ALL ABOUT POSTPARTUM BLUES

 

image A. PENGERTIAN POSTPARTUM BLUES

Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini disebut dengan baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kahadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga karena perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan. Disini hormone memainkan peranan utama dalam hal bagaimana ibu bereaksi terhadap situasi yang berbeda. Setelah melahirkan dan lepasnya plasenta dari diding rahim,tubuh ibu mengalami perubahan besar dalam jumlah hormone sehingga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Disamping perubahan fisik, hadirnya seorang bayi dapat membuat perbedaan besar dalam kehidupan ibu dalam hubungannya dengan suami, orang tua, maupun anggota keluarga lain. Perubahan ini akan kembali secara perlahan setelah ibu menyesuaikan diri dengan peranan barunya dan tumbuh kembali dalam keadaan normal.

Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis, salah satunya yang disebut Postpartum Blues.

 

B. SEJARAH POSTPARTUM BLUES

Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Depresi setelah melahirkan sudah dikenali sejak 460 tahun sebelum Masehi, lewat pengungkapan oleh Hippocrates. Deskripsi lebih lengkap kemudian dikembangkan dari waktu ke waktu, namun baru sekitar 15 tahun terakhir ini muncul banyak informasi seputar ini. Savage pada tahun 1875 telah menulis referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pascasalin yang disebut sebagai ‘milk fever ‘ karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai dengan gejala-gejala seperti : reaksi depresi /sedih/disforia, menangis , mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.

Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya.

 

C. PENYEBAB DAN GEJALA POSTPARTUM BLUES

1. Penyebab Postpartum Blues

Beberapa penyebab Postpartum Blues diantaranya :

a. Perubahan Hormon

b. Stress

c. ASI tidak keluar

d. Frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh

e. Kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi.

f. Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami.

g. Problem dengan Orangtua dan Mertua.

h. Takut kehilangan bayi.

i. Sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu.

j. Takut untuk memulai hubungan suami istri (ML), anak akan terganggu.

k. Bayi sakit (Kuning, dll).

l. Rasa bosan si Ibu.

m. Problem dengan si Sulung.

2. Gejala Postpartum Blues

Beberapa gejala yang dapat timbul pada klien yang mengalami Postpartum Blues diantaranya :

a. Cemas tanpa sebab

b. Menangis tanpa sebab

c. Tidak sabar

d. Tidak percaya diri

e. Sensitive

f. Mudah tersinggung

g. Merasa kurang menyayangi bayinya

Jika Postpartum Blues ini dianggap enteng, keadaan ini bisa serius dan bisa bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi Postpartum Sindrome.

 

D. MASALAH PADA POSTPARTUM BLUES

Beberapa masalah yang dapat timbul pada klien yang mengalami Postpartum Blues diantaranya :

1. Menangis dan ditambah ketakutan tidak bisa memberi asi

2. Frustasi karena anak tidak mau tidur

3. Ibu merasa lelah, migraine dan cenderung sensitive

4. Merasa sebal terhadap suami

5. Masalah dalam menghadapi omongan ibu mertua

6. Menangis dan takut apabila bayinya meninggal

7. Menahan rasa rindu dan merasa jauh dari suami

8. Menghabiskan waktu bersama bayi yang terus menerus menangis sehingga membuat ibu frustasi

9. Perilaku anak semakin nakal sehingga ibu menjadi stress

10. Adanya persoalan dengan suami

11. Stress bila bayinya kuning

12. Adanya masalah dengan ibu

13. Terganggunya tidur ibu pada malam hari karena bayinya menangis

14. Jika ibu mengalami luka operasi, yang rasa sakitnya menambah masalah bagi ibu.

15. Setiap kegiatan ibu menjadi terbatas karena hadirnya seorang bayi

16. Takut melakukan hubungan suami isteri karena takut mengganggu bayi

17. Kebanyakan para ibu baru ingin pulang ke rumah orangtuanya dan berada didekat ibunya.

 

E. PENANGANAN POSTPARTUM BLUES

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sbb :

1. Fase Taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung inu menjadi pasif terhadap lingkungannya.

2. Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.

3. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.

Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.

Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.

Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues . Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.

Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :

1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :

a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi

b. Dapat memahami dirinya

c. Dapat mendukung tindakan konstruktif.

4. Dengan cara peningkatan support mental

Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :

a. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.

b. Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayi

c. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya

d. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir

e. Memperbanyak dukungan dari suami

f. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan

g. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan

h. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu

i. mengganti suasana, dengan bersosialisasi

j. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :

a. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi

b. Tidurlah ketika bayi tidur

c. Berolahraga ringan

d. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu

e. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi

f. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan

g. Bersikap fleksibel

h. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x

i. Bergabung dengan kelompok ibu

 

F. PENCEGAHAN POSTPARTUM BLUES

Menurut para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu, memengaruhi terjadinya depresi ini. Stres di keluarga bisa akibat faktor ekonomi yang buruk atau kurangnya dukungan kepada sang ibu.Hampir semua wanita, setelah melahirkan akan mengalami stres yang tak menentu, seperti sedih dan takut. Perasaan emosional inilah yang memengaruhi kepekaan seorang ibu pasca melahirkan.

Hingga saat ini, memang belum ada jalan keluar yang mujarab untuk menghindari Postpartum Blues. Yang bisa dilakukan, hanyalah berusaha melindungi diri dan mengurangi resiko tersebut dari dalam diri.

Sikap proaktif untuk mengetahui penyebab dan resikonya, serta meneliti faktor-faktor apa saja yang bisa memicu juga dapat dijadikan alternative untuk menghindari Postpartum Blues. Selain itu juga dapat mengkonsultasikan pada dokter atau orang yang profesional, agar dapat meminimalisir faktor resiko lainnya dan membantu melakukan pengawasan.

Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues yaitu :

1. Pelajari diri sendiri

Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.

2. Tidur dan makan yang cukup

Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.

3. Olahraga

Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.

4. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan

Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.

5. Beritahukan perasaan

Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.

6. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan

Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.

7. Persiapkan diri dengan baik

Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.

8. Senam Hamil

Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.

9. Lakukan pekerjaan rumah tangga

Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda yang belum stabil, bisa Anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga Anda telah melakukan segalanya.

10. Dukungan emosional

Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya.

11. Dukungan kelompok Postpartum Blues

Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok Postpartum Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.

 

G. ASUHAN KEPERAWATAN PADA POST PARTUM BLUES

Asuhan Keperawatan yang diberikan setelah melahirkan dapat berupa medikasi dan terapi atau kombinasi keduanya. beberapa jenis antidepressant yang sesuai dapat diberikan kepada ibu yang menyusui. Dalam psikoterapi, pastisipasi dalam grup support dilakukan untuk memberikan dan menanamkan dukungan sosial terhadap individu agar dapat mengurangi tingkat depresi yang muncul.

Inti dari Asuhan Keperawatan yang diberikan mencakup perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis klien secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.

Asuhan keperawatan yang dapat diberikan salah satunya yaitu Support group. Support group adalah sekelompok orang yang dipilih oleh psikolog, konselor dan terapis yang telah diberikan petunjuk-petunjuk khusus untuk dapat memberikan dukungan secara psikologis, moril dalam proses terapi. Biasanya keberadaan orang-orang tersebut tidak diketahui secara pasti oleh klien, karena grup tersebut juga mengikuti proses terapi atau kondisi yang sama dengan klien.

Konseling yang dapat diberikan sebagai asuhan keperawatan terhadap klien dengan postpartum Blues diantaranya :

1. Memberitahukan pada klien untuk menyadari bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk. Bukan salah klien memiliki pemikiran atau perasaan yang berlebihan pada postpartum.

2. Memberitahu klien untuk memperlakukan dirinya dengan baik dengan cara:

a. Makan makanan bergizi(hindari alkohol dan kafein)

b. Banyak istirahat dan tidur

c. Pergi keluar untuk mendapat cahaya matahari

d. Berlatih secara rutin(berjalan selama 20 mnit atau lebih)

e. Menyediakan waktu untuk diri sendiri(untk sejenak menghindari tugas-tugas dan urusan bayi)

f. melewatkan waktu bersama keluarga dan teman-teman

3. Anjurkan klien untuk memberitahu teman yang terpercaya mengenai perasaan yang dirasakan, khususnya bila muncul kekhawatiran akan menyakiti diri sendiri atau bayi anda.

4. Bila perlu, anjurkan klien untuk berkonsultasi dengan dokter tentang terapis & kelompok pendukung yang dapat menolong. Bahkan lebih baik lagi untuk menemui dokter specialis kesehatan mental untuk meminta resep obat atau psikolog untuk berkonsultasi.

Sistematika Asuhan Keperawatan yang dapat dilaksanakan yaitu :

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.

Pengkajian terhadap klien postpartum Blues meliputi :

a. Identitas klien

Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain – lain

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.

4) Riwayat obstetrik

a) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT

b) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil

c) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu

Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta

Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir.

Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi

d) Riwayat Kehamilan sekarang.

1. Hamil muda, keluhan selama hamil muda

2. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.

3. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat

c. Pola aktifitas sehari-hari

1) Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.

2) Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi.

BAB harus ada 3-4 hari postpartum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )

3) Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.

4) Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan.

b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia.

c. Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian, respon fisiologis.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan tubuh, penurunan Hb.

e. Resiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/ distensi jaringan.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan atau tidak mengenal sumber informasi

 

H. FAKTA MENGENAI POST PARTUM BLUES

1. Pengalaman

a. Kasus Pertama

Setelah melahirkan anak pertama yang berjenis kelamin perempuan seorang ibu mengalami post partum blues dengan menolak bayinya. Kadang dia membiarkannya menangis sampai bayinya diam sendiri karena kecapekan atau tertidur. Dia juga sering memarahinya untuk kesalahan yang sepele atau bahkan karena anaknya tidak bersalah sama sekali. Dia memarahinya hanya karena merasa terganggu. Setelah post partum bluesnya sudah sembuh, dia bisa menyayangi anaknya itu seperti saudara-saudaranya yang lain. Tapi dampaknya pada diri ibu sepertinya cukup hebat. Ibu jadi tidak percaya diri, takut melakukan sesuatu, bertanya untuk hal-hal sepele (boleh tidak melakukan ini atau itu, yang mana yang harus dia pilih dan sebagainya). Dan yang membuat Ibu sedih pernah waktu jalan-jalan ke taman mini, di museum transportasi anaknya ketakutan mendengar bunyi kereta. Dia lari dan bersembunyi di belakang bis tingkat yang dipajang di halaman museum. Jongkok sambil menutup telinganya. Padahal Ibu dan ayahnya juga kedua adiknya ada di dekatnya. Ibu merasa sudah menjadi monster untuknya. Anaknya itu tidak percaya bahwa Ibunya bisa melindunginya, karena itu lari bersembunyi, bukannya memeluk Ibu atau ayahnya.

b.Kasus Kedua

Seorang ibu melahirkan anak pertama enam tahun di Iran, hanya dengan didampingi suami, tidak ada ibunda atau sanak saudara. Biaya telpon saat itu masih sangat mahal sehingga tidak mungkin menelpon berlama-lama untuk sekedar curhat kepada Ibu. Kontrakan suami istri tersebut jauh dari orang-orang Indonesia lainnya. Ada teman-teman orang Iran yang menengok sesekali, tapi tentu saja komunikasi tidak bisa terjalin dengan sangat akrab. Singkat kata, dalam kesepian itulah, anak pertama mereka lahir.

Pasca persalinan, kondisi psikologis ibu benar-benar kacau, kondisi yang oleh para psikolog disebut Postpartum Blues. Atas saran seorang dosen, mereka pun berkonsultasi kepada lembaga konseling yang disediakan pihak sekolah. Kebetulan, yang menanganinya adalah langsung kepala lembaga itu, seorang ulama.

Beliau ternyata benar-benar ahli dalam memberikan terapi. Beliau merekomendasikan suami untuk skip kuliah semester itu supaya dapat mendampingi ibu di rumah. Mereka pun direkomendasikan untuk jalan-jalan ke luar kota dengan biaya dari pihak sekolah. Terakhir, karena ibu masih sering nangis dan marah-marah, beliau menyuruh mereka pulang berlibur ke Indonesia dengan tiket ditanggung sekolah. Alhamdulillah, akhirnya ibu pun sembuh dari postpartum blues.

2. Penanganan

a. Penanganan Postpartum Blues di luar negeri

Diluar negeri skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan . Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesinor sebagai alat Bantu. Edinburg Postanal Depression Scale (EDPS) merupan kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan suasana depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaan berhubungan dengan labilitas persaaan kecemasan persaan bersalah serta mencakup hal-hal yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan dimana setiap pertanyan memiliki 4 pilihan jawabanya yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat ini. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit . Peneliti mendapati bahwa nilai scoring lebih besar dari 12 memiliki sensitifitas 86 % dan nilai predikasi positif 73 % untuk mendiagnosa kejadian post partum blues . EDPS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swadia , Australia, Italia dan Indonesia . EDPS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 minggu kemudian .

b. Postpartum Blues tidak memerlukan penanganan khusus

Postpartum blues merupakan sindrom yang paling ringan diantara beberapa sindrom pasca melahirkan lainnya. Sindrom ini dialami oleh 80 persen ibu yang pertama kali melahirkan. Banyak kalangan menganggap bahwa cara terbaik untuk menyembuhkannya adalah beristirahat. Si ibu perlu rileks untuk pemulihan fisik maupun mental. Di samping itu, ia juga perlu makanan yang bergizi, minum yang banyak dan jalan-jalan pagi/sore setiap hari. Harus ada anggota keluarga atau orang lain yang membantunya melakukan pekerjaan rumah. Untuk tetap kuat, ia juga perlu berbagi cerita dengan sesama ibu baru yang memiliki pengalaman baby blues. Jenis depresi ini tidak perlu pengobatan khusus. Meski bisa juga diobati lewat akupuntur atau obat tradisional untuk menghilangkan kelelahan. Biasanya kondisi ini bisa tuntas setelah dua hingga tiga minggu setelah melahirkan.

c. Menkonsultasikan bayi ke Psikolog

Kadang, orang tua membawa bayinya ke psikolog justru karena mereka yang bermasalah. Misal, tadinya mereka datang untuk menanyakan perkembangan bayinya. Namun setelah konsultasi berjalan, terungkaplah kalau si orang tua sedang bermasalah dan mereka mengkhawatirkan kondisi tersebut berpengaruh terhadap perkembangan si bayi. Ini tentu harus dicarikan jalan keluar yang tepat, termasuk bagaimana kiat yang harus ditempuh agar bayi bisa tetap terstimulasi.

Bagaimanapun, masalah orang tua memang bisa merembet ke bayi. Bukankah bayi adalah bagian dari keluarga? Jadi, semuanya berkaitan. "Kalau bayi bermasalah, ya, orang tua juga bermasalah. Sebaliknya kalau orang tua bermasalah, bayi juga bisa terpengaruh," kata Ergin.

Kondisi ibu dengan postpartum blues seperti ini akan sangat berpengaruh bagi kondisi mental bayinya. Bayi akan memberikan respons yang serupa dengan ibunya dalam bentuk sering rewel tanpa sebab. Saat dibawa ke psikolog, penelusuran latar belakang masalah bayi akan sampai juga pada masalah ibu sehingga sindrom postpartum blues ikut terdeteksi dan selanjutnya akan ditangani dengan konseling atau psikoterapi.

d. Jurus-jurus yang bermanfaat untuk diterapkan pada persalinan kedua dalam melawan Postpartum Blues

1) Jurus pertama

Sebelum si bayi lahir, waspadalah dan kenalilah gejala-gejala postpartum blues. Hal ini sangat berguna dalam menghadapi ancaman postpartum blues. Misalnya, ketika perasaan kacau-balau setelah melahirkan, pengetahuan tentang gejala postpartum blues akan membuat berpikir, “Oh, ini normal, pasti akan hilang seminggu-dua minggu lagi…sabar…sabar…”

2) Jurus kedua

Lepaskan saja emosi, tidak perlu ditahan-tahan. Mau menangis ataupun marah keluarkan saja. Sadarilah, bahwa kondisi ini normal dan dialami oleh hampir semua ibu, jadi tidak perlu ada rasa bersalah, apalagi merasa:”Aku ini bukan ibu yang baik”. Di sini letak pentingnya pemahaman suami sebelum melahirkan, perkenalkan apa itu postpartum blues pada suami.

3) Jurus Ketiga

Usahakan tidur sebanyak mungkin (bahkan kalau ada kesempatan 10 menit pun, gunakan untuk tidur). Namun, supaya si ibu bisa tidur enak, ada hal-hal yang perlu dilakukan diantaranya jangan pedulikan keadaan rumah yang berantakan, cucian yang menumpuk, dan hal lainnya. Memikirkan hal itu malah membuat resah dan susah tidur. Yang penting tidur dulu, urusan lain biar nanti diurus.

Buat manajemen pasca kelahiran (sebelum bayi lahir, perkirakan situasinya: misalnya suami harus kerja, anak harus sekolah, lalu buat planning untuk memanage segala sesuatunya. Dengan cara ini, pasca melahirkan, kondisi rumah akan terkendali. Contoh manajemen itu diantaranya membuat masakan banyak-banyak, simpan di kulkas, jadi tiap akan makan, tinggal dihangatkan, tidak perlu repot-repot masak lagi. Memberi tahu suami dan si kakak letak barang-barang kebutuhan mereka, sehingga tidak ada kejadian, si ibu tidur, suami teriak, “Maaa…bajuku yang biru itu di mana??”

Bila sudah ada si kakak, pikirkan bagaimana caranya agar si kakak tidak mengganggu tidur ibu (misalnya, dititipkan ke tetangga dulu selama ayah sedang di kantor, atau dimasukkan ke play group). Bila memungkinkan, menyewa asisten ataupun pembantu minimalnya untuk sebulan sampai dua bulan setelah melahirkan, ini akan menyelesaikan banyak masalah.

4) Jurus Keempat

Menyegarkan diri sendiri, antara lain dengan cara: Mandi berlama-lama (tentu saja, ketika ada si ayah yang menunggui bayi). Dandan yang cantik (melihat diri di cermin dan menatap penampilan lusuh dan lesu diri sendiri pasca melahirkan sangat mungkin akan menambah stress). Menelpon ibu, kakak, adik, atau teman-teman.

Berbicara dengan orang lain adalah salah satu obat terbaik dalam mengatasi postpartum blues. Yang dibicarakan tidak harus selalu tentang bayi, malah lebih bagus lagi tentang hal-hal lain, misalnya tentang sinetron yang sedang ngetop di tv, Online internet dan chatting. Kalau sudah kuat jalan, pergilah jalan-jalan ke taman dekat rumah bersama suami, atau, bila sanggup, jalan-jalan sendiri saja ke mall untuk cuci mata atau shopping untuk diri sendiri.

5) Jurus kelima

Sadarilah bahwa badai pasti berlalu. Rasa sakit setelah melahirkan pasti akan sembuh, rasa sakit ketika awal-awal memberi ASI pasti akan hilang, teror tangis bayi lambat laun akan berubah menjadi ocehan dan tawa yang menggemaskan, bayi yang menjengkelkan (karena menangis dan menyusui terus menerus) beberapa bulan lagi akan menjadi bayi mungil yang menakjubkan. Setiap kali merasa susah hati, ingatlah betapa beruntungnya kita karena telah dikaruniai anak oleh Tuhan. Ucapkan alhamdulillah banyak-banyak, untuk mengingat bahwa rasa sakit, perasaan tak karuan, lelah, dan lain-lain, tidak ada apa-apanya dengan nikmat karunia anak yang sehat dan lucu.

 

DAFTAR PUSTAKA

http://www.indocina.net/viewtopic.php?f=28&t=7446

http://www.mitrakeluarga.com/kemayoran/kesehatan005.html

http://www.dunia-ibu.org/html/baby_blues.html

http://pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=2208&tbl=cakrawala

http://www.korantempo.com/news/2003/3/2/Keluarga/17.html

http://www.bayisehat.com/child-consultation/cara-mengatasi-baby-blues.html

http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=06304&rubrik=bayi

http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/8/POST_PARTUM_BLUES

Erikania, J. 1999. Mengenal Post Partum Blues. Nakita. 8 Mei 199. No. 05/1. Halaman 6. Jakarta : PT Kinasih Satya Sejati.

Hadi, P. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta : Tugu

Hinton, J. 1989. Depresi dan Perawatannya. Jakarta : Dian Rakyat.

Ibrahim, Z. 2002. Psikologi Wanita. Bandung : Pustaka Hidayah.

Kaplan, H. I dan Sadock, B. J. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/search/label/ASKEB%20IV%20%28PATOLOGI%29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar