                                : 09.00-10.10 WIB
NARASUMBER                  : PAK SARWADI
Profesi                                 : Penjual Baju Batik dan sandal batik
               
Pak Sarwadi merupakan pedagang kaki lima yang telah lama menjalani pekerjaan sebagai penjual baju batik dan asesoris lainnya di kawasan wisata candi Prambanan. Diketahui bahwa Pak Sarwadi mendapatkan pasokan barang-barang tersebut dari orang lain (home industy). Sehingga Pak Sarwadi menjadi tengkulak (mengambil barang dari produsen barang untuk dijual lagi) barang-barang tersebut. Pak Sarwadi yang memiliki lapak  3 x 3 meter 2 mengaku bahwa biasanya keuntungan yang dia dapat terbanyak dengan keuntungan kotor (bruto) Rp 1.000.000,00 per minggu pada hari libur saat ramai pengunjung namun pada hari biasa Pak Sarwadi yang menjual bersama istrinya ini mendapatkan keuntungan jauh lebih sedikit bahkan pernah tidak mendapatkan pembeli saat bukan hari libur. Hal ini merupakan kendala yang di alami Pak Sarwadi ini.

                Ketika diwawancarai, Pak Sarwadi bersama pedagang kulakan sandang dan asesoris di area wisata Prambanan lainnya memiliki suatu paguyuban yang bernama “Paguyuban Badung Bondowoso.” Pak Sarwadi yang menjual batik berbagai motif ini menjelaskan bahwa retribusi yang pungut per harinya Rp 6.000,00. Selain itu didapatkan penjelasan pula bahwa tangan atau sentuhan pemerintah seperti bantuan kredit tidak pernah di dapatkan oleh Pak Sarwadi.  Ketika awal membuka kios pula bahwa Pak Sarwadi memiliki modal Rp 30.000.000,00. Pak Sarwadi mengatakan bahwa tidak memiliki kendala lain selain tidak mendapatkan pembeli pada hari biasa.

                Saat kami membeli baju kepada Pak Sarwadi, harga per baju Rp 30.000,00 namun harga tersebut bisa ditawar dengan harga kesepakatan penawaran dan pembelian Rp 20.000,00. Berarti kami mendapatkan potongan harga (discount) sekitar 34%.  
                Di ketahui barang kulakan Pak Sarwadi adalah daster batik dari ukuran kecil S sampai ukuran besar XL. Selain daster Pak Sarwadi menjual sandal bermotif batik. Pak Sarwadi juga menjual, kaos, dan kemeja batik. Harga barang tersebut bisa ditawar juga.


halaman 8______________________________ 




Pedagang di Tempat Wisata Malioboro

Tempat                                 : area pertokoan tempat wisata belanja Malioboro, Jogjakarta
Waktu                                  : 18.10-18.45 WIB
Narasumber                       :  Toko Batik Luwes Putra
Profesi                                 : Baju Batik
               
                Menurut keterangan toko “Luwes Putra”, pakaian dan barang-barang lain yang dijual bermerek dan peminatnya lumayan banyak. Hal itu menjadi alasan, mengapa “Luwes Putra” mampu mempertahankan dagangannya di antara keramaian Jl. Malioboro. Sebagian besar barang-barang yang di jual, diambil dari industri batik. Selama ini, “Luwes Putra” telah memasarkan dagangannya ke berbagai kota di Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri.

                Dengan alasan rahasia perusahaan dan hal pribadi, “Luwes Putra” tidak menjelaskan berapa keuntungan yang masuk ke kas miliknya. Selain memiliki toko di Jalan Malioboro, “Luwes Putra” juga membuka cabang di luar Jogja.

                Retribus yang dikeluarkan, tidak bisa di jelaskan. Mungkin karena retribusi menyesuaikan dengan situasi keramaian di hari biasa, dan saat malam Minggu, hari libur, atau perayaan lain.

                Modal awal tidak di jelaskannya, karena menurut penjelasannya itu bersifat internal. “Luwes Putra” tidak mengikuti satu paguyuban. Jadi toko tersebut berdiri sendiri dan tidak terikat aturan apapun dari luar.

                Dan barang-barang yang dijual pun harga pas, tidak dapat ditawar.
               





Kesimpulan Hasil Pengamatan

                Dari hasil wawancara dan pengamatan di beberapa tempat wisata di atas, kami sebagai pengamat menyimpulkan bahwa keadaan rata-rata ekonomi pedagang di tempat wisata yang telah di sebutkan di atas kurang bisa memberikan kebutuhan sekunder. Kebanyakan dari pedagang di beberapa tempat wisata yang telah kami wawancarai, hanya dapat keuntungan atau omset tertinggi pada hari libur, atau hari besar. Jika hari- hari biasa, pendapatan mereka hanya bisa untuk makan dan minum saja. Pedangang tersebut memilih mengambil barang dari produsen untuk di jual. Mereka juga tidak mengambil kredit di daerahnya karena bunga dari mengkredit sangat tinggi. Selain itu peran pemerintah daerah  tidak pernah menyentuh mereka yang mendukung perdagangan. Sehingga para perdagangan rawan gulung tikar apabila tidak pernah mendapatkan pembeli maupun kredit yang ringan dari pemerintah daerah.

                Para pedagang memilih untuk tengkulak karena harga dari barang produsen cenderung lebih murah dan lebih praktis daripada sendiri yang cenderung lebih boros dan tak praktis. Para pedangan tersebut biasanya mengambil dari pengrajin atau home industri di kawasan tertentu. Para pedangang memberikan harga yang terjangkau kepada pembeli namun dapat di tawar. Namun keuntungan tidak seberapa. Tempat lapak para pedagang terutama di tempat wisata Prambanan cukup sempit untuk dagangan mereka. Hal ini perlu menjadi perhatian kepada Pemerintahaan Daerah untuk mengurusi tata letak lokasi mereka

Kepada Pemerintah Daerah bidang  Kebudayaan, dan Pariwisata serta Koperasi dan UKM untuk kawasan wisata Candi Prambanan, kami memberikan tanggapan mengenai letak lapak pedagang kaki lima yang cukup strategis dan baik dan tidak mengganggu wisatawan. Namun perlu di mengerti bahwa pedagang kaki lima telah memberikan retribusi rutin per hari tersebut telah memberikan khas daerah menjadi baik. Selain itu hal ini harus ditanggapi dengan baik dan serius oleh dinas daerah bidang pariwisata dan kebudayaan dengan memberikan kredit lunak kepada pedangang kaki lima di kawasan tempat wisata Candi Prambanan karena tidak mudah mendapatkan pembeli dalam hari biasa sehingga pendapatan pedagang kaki lima di kawasan candi Prambanan tidak menentu.
Kepada Pemerintahan Daerah bidang Kebudayaan, Pariwisata,  Perdagangan,  Koperasi dan UKM untuk kawasan, serta Tata Letak Kota, kami memberikan tanggapan dan masukkan bahwa letak pedagang kaki lima di trotoar membuat para pejalan kaku yang menggunakan akses trotar cukup meresahkan dan dirasa sangat tidak cocok lagi karena selain luas trotoar yang sempit untuk menampung pejalan kaki, dan juga perlu diwaspadai adanya pelecehan seksual dan pencopet yang mengincar tas pengunjung pada saat berdesakan terutama ketika pembeli berhenti untuk membeli barang tersebut tasnya dirobek dengan benda tajam untuk mengambil dompet. Kedua,  para pedagang kaki lima berharap diberikan tempat strategis yang tidak mengganggu pejalan kaki pada serambi toko.  Ketiga, para pedagang baik di dalam pertokoan maupun pedagang kaki lima memerlukan sentuhan pemerintah daerah untuk kredit yang digunakan sebagai modal kulakan.


 halaman 9______________________________




KATA PENUTUP

                Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena limpahan rahmat dan taufiknya makalah Ekonomi telah sampai pada penyelesaiannya dan telah di telaah oleh kami sebagai penyusun. Meskipun terdapat sedikit kesalahaan baik dalaam ejaan maupun tulisannya.

                Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dari awal sampai akhir. Karena kami sangat membutuhkan uluran dari pihak lain agar dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan dapat dinikmati oleh banyak khalayak sekaligus dijadikan laporan Out Learning Jogjakarta 2012.

                Terima kasih kepada pembaca yang senantiasa membaca makalah kami. Jika terdapat kata maupun kalimat yang menyinggung atau keliru baik dalam ejaan maupun tulisan di harapkan maklum. Seperti Tak ada gading yang retak.

                Demikian, terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung upaya kami dan kepada narasumber yang telah memberikan waktu dan luangnya untuk wawancara. Jika ada kurang atau kesalahan dalam kata maupun ejaan, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami lebih baik mengerjakan makalah selanjutnya

                                                                                                                                                                                Penyusun


halaman 10______________________________ 




Kritik dan Saran
Kritik
                Saat kami melakukan kegiatan Outdoor Learning di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya, banyak hal-hal yang perlu dikoreksi. Hal-hal tersebut sebagai berikut:
1.       Pengaturan jam sebenarnya sudah bagus namun diharapkan seluruh rombongan Outdoor learning Jogjakarta harap menempati waktu.

Saran
                Selain itu kami juga memberikan saran yang dibutuhkan untuk Outdoor Learning berikutnya untuk membantu kelancaran para rombongan Outdoor Learning selanjutnya.
1.       Telah tersusun jadwal kegiatan dengan rapid an lebih tegas
2.       Panitia lebih tegas terhadap rombongan Outdoor learning Jogjakarta.


 halaman 11______________________________





LAMPIRAN
Foto saat wawancara:



(Pak Suwardi sedang menjelaskan kepada kami)


halaman 12______________________________


Daftar Pustaka

Buku Undang-Undang Dasar  1945 Pasal 33 Hasil Amandemen 1999-2002
www.dinar3anggrini.blogspot.com/2011 dari wartawarga.gunadarma.ac.id/2011



halaman 13______________________________



IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english)




(SOURCE: PROPERTY RIGHTS AND COPYRIGHT BLOG)



ECONOMIC REPORT GROUP



OUTDOOR LEARNING JOGJA







Xi ips 3



High School STATE 1 GUNUNGSARI

JlnBudi Utomo 1 Bayangkaki

page 1 __________________________


LIST OF THE DEVELOPMENT


The undersigned below is an XI IPS 3 students who have done interviews with traders at Jogja Learning Out dated January 28, 2012.

SISWA/ pupil I
SISWA/ pupil II
SISWA/ pupil III





Harry Copter
Justin Bebek
David Mbeckam
Number 14
Number 38
Number 82



SISWA / pupil IV



SISWA/ pupil V



SISWA/pupil IV









Kim Jong Gol
Vladmir Puteh
Rafflessing
number 07
number 48
NIS 14



page  2 __________________________



CERTIFICATION SHEET


This paper has been approved and endorsed by:
Subject Teacher  (Economy)

Homeroom class XI IPS 3









James Watter

Marcopeno
NIP. 007

NIP.001





Headmaster










        Profesor Albert Endang


NIP. 008


     

page 3 __________________________


FOREWORD




their presence gratitude we pray to Almighty God for His hand mixed economy papers can be completed without a hitch and can complete any task on the Economics of interviews with traders in the sights at Jogja Learning Out dated January 28, 2012.Thanks to the father and the mother's social studies teacher who always gave us science as a senior high school students Gunungsari because without him we can not develop this paper with a good economy and without foundation. Like water in taro leaves that can be deceived by certain parties.

Thanks to readers who are always giving spare time to read our paper. Readers are expected to know the ins and outs of our intentions, so we hope the reader understand the story in this paper. We hope this paper can also be made in the material for references to the reader.Keep in mind, this paper is based on interviews made with directly with the guest speaker at her stall traders. That way we as researchers and analysts can know the state of these merchants directly. We as researchers and analysts to ask you some questions about some things about the economy. That way we expected as researchers and observers are able to know the state, the velocity of money in the economy, the income of every trader in the average tourist.

To the parties involved as IPS friends who have helped take care of and provide comments and suggestions to us thank you. We also expect the readers to provide comments and suggestions to us so that further papers could provide a better perfection.Bayangkaki, January 29, 2012


page 4 __________________________ 


Table of Contents


Cover Papers

1
The author List

2
Sheet certifier

3
Foreword

4
Table of contents

5
Prelimininary

6
Economic System

7
Traders in Tourist Attractions

8
Ending

10
Feedback

11
Attachment

12
Bibliography

13

page 5 __________________________




INTRODUCTION


Outdoor Learning which was held on Saturday January 28th, 2012 at Prambanan temple tour, Ketep Vulcano Center, and Malioboro aims to increase and expand our knowledge in the field of social science courses, especially the economy. 
In addition, the Outdoor Learning also aims for as well as entertainment for the students to learn outside the classroom with direct observations. Economic Papers is made to report the results of direct observations. In addition, in order to increase knowledge intended for students who have followed this Outdoor Learning.


page 6 __________________________
ECONOMIC SYSTEM IN INDONESIA

According to a source book of the 1945 Constitution Article 33, paragraph 1, describes the economy is structured as joint usaaha based on the principle of the family. According to sources wartawarga.gunadarma.ac.id/2011 www.dinar3anggrini.blogspot.com/2011 of Indonesia's economic system is designed with a system of national life that could unite the diverse ethnic groups with Pancasila economic system. It was designed in order to accommodate all the aspirations of the people of Indonesia as justly as possible according to human values.
According to J.C. Hinggins, the system is a set of parts that are interconnected.According to L. James Havery, the system is logical and rational procedure for designing a series of components that are related to each other in order to function as a unit in an effort to achieve a predetermined goal. Thus, the economic system is a system used by a country to allocate its resources to both individuals and organizations in the country.
 

Various kinds of economic systems that traditional economy, the socialist economic system, liberal economy system, mixed economic system. In the era of globalization the most liberal or the capitalist system. According to some observers, system of Indonesia's economy is a mix between capitalism and socialism, by adopting the good of both these systems in order to establish Pancasila economic system. Surely there is in its formation Removable for individualism vs. collectivism, but the suitability of the system rather than individualism and Indonesia is not collectivism.

IMF-style market economy system, the World Bank, WTO, and others who seem inclined to sisitem model of capitalism that tend to gravitate to the high profile businessmen and more separation between the rich and the poor and should be replaced with an economic system supporting grassroots community economicmenomorbelakang interests of employers and big fish. one of the causes of poverty that plagued the community is of the kemasa is because the system is no longer able to meet the welfare, prosperity, economic and social justice for the people especially the underprivileged.
Western economic system such as IMF, World Bank and WTO and other systems would make Indonesia continues to lag that of the various aspects of the employer prefers. Indonesia had use  Liberal system in Dutch and English colonial period, but the state of the system makes the suffering of indigenous people and the split between the rich and the poor. Here are our observations from the interviews directly with the seller in a few sights we visited.


page  7__________________________



TRADERS at Prambanan Temple Tourist Attractions



PLACE: PLACE REGION FIVE FEET TRAVEL TRADERS PRAMBANAN

TIME: 9:00 to 10:10 pm
Informant: PAK SARWADI
Profession: Sales and sandal Batik batik
Mr. Sarwadi a street vendor who has long had a job as a seller of batik clothes and other accessories in the tourist area of ​​Prambanan temple. It is known that Mr. Sarwadi get a supply of those goods from others (home industy). So Mr. Sarwadi a middleman (taking goods from producers of goods for resale) of these items. Mr. Sarwadi which has 3 x 3 meter stalls 2 admitted that he can usually benefit the most with a gross profit (gross) Rp 1.000.000,00 per week on a holiday when crowded on weekdays but Pak Sarwadi with his wife who sold it to get advantage is much less even have no time to find a buyer not a holiday. This is a natural constraint on this Sarwadi Pak.
When interviewed, Mr. Sarwadi with the merchant wholesale clothing and accessories at Prambanan other tourist areas have a community called "Circle of Friends Badung Bondowoso." Mr. Sarwadi who sells batik motifs explained that the levy is picked per day USD 6000.00. In addition it also found an explanation that the government's hand or touch such as loans never get by Pak Sarwadi.When beginning to open kiosks also that Mr. Sarwadi has a capital of USD 30,000,000.00. Mr. Sarwadi said that no constraints other than the buyer does not get on a normal day.
When we buy clothes to Mr. Sarwadi, the price per shirt Rp 30.000,00 but the price is negotiable with the price of the supply and purchase agreement Rp 20.000,00. That means that we get a rebate (discount) of about 34%.Wholesale goods in the know is Pak Sarwadi batik robe of the small size S to size XL. In addition to Mr. Sarwadi negligee selling batik slippers. Mr. Sarwadi also sell t-shirts and batik shirts. Prices of goods are negotiable as well.


page 8 __________________________



Traders in Malioboro Tourist Attractions



Place: shopping area shopping attractions Malioboro, Jogjakarta

Time: 18:10 to 18:45 pm
Informant: Flexible Batik Shops Son
Profession: Batik

According to the store "Flexible Putra", clothes and other goods are sold branded and demand quite a lot. That is the reason, why the "Flexible Son" is able to maintain his wares in the crowd Jl. Malioboro. Most of the goods sold, taken from the batik industry. During this time, "Flexible Son" has been marketing his wares to various cities in Indonesia, even abroad.
By reason of the confidential and private companies, "Flexible Son" does not explain how the advantages that go into his treasury. Besides having a shop in Jalan Malioboro, "Flexible Son" also opened branches outside Yogyakarta.
Retribus issued, can not be explained. Perhaps because the levy to adjust to the situation on a weekday crowd, and when the night Sunday, holiday, or other celebrations.
The initial capital is not explain it, because she explained it is internal. "Flexible Son" does not follow a community. So the stand-alone stores and not be bound any rules from the outside.
And goods are sold the price was right, non-negotiable.



Conclusions The results of observations




From interviews and observations at several places on the tour, we as observers concluded that the average state of the economy traders who have been in the sights mentioned above can not provide secondary needs. Most of the merchants in some of the sights that we interviewed, only the highest turnover of profits or on holidays, or holidays. If a typical day, their income is only able to eat and drink.Merchants are choosing to take the goods from producers to sell. They also do not take credit in his area because of the crediting rate is very high. Besides the role of local governments have never touched those who support the trade. So that the cartilage out of business if the trade never get the credit buyer and light from local governments.
The merchants chose to middlemen for the price of producer goods tend to be cheaper and more practical than his own which tend to be wasteful and not practical. The traders usually take from the craftsman or home industry in a particular region. The merchants provide affordable prices to the buyer but may be in the bargain. But the advantages do not amount to much. Place stall traders, especially in tourist Prambanan narrow enough for their wares. This needs to be a concern to local governance to deal with the layout of their site
To local government areas of Culture, and Tourism and Cooperatives and SMEs to the Prambanan Temple tour, we provide feedback regarding the location of stall vendors and strategic pretty good and did not bother tourists. However, it should be understood that the street vendors have been providing regular fee per day is typical of the region has to be good. In addition, it should be taken seriously by both department and the field of tourism and culture by providing soft loans to merchants in the area of ​​pavement Prambanan sights because it is not easy to find a buyer in the ordinary days that earnings of street vendors in the Prambanan temple is uncertain .

The Local Government areas of Culture, Tourism, Trade, Cooperatives and SMEs for the region and the City Layout, we provide feedback and enter the location of street vendors on the sidewalks to make pedestrians who use the access trotar stiff quite disturbing and not considered very suitable because wider than the narrow sidewalk to accommodate pedestrians, and also need to be aware of sexual abuse and the pickpocket who preyed upon bags of visitors crowded especially when the buyer stopped to buy goods with sharp objects ripped her purse to the wallet. Secondly, the street vendors expect given the strategic place that does not interfere with pedestrians on the store porch. Third, traders both in shops and street vendors require a touch of local governments to use credit as a wholesale capital.


page 9 __________________________ 


FINAL WORD




Thanks to Almighty God for an abundance of grace and sustenance of Economic papers have come to the settlement and has been in our study by the authors.Although there is little good in carrying kesalahaan spelling and writing.Thanks to those who have helped us from start to finish. Because we desperately need help from others in order to properly resolve this paper and can be enjoyed by many audiences at once made a report 2012 Out Learning Jogjakarta.Thanks to readers who are constantly reading our paper. If there is a word or phrase that is offensive or erroneous both in spelling and writing in the hope understand. Nothing like a broken tusk.Thus, thanks to all those who have supported our efforts and to the informant who has given his spare time and for interviews. If there is less or in a word or spelling errors, we expect criticism and constructive suggestions so that we do better next paperCompiler


page 10 __________________________


Feedback


A.Criticism

When we do activities Outdoor Learning in Yogyakarta and surrounding areas, many things that need to be corrected. 
These elements are as follows:A. Actually been a good clock settings but it is expected the entire entourage Outdoor learning Jogjakarta hope occupy the time.B. Suggestion
In addition we also provide the necessary advice for the next Outdoor Learning to help smooth the next group of Outdoor Learning.
1. Has arranged a schedule of activities with a more rapid an assertive
2. More strongly against the party committee Outdoor learning Jogjakarta.


page  11__________________________

APPENDIX


Photos of the interview:
 

(Mr. Suwardi was explained to us)
 

page 12 __________________________


Bibliography




Book Act of 1945 Amendment of Article 33 results 1999-2002

www.dinar3anggrini.blogspot.com/2011 of wartawarga.gunadarma.ac.id/2011)

page  13__________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar