Kemacetan Di Kota Jakarta |
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena atas tuntunan-Nya yang telah memberi rahmat dan hikmat-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan ini yang berjudul “HIRUK PIKUK KEMACETAN DI KOTA JAKARTA ” sebagai syarat pemenuhan nilai pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
Selama penyusunan penulisan ini penulis telah mendapat pengalaman yang sangat berharga dalam berbagai hal. Selain itu dalam penulisan ilmiah ini, penulis juga mendapat berbagai hambatan, akan tetapi berkat bimbingan dan dukungan baik secara moral maupun materi dalam berbagai pihak, akhirnya semua dapat teratasi dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan pada penulisan ilmiah ini. Oleh sebab itu penulis dengan senang hati akan menampung dan menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan materi dan isi dan penulisan ilmiah ini.
Akhir kata, semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain yang memerlukan.
Ciamis, Pebruari 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Hiruk pikuk kemacetan di Jakarta bukanlah hal yang lazim tentunya bagi para penduduk Ibukota Indonesia ini karena kemacetan merupakan masalah sehari-hari warga Jakarta. Kemacetan yang terjadi hampir setiap saat ini memang membuat lalu-lintas di ibukota terasa begitu tidak nyaman bagi para pengguna jalan. Hal ini terjadi karena pertumbuhan jalan dan pertambahan jumlah kendaraan tidak seimbang sehingga membuat lalu-lintas Jakarta begitu macet.
Kemacetan lalu lintas yang menjadi masalah utama kota Jakarta sudah menjadi rahasia umum. Pada tahun 2011 Presiden SBY telah menegaskan bahwa Jakarta harus bebas dari kemacetan lalu-lintas pada tahun 2020 dan harus ada kemacuan yang signifikan pengurangan kemacetan pada tahun 2014, oleh karena itu warga Jakarta dan Pemerintah harus memikirkan hal-hal untuk memperbaiki dan mencari berbagai alternatif upaya pemecahan masalah kemacetan di Jakarta.
Walaupun saat ini sudah ada transjakarta atau busway tetapi itu tidak menjamin bahwa kemacetan di Jakarta bisa di atasi. Pada tahun 2009 saja , jumlah kendaraan kembali naik menjadi 6,7 juta dengan rincian 2,4 juta mobil dan 4,3 juta motor. Pada 2010, peningkatan jumlah kendaraan menembus angka 7,29 juta dengan rincian 2,56 juta mobil dan 4,73 juta motor. Pada tahun 2011, meningkat lagi jadi 7,34 juta kendaraan, kendaraan roda empat sebesar 2,5 juta dan kendaraan roda dua hampir 5 juta. Memang tahun ke tahun jumlah volume kendaraan di ibukota bukannya semakin berkurang tapi malah semakin bertambah, tapi itulah kenyataannya. Untuk itu harus ada upaya ekstra dan tegas yang harus dilakukan oleh pemerintah.
I.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan ini adalah:
1. Kapan kemacetan itu terjadi ?
2. Kenapa samapai terjadi kemacetan ?
3. Mengapa sampai kemacetan di Jakarta bertambah parah ?
4. Pihak mana saja yang menyebabkan kemacetan ?
5. Langkah-langkah apa saja yang dapat ditempuh pemerintah untuk mengatasi kemacetan ?
I.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan masalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kemacetan Jakarta
2. Untuk mengetahui dampak negatif dari kemacetan di Jakarta
3. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemacetan di Jakarta
I.4. Sumber Data
Sumber data yang penulis pakai adalah data primer dalam bentuk observasi dan data sekunder dalam bentuk browsing melalui internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kemacetan
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu-lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan atau bisa dikatakan volume kendaraan lebih besar dari pada volume jalan.
2.2 Waktu dan Asal Terjadinya Kemacetan di Jakarta
Bagi Jakarta, seolah tiada hari tanpa kemacetan, kecuali pada saat hari-hari raya keagamaan seperti saat lebaran maupun natalan, karena pada saat lebaran maupun natalan ruas-ruas jalan di Ibukota Indonesia ini begitu lengang karena banyak warga ibukota yang merayakan lebaran maupun natalan bersama keluarga di luar kota Jakarta. Kebanyakan warga Jakarta dan sekitarnya pasti sering mengalami betapa besarnya perjuangan untuk mencapai tempat kerja,kampus maupun sekolahan bila keluar rumah lewat dari pukul 07.00 pagi, karena pada saat itu kemacetan sudah dimulai terjadi. Puncaknya pada jam masuk kerja dan jam pulang kerja salah satunya di daerah Stasiun Kota-Kota Tua Jl. Taman Stasiun Kota No. 1, Jakarta Barat yang bisa dilihat pada beberapa gambaran dibawah ini
Mengapa kemacetan lalu lintas di Jakarta senantiasa terjadi pada jam-jam yang disebutkan di atas? Jakarta bagaikan kota sentral yang di kelilingi oleh kota-kota “satelit” yaitu: Tanggerang dan sekitarnya, Bogor dan sekitarnya serta Bekasi dan sekitarnya.
Pada saat tertentu kendaraan keluar-masuk Jakarta banyak yang berasal dari warga Jakarta sendiri tetapi juga ditambah kendaraan yang berasal dari kota-kota satelit yang jumlah menyamai atau mungkin melebihi kendaraan asal Jakarta. Ada yang sekedar melewati (misalnya dari Tangerang menuju Bekasi akan melewati Jakarta), tetapi ada juga yang memasuki Jakarta dan berdiam atau berkeliaran selama beberapa jam sebelum kembali ke kota masing-masing.
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kemacetan di Jakarta
1. Faktor jalan raya (ruang lalulintas jalan)
2. Factor kendaraan
3. Factor-faktor lain
2.3.1. Faktor Jalan Raya (Ruang Lalu-lintas Jalan)
Faktor jalan raya adalah factor yang berasal dari kondisi jalan raya itu sendiri. Buruknya kondisi ruang lalu-lintas jalan serta sempit/terbatasnya ruang jalan yang menghambat pergerakan pengguna jalan.
Penyebab buruknya kondisi ruang jalan antara lain :
• Adanya kerusakan sebagian atau seluruh ruas jalan
• Pemanfaatan ruang jalan untuk urusan yang bukan semestinya, misal: jalan digunakan untuk praktik pasar, berjualan, dan perpakiran.
2.3.2. Faktor Kendaraan
Fakor kendaraan adalah factor-faktor yang berasal dari kondisi kendaraan yang melintasi jalan raya. Beberapa hal yang menyangkut kondisi kendaraan dapat berupa jenis, ukuran, kuantitas(jumlah) dan kualitas kendaraan yang melintas di jalan raya.
Misal: jumlah kendaraan yang beroperasi/melintas melebihi daya tampung jalan raya, banyaknya jenis kendaraan berukuran besar yang menyebabkan mudah terjadinya overload di suatu ruas jalan.
Saat ini factor kendaraan beroda empat khusunya untuk mobil pribadi merupakan kontributor terbesar penyebab kemacetan lalu-lintas di Jakarta, diikuti sepeda motor angkutan umum dan sebagai kontributor terbesar kedua dan ketiga. Logikanya, banyak mobil pribadi yang beroperasi di jalan raya pada suatu saat tertentu secara bersamaan yang akan menyita lahan(ruang) jalan yang memang sudah sangat terbatas. Selain itu, pemakai mobil pribadi di Jakarta sangat tidak efisien. Yang dimaksud dengan tidak efisien adalah jumlah penumpang(termasuk pengemudi) hanya 1 atau 2 orang di dalam satu mobil.
Selain itu pengoperasian Bus Transjakarta (Busway) yang saat ini kurang efisien dalam artian masih kurangnya kuantitas armada dan kualitas pelayanan sehingga menyebabkan volume kendaraan pribadi begitu besar di Jakarta.
2.3.3.Faktor-Faktor lain
Banyak factor-faktor lain selain kedua factor komponen diatas misalnya:
• Terjadi kecelakaan lalu-lintas sehingga terjadi gangguan kelancaran karena masyarakat yang menonton kejadian kecelakaan atau karena kendaran yang terlibat kecelakaan belum disingkirkan dari jalur lalu lintas,
• Terjadi banjir sehingga kendaraan memperlambat kendaraan
• Ada perbaikan jalan,
• Bagian jalan tertentu yang longsor,
• Karena adanya pemakai jalan yang tidak tahu aturan lalu lintas, seperti : berjalan lambat di lajur kanan dan sebagainya
• Pengaturan lampu lalu lintas yang bersifat kaku yang tidak mengikuti tinggi rendahnya arus lalu lintas
2.4. Dampak Negatif Kemacetan
Kemacetan lalu lintas memberikan dampak negatif yang besar yang antara lain
1. Kerugian waktu, karena kecepatan perjalanan yang rendah
2. Pemborosan energi, karena pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar lebih rendah,
3. Kehausan kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi,
4. Meningkatkan polusi udara karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal,
5. Meningkatkan stress pengguna jalan,
6. Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran dalam menjalankan tugasnya
Dampak Kemacetan Menurut LIPI
Dampak dari kemacetan, menurut penelitian LIPI tahun 2007, adalah kerugian sosial yang diderita masyarakat lebih dari Rp 17,2 triliun per tahun akibat pemborosan nilai waktu dan biaya operasi kendaraan, terutama bahan bakar. Kecepatan kendaraan yang rendah menyebabkan konsumsi bahan bakar menjadi tinggi.
Kehausan kendaraan bermotor menjadi tinggi, karena kerja radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi. Belum lagi emisi gas buang yang dapat menyebabkan pemasanan global diperkirakan sekitar 25 ribu ton per tahun.
Hal ini menyebabkan Jakarta sebagai kota dengan tingkat polusi tertinggi kelima di dunia setelah Beijing, New Delhi, Meksico City dan Bangkok. Bahkan, ada suatu perhitungan yang memperkirakan kerugian dari kemacetan lalu-lintas ini mencapai Rp 43 triliun per tahun. Dampak pada tahap selanjutnya adalah menurunnya produktivitas ekonomi kota, bahkan negara dan merosotnya kualitas hidup warga kota akibat polusi udara dan stress. Contohnya, angkutan umum yang seharusnya dapat mengangkut enam rit per hari menjadi tiga rit, karena macet.
2.5. Rasio Kendaraan
Berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta, jumlah kendaraan di Jakarta pada 2007 sebanyak 5,8 juta kendaraan dengan rincian 2,2 juta mobil dan 3,6 juta motor. Pada 2008, jumlah kendaraan kembali meningkat menjadi 6,3 juta kendaraan dengan rincian 2,3 juta mobil dan 4 juta motor.
Pada tahun 2009, jumlah kendaraan kembali naik menjadi 6,7 juta dengan rincian 2,4 juta mobil dan 4,3 juta motor. Pada 2010, peningkatan jumlah kendaraan menembus angka 7,29 juta dengan rincian 2,56 juta mobil dan 4,73 juta motor. Pada tahun 2011, meningkat lagi jadi 7,34 juta kendaraan, kendaraan roda empat sebesar 2,5 juta dan kendaraan roda dua hampir 5 juta
Rasio kendaraan yang begitu meningkat dari tahun ke tahun memang merupakan hal yang sangat sulit untuk dihindari. Dengan rasio kendaraan yang tiap tahunnya meningkat tentunya tidak mengurangi kemacetan ataupun memperbaiki lalu-lintas di Jakarta tapi malah justru semakin memperburuk lalu-lintas ibukota ini.
2.6. Solusi Untuk Mengatasi Kemacetan di Jakarta
Untuk memecahkan permasalahan kemacetan lalu-lintas di Jakarta, tidak dapat dicapai dengan cara-cara yang “biasa”. Agar tingkat kemacetan di Jakarta dapat dikurangi, maka upaya-upaya untuk mengatasi kemacetan di ibukota harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam arti dilakukan dengan serius, menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Berikut ini adalah upaya-upaya untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, antara lain :
1. Memperbaiki jalan-jalan yang rusak
2. Mempelebar ruang jalan di ruas-ruas jalan yang masih memungkinkan untuk dilebarkan.
3. Menertibkan pedagang asongan yang beroperasi dipersimpangan jalan
4. Membuat jalur khusus sepeda motor di ruas-ruas jalan tertentu
5. Membatasi jumlah mobil pribadi yang harus dimiliki
6. Membatasi jumlah maksimum armada angkutan umum per trayek yang boleh beroperasi
7. Regulasi operasi kendaraan dengan nomor ganjil awal plat nomor kendaraan, Misalkan nomor awal ganjil pada hari senin tidak boleh beroperasi, bolehnya selasa, kamis, Jumat dan sabtu, dst
8. Regulasi opeasi warna kendaraan, misalkan Hari senin Mobil pribadi berwarna Hitam, Putih Dan merah saja yang boleh beroperasi, dll
9. Pada keadaan jalan tertentu yang memadai Kendaraan Roda dua dan 4 dipisahkan, agar tidak terjadi deadlblock
10. Perusahaan yang memiliki karyawan menggunakan kendaraan pribadi dalam jumlah tertentu harus memiliki jemputan sendiri
11. Membersihkan angkutan umum dari orang-orang yang mencari nafkah dengan cara kekerasan seperti ; pencopet dan penodong agar warga merasa lebih aman.
12. menaikkan biaya parkir di gedung-gedung komersial, seperti mall, dan jalan-jalan utama.
13. Pembatasan lalu lintas tertentu memasuki kawasan atau jalan tertentu, seperti diterapkan di Jakarta yang dikenal sebagai kawasan 3 in 1 atau contoh lain pembatasan sepeda motor masuk jalan tol, pembatasan mobil pribadi masuk jalur busway
1. Memindahkan Ibukota Indonesia dari Jakarta ke kota lain di luar pulau Jawa
Itulah beberapa upaya-upaya untuk mengatasi kemacetan di ibukota. Memang upaya-upaya tersebut bukanlah hal gampang yang bisa dilaksanakan tapi jika ingin Jakarta terbebas dari kemacetan sebisa mungkin harus ada upaya yang tegas untuk mengurangi kemacetan yang terjadi.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari pembahasan masalah pada bab II penulis dapat menarik kesimpulan bahwa walaupun banyak factor yang menjadi penyebab terjadinya kemacetan di Jakarta, tetapi penulis dapat mengambil tiga persoalan pokok penyebab terjadinya kemacetan yaitu :
1. Terbatasnya lahan (ruang) jalan raya. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk menambah lahan ruang jalan melalui pembangunan jalan-jalan flyover.
2. Pemakaian mobil pribadi yang tidak efisien
3. Bus Transjakarta (Busway) yang saat ini kurang efisien dalam artian masih kurangnya kuantitas armada dan kualitas pelayanan sehingga menyebabkan volume kendaraan pribadi begitu besar di Jakarta.
3.2. Saran
Saran yang dapat penulis berika yaitu
1. Peningkatan kuantitas armada busway dan peningkatan kualitas pelayanan busway agar pengguna kendaraan pribadi beralih ke busway
2. Pembatasan usia kendraan bermotor setelah busway berjalan baik
3. Penegakan hukum yang tegas terhadap pengguna jalan, pejalan kaki dan pedagang kaki lima yang melanggar aturan
4. Aturan yang ketat dan tegas terhadap arus urbanisasi dengan cara seperti pemeriksaan KTP di perketat, dan hukuman dipertegas apabila ada yang melanggar
Daftar Pustaka
http://alfaridzy.wordpress.com/tag/artikel-kemacetan-jakarta/
http://auliaswastikafitri.blogspot.com/2011/01/makalah-masalah-kemacetan-lalu-lintas.html
http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=119:faktor-faktor-penyebab-kemacetan-lalu-lintas-di-jakarta-dan-alternatif-pemecahan-masalahnya&catid=35:opini-sebelumnya&Itemid=30
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemacetan]
http://metrotvnews.com/read/analisdetail/2011/03/05/143/Mengurai-Kemacetan-Lalu-lintas-di-Jakarta
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Hiruk pikuk kemacetan di Jakarta bukanlah hal yang lazim tentunya bagi para penduduk Ibukota Indonesia ini karena kemacetan merupakan masalah sehari-hari warga Jakarta. Kemacetan yang terjadi hampir setiap saat ini memang membuat lalu-lintas di ibukota terasa begitu tidak nyaman bagi para pengguna jalan. Hal ini terjadi karena pertumbuhan jalan dan pertambahan jumlah kendaraan tidak seimbang sehingga membuat lalu-lintas Jakarta begitu macet.
Kemacetan lalu lintas yang menjadi masalah utama kota Jakarta sudah menjadi rahasia umum. Pada tahun 2011 Presiden SBY telah menegaskan bahwa Jakarta harus bebas dari kemacetan lalu-lintas pada tahun 2020 dan harus ada kemacuan yang signifikan pengurangan kemacetan pada tahun 2014, oleh karena itu warga Jakarta dan Pemerintah harus memikirkan hal-hal untuk memperbaiki dan mencari berbagai alternatif upaya pemecahan masalah kemacetan di Jakarta.
Walaupun saat ini sudah ada transjakarta atau busway tetapi itu tidak menjamin bahwa kemacetan di Jakarta bisa di atasi. Pada tahun 2009 saja , jumlah kendaraan kembali naik menjadi 6,7 juta dengan rincian 2,4 juta mobil dan 4,3 juta motor. Pada 2010, peningkatan jumlah kendaraan menembus angka 7,29 juta dengan rincian 2,56 juta mobil dan 4,73 juta motor. Pada tahun 2011, meningkat lagi jadi 7,34 juta kendaraan, kendaraan roda empat sebesar 2,5 juta dan kendaraan roda dua hampir 5 juta. Memang tahun ke tahun jumlah volume kendaraan di ibukota bukannya semakin berkurang tapi malah semakin bertambah, tapi itulah kenyataannya. Untuk itu harus ada upaya ekstra dan tegas yang harus dilakukan oleh pemerintah.
I.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan ini adalah:
1. Kapan kemacetan itu terjadi ?
2. Kenapa samapai terjadi kemacetan ?
3. Mengapa sampai kemacetan di Jakarta bertambah parah ?
4. Pihak mana saja yang menyebabkan kemacetan ?
5. Langkah-langkah apa saja yang dapat ditempuh pemerintah untuk mengatasi kemacetan ?
I.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan masalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kemacetan Jakarta
2. Untuk mengetahui dampak negatif dari kemacetan di Jakarta
3. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemacetan di Jakarta
I.4. Sumber Data
Sumber data yang penulis pakai adalah data primer dalam bentuk observasi dan data sekunder dalam bentuk browsing melalui internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kemacetan
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu-lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan atau bisa dikatakan volume kendaraan lebih besar dari pada volume jalan.
2.2 Waktu dan Asal Terjadinya Kemacetan di Jakarta
Bagi Jakarta, seolah tiada hari tanpa kemacetan, kecuali pada saat hari-hari raya keagamaan seperti saat lebaran maupun natalan, karena pada saat lebaran maupun natalan ruas-ruas jalan di Ibukota Indonesia ini begitu lengang karena banyak warga ibukota yang merayakan lebaran maupun natalan bersama keluarga di luar kota Jakarta. Kebanyakan warga Jakarta dan sekitarnya pasti sering mengalami betapa besarnya perjuangan untuk mencapai tempat kerja,kampus maupun sekolahan bila keluar rumah lewat dari pukul 07.00 pagi, karena pada saat itu kemacetan sudah dimulai terjadi. Puncaknya pada jam masuk kerja dan jam pulang kerja salah satunya di daerah Stasiun Kota-Kota Tua Jl. Taman Stasiun Kota No. 1, Jakarta Barat yang bisa dilihat pada beberapa gambaran dibawah ini
Mengapa kemacetan lalu lintas di Jakarta senantiasa terjadi pada jam-jam yang disebutkan di atas? Jakarta bagaikan kota sentral yang di kelilingi oleh kota-kota “satelit” yaitu: Tanggerang dan sekitarnya, Bogor dan sekitarnya serta Bekasi dan sekitarnya.
Pada saat tertentu kendaraan keluar-masuk Jakarta banyak yang berasal dari warga Jakarta sendiri tetapi juga ditambah kendaraan yang berasal dari kota-kota satelit yang jumlah menyamai atau mungkin melebihi kendaraan asal Jakarta. Ada yang sekedar melewati (misalnya dari Tangerang menuju Bekasi akan melewati Jakarta), tetapi ada juga yang memasuki Jakarta dan berdiam atau berkeliaran selama beberapa jam sebelum kembali ke kota masing-masing.
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kemacetan di Jakarta
1. Faktor jalan raya (ruang lalulintas jalan)
2. Factor kendaraan
3. Factor-faktor lain
2.3.1. Faktor Jalan Raya (Ruang Lalu-lintas Jalan)
Faktor jalan raya adalah factor yang berasal dari kondisi jalan raya itu sendiri. Buruknya kondisi ruang lalu-lintas jalan serta sempit/terbatasnya ruang jalan yang menghambat pergerakan pengguna jalan.
Penyebab buruknya kondisi ruang jalan antara lain :
• Adanya kerusakan sebagian atau seluruh ruas jalan
• Pemanfaatan ruang jalan untuk urusan yang bukan semestinya, misal: jalan digunakan untuk praktik pasar, berjualan, dan perpakiran.
2.3.2. Faktor Kendaraan
Fakor kendaraan adalah factor-faktor yang berasal dari kondisi kendaraan yang melintasi jalan raya. Beberapa hal yang menyangkut kondisi kendaraan dapat berupa jenis, ukuran, kuantitas(jumlah) dan kualitas kendaraan yang melintas di jalan raya.
Misal: jumlah kendaraan yang beroperasi/melintas melebihi daya tampung jalan raya, banyaknya jenis kendaraan berukuran besar yang menyebabkan mudah terjadinya overload di suatu ruas jalan.
Saat ini factor kendaraan beroda empat khusunya untuk mobil pribadi merupakan kontributor terbesar penyebab kemacetan lalu-lintas di Jakarta, diikuti sepeda motor angkutan umum dan sebagai kontributor terbesar kedua dan ketiga. Logikanya, banyak mobil pribadi yang beroperasi di jalan raya pada suatu saat tertentu secara bersamaan yang akan menyita lahan(ruang) jalan yang memang sudah sangat terbatas. Selain itu, pemakai mobil pribadi di Jakarta sangat tidak efisien. Yang dimaksud dengan tidak efisien adalah jumlah penumpang(termasuk pengemudi) hanya 1 atau 2 orang di dalam satu mobil.
Selain itu pengoperasian Bus Transjakarta (Busway) yang saat ini kurang efisien dalam artian masih kurangnya kuantitas armada dan kualitas pelayanan sehingga menyebabkan volume kendaraan pribadi begitu besar di Jakarta.
2.3.3.Faktor-Faktor lain
Banyak factor-faktor lain selain kedua factor komponen diatas misalnya:
• Terjadi kecelakaan lalu-lintas sehingga terjadi gangguan kelancaran karena masyarakat yang menonton kejadian kecelakaan atau karena kendaran yang terlibat kecelakaan belum disingkirkan dari jalur lalu lintas,
• Terjadi banjir sehingga kendaraan memperlambat kendaraan
• Ada perbaikan jalan,
• Bagian jalan tertentu yang longsor,
• Karena adanya pemakai jalan yang tidak tahu aturan lalu lintas, seperti : berjalan lambat di lajur kanan dan sebagainya
• Pengaturan lampu lalu lintas yang bersifat kaku yang tidak mengikuti tinggi rendahnya arus lalu lintas
2.4. Dampak Negatif Kemacetan
Kemacetan lalu lintas memberikan dampak negatif yang besar yang antara lain
1. Kerugian waktu, karena kecepatan perjalanan yang rendah
2. Pemborosan energi, karena pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar lebih rendah,
3. Kehausan kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi,
4. Meningkatkan polusi udara karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal,
5. Meningkatkan stress pengguna jalan,
6. Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran dalam menjalankan tugasnya
Dampak Kemacetan Menurut LIPI
Dampak dari kemacetan, menurut penelitian LIPI tahun 2007, adalah kerugian sosial yang diderita masyarakat lebih dari Rp 17,2 triliun per tahun akibat pemborosan nilai waktu dan biaya operasi kendaraan, terutama bahan bakar. Kecepatan kendaraan yang rendah menyebabkan konsumsi bahan bakar menjadi tinggi.
Kehausan kendaraan bermotor menjadi tinggi, karena kerja radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi. Belum lagi emisi gas buang yang dapat menyebabkan pemasanan global diperkirakan sekitar 25 ribu ton per tahun.
Hal ini menyebabkan Jakarta sebagai kota dengan tingkat polusi tertinggi kelima di dunia setelah Beijing, New Delhi, Meksico City dan Bangkok. Bahkan, ada suatu perhitungan yang memperkirakan kerugian dari kemacetan lalu-lintas ini mencapai Rp 43 triliun per tahun. Dampak pada tahap selanjutnya adalah menurunnya produktivitas ekonomi kota, bahkan negara dan merosotnya kualitas hidup warga kota akibat polusi udara dan stress. Contohnya, angkutan umum yang seharusnya dapat mengangkut enam rit per hari menjadi tiga rit, karena macet.
2.5. Rasio Kendaraan
Berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta, jumlah kendaraan di Jakarta pada 2007 sebanyak 5,8 juta kendaraan dengan rincian 2,2 juta mobil dan 3,6 juta motor. Pada 2008, jumlah kendaraan kembali meningkat menjadi 6,3 juta kendaraan dengan rincian 2,3 juta mobil dan 4 juta motor.
Pada tahun 2009, jumlah kendaraan kembali naik menjadi 6,7 juta dengan rincian 2,4 juta mobil dan 4,3 juta motor. Pada 2010, peningkatan jumlah kendaraan menembus angka 7,29 juta dengan rincian 2,56 juta mobil dan 4,73 juta motor. Pada tahun 2011, meningkat lagi jadi 7,34 juta kendaraan, kendaraan roda empat sebesar 2,5 juta dan kendaraan roda dua hampir 5 juta
Rasio kendaraan yang begitu meningkat dari tahun ke tahun memang merupakan hal yang sangat sulit untuk dihindari. Dengan rasio kendaraan yang tiap tahunnya meningkat tentunya tidak mengurangi kemacetan ataupun memperbaiki lalu-lintas di Jakarta tapi malah justru semakin memperburuk lalu-lintas ibukota ini.
2.6. Solusi Untuk Mengatasi Kemacetan di Jakarta
Untuk memecahkan permasalahan kemacetan lalu-lintas di Jakarta, tidak dapat dicapai dengan cara-cara yang “biasa”. Agar tingkat kemacetan di Jakarta dapat dikurangi, maka upaya-upaya untuk mengatasi kemacetan di ibukota harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam arti dilakukan dengan serius, menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Berikut ini adalah upaya-upaya untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, antara lain :
1. Memperbaiki jalan-jalan yang rusak
2. Mempelebar ruang jalan di ruas-ruas jalan yang masih memungkinkan untuk dilebarkan.
3. Menertibkan pedagang asongan yang beroperasi dipersimpangan jalan
4. Membuat jalur khusus sepeda motor di ruas-ruas jalan tertentu
5. Membatasi jumlah mobil pribadi yang harus dimiliki
6. Membatasi jumlah maksimum armada angkutan umum per trayek yang boleh beroperasi
7. Regulasi operasi kendaraan dengan nomor ganjil awal plat nomor kendaraan, Misalkan nomor awal ganjil pada hari senin tidak boleh beroperasi, bolehnya selasa, kamis, Jumat dan sabtu, dst
8. Regulasi opeasi warna kendaraan, misalkan Hari senin Mobil pribadi berwarna Hitam, Putih Dan merah saja yang boleh beroperasi, dll
9. Pada keadaan jalan tertentu yang memadai Kendaraan Roda dua dan 4 dipisahkan, agar tidak terjadi deadlblock
10. Perusahaan yang memiliki karyawan menggunakan kendaraan pribadi dalam jumlah tertentu harus memiliki jemputan sendiri
11. Membersihkan angkutan umum dari orang-orang yang mencari nafkah dengan cara kekerasan seperti ; pencopet dan penodong agar warga merasa lebih aman.
12. menaikkan biaya parkir di gedung-gedung komersial, seperti mall, dan jalan-jalan utama.
13. Pembatasan lalu lintas tertentu memasuki kawasan atau jalan tertentu, seperti diterapkan di Jakarta yang dikenal sebagai kawasan 3 in 1 atau contoh lain pembatasan sepeda motor masuk jalan tol, pembatasan mobil pribadi masuk jalur busway
1. Memindahkan Ibukota Indonesia dari Jakarta ke kota lain di luar pulau Jawa
Itulah beberapa upaya-upaya untuk mengatasi kemacetan di ibukota. Memang upaya-upaya tersebut bukanlah hal gampang yang bisa dilaksanakan tapi jika ingin Jakarta terbebas dari kemacetan sebisa mungkin harus ada upaya yang tegas untuk mengurangi kemacetan yang terjadi.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari pembahasan masalah pada bab II penulis dapat menarik kesimpulan bahwa walaupun banyak factor yang menjadi penyebab terjadinya kemacetan di Jakarta, tetapi penulis dapat mengambil tiga persoalan pokok penyebab terjadinya kemacetan yaitu :
1. Terbatasnya lahan (ruang) jalan raya. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk menambah lahan ruang jalan melalui pembangunan jalan-jalan flyover.
2. Pemakaian mobil pribadi yang tidak efisien
3. Bus Transjakarta (Busway) yang saat ini kurang efisien dalam artian masih kurangnya kuantitas armada dan kualitas pelayanan sehingga menyebabkan volume kendaraan pribadi begitu besar di Jakarta.
3.2. Saran
Saran yang dapat penulis berika yaitu
1. Peningkatan kuantitas armada busway dan peningkatan kualitas pelayanan busway agar pengguna kendaraan pribadi beralih ke busway
2. Pembatasan usia kendraan bermotor setelah busway berjalan baik
3. Penegakan hukum yang tegas terhadap pengguna jalan, pejalan kaki dan pedagang kaki lima yang melanggar aturan
4. Aturan yang ketat dan tegas terhadap arus urbanisasi dengan cara seperti pemeriksaan KTP di perketat, dan hukuman dipertegas apabila ada yang melanggar
Daftar Pustaka
http://alfaridzy.wordpress.com/tag/artikel-kemacetan-jakarta/
http://auliaswastikafitri.blogspot.com/2011/01/makalah-masalah-kemacetan-lalu-lintas.html
http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=119:faktor-faktor-penyebab-kemacetan-lalu-lintas-di-jakarta-dan-alternatif-pemecahan-masalahnya&catid=35:opini-sebelumnya&Itemid=30
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemacetan]
http://metrotvnews.com/read/analisdetail/2011/03/05/143/Mengurai-Kemacetan-Lalu-lintas-di-Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar