Seiring dengan kemajuan zaman dan kemajemukan masyarakat, modus kejahatan pun semakin berkembang. Pertambahan jumlah penduduk yang tidak dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang signifikan akan membuat jurang kesenjangan sosial dan ekonomi makin lebar. Oleh karena itu, tak heran setiap harinya peristiwa kejahatan yang terjadi di kota-kota, terutama kota besar semakin bertambah. Modus-modus kejahatan baru kian bermunculan. Berikut modus-modus kejahatan paling populer di Indonesia.
Menukar plat nomor kendaraan
Parkir di area perbelanjaan modern dengan sistem parkir yang juga modern, tidak menjamin kendaraan Anda aman. Saat ini modus menukar plat nomor sudah menjadi tren baru di dunia pencurian kendaraan bermotor. Modus ini memang membutuhkan sarana dan prasarana yang mencukupi pula (bermodal). Jika dulu para pelaku curanmor hanya mengandalkan kunci T untuk membobol kendaraan, saat ini mereka menggunakan kendaraannya sebagai kamuflase aksi kejahatannya. Pelaku akan mengincar kendaraan yang jenis dan warnanya sama dengan kendaraan pelaku. Hal ini untuk memudahkan mereka untuk keluar dari area parkir. Dengan alasan karcis parkirnya hilang, mereka hanya akan membayar denda dan menunjukkan STNK asli. Petugas parkir tentu saja tidak curiga. Hal ini karena plat nomor yang ada di kendaraan dan di STNK sama persis, walaupun nomor mesin dan rangkanya berbeda. Dengan demikian, para pelaku akan melenggang bebas keluar area parkir. Beberapa jam kemudian, para pelaku atau temannya akan mengambil kendaraan asli mereka di area parkir. Tentunya dengan menunjukkan karcis parkir dan STNK asli.
Bius Tisu Basah
Korban akan tidak sadarkan diri setelah mengonsumsi minuman yang dicampur obat. Setelah itu, pelaku akan dengan mudah mempreteli harta korban. Namun, sekarang pelaku kejahatan menggunakan tisu basah untuk membius korbannya. Hal ini dikarenakan modus minuman sudah terlalu sering digunakan. Selalu ada inovasi baru di dunia kejahatan rupanya. Bagaimana modus tisu basah ini dijalankan? Umumnya, pelaku melancarkan aksinya di bus malam. Si pelaku akan duduk di sebelah korban sambil mengusap-usap tangannya dengan tisu basah yang sudah dilumuri obat bius. Aroma obat bius yang menyengat akan membuat orang (korban) yang duduk di sebelah pelaku merasa pusing dan pada akhirnya pingsan. Setelah korban pingsan, pelaku dengan mudah mempreteli harta si korban. Untuk memuluskan aksinya, biasanya pelaku akan menggunakan masker. Guna masker ini adalah untuk menghambat aroma obat bius terhirup hidung si pelaku. Dengan begitu, hanya korban yang dituju yang menghirup obat bius.
Money Laundring di ruang ATM
Penggunaan ATM (Anjungan Tunai Mandiri) makin meningkat saat ini. Hal tersebut juga dimanfaatkan pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya, terutama para pengedar uang palsu. Modusnya, pelaku akan mendatangi ATM dan berpura-pura mengalami masalah dalam pengoperasian ATM. Pertama-tama, pelaku akan mendatangi mesin ATM. Sambil mengamati korban yang bisa diperdaya, pelaku akan mencoba mengoperasikan ATM. Setelah didapat calon korban, pelaku akan menghampiri sambil mengatakan bahwa ia ingin mentransfer sejumlah uang kepada keluarga/kerabatnya, tetapi uang di saldo rekeningnya tidak mencukupi. Ia hanya memiliki uang tunai dan tak ada waktu untuk mengunjungi bank untuk mentransfer secara manual. Si korban dibujuk untuk mentransfer sejumlah uang ke sebuah rekening yang dituju, dan pelaku akan menggantinya dengan uang tunai yang dimilikinya. Tentu saja uang tunai yang dimiliki pelaku adalah uang palsu. Korban yang merasa iba dan berniat menolong, pastinya akan mentransfer sesuai dengan keinginan pelaku. Setelah itu, pelaku akan memberikan sejumlah uang palsu kepada korban.
Merampok di lift
Perampokan kini tak hanya terjadi di jalan raya, toko, bank, ataupun perumahan, tetapi terjadi juga di dalam lift perkantoran atau rumah sakit. Kondisi perkantoran ataupun rumah sakit yang sepi pada malam hari dimanfaatkan para pelaku kejahatan untuk merampok. Korban yang dipilih biasanya adalah perempuan. Modusnya, para pelaku memanfaatkan waktu tempuh lift dari lantai atas ke lantai dasar. Mereka berpura-pura sebagai pengguna lift. Korban yang sendirian di dalam lift akan dirampok selama lift meluncur ke lantai dasar
Lempar telur
Pencurian di jalan semakin hari semakin inovatif. Setelah menggunakan modus ranjau paku dan roda berasap, para pelaku kejahatan juga menjadikan telur sebagai alat mencuri. Bagaimana telur bisa dimanfaatkan untuk mencuri? Modusnya, pelaku kejahatan yang sudah mengincar korbannya melemparkan 1—2 butir telur mentah ke kaca mobil korban. Korban yang merasa terganggu pandangannya dengan bercak telur di kaca mobilnya pasti secara refleks mengaktifkan wiper. Bukannya jadi bersih, kaca yang dibersihkan dengan wiper akan semakin mengotori kaca depan. Mau tidak mau, korban akan meminggirkan mobil dan turun membersihkan kaca mobilnya. Saat korban lengah, dengan cekatan si pelaku kejahatan akan mengambil barang-barang yang ditinggal di dalam mobil.
Menukar plat nomor kendaraan
Parkir di area perbelanjaan modern dengan sistem parkir yang juga modern, tidak menjamin kendaraan Anda aman. Saat ini modus menukar plat nomor sudah menjadi tren baru di dunia pencurian kendaraan bermotor. Modus ini memang membutuhkan sarana dan prasarana yang mencukupi pula (bermodal). Jika dulu para pelaku curanmor hanya mengandalkan kunci T untuk membobol kendaraan, saat ini mereka menggunakan kendaraannya sebagai kamuflase aksi kejahatannya. Pelaku akan mengincar kendaraan yang jenis dan warnanya sama dengan kendaraan pelaku. Hal ini untuk memudahkan mereka untuk keluar dari area parkir. Dengan alasan karcis parkirnya hilang, mereka hanya akan membayar denda dan menunjukkan STNK asli. Petugas parkir tentu saja tidak curiga. Hal ini karena plat nomor yang ada di kendaraan dan di STNK sama persis, walaupun nomor mesin dan rangkanya berbeda. Dengan demikian, para pelaku akan melenggang bebas keluar area parkir. Beberapa jam kemudian, para pelaku atau temannya akan mengambil kendaraan asli mereka di area parkir. Tentunya dengan menunjukkan karcis parkir dan STNK asli.
Bius Tisu Basah
Korban akan tidak sadarkan diri setelah mengonsumsi minuman yang dicampur obat. Setelah itu, pelaku akan dengan mudah mempreteli harta korban. Namun, sekarang pelaku kejahatan menggunakan tisu basah untuk membius korbannya. Hal ini dikarenakan modus minuman sudah terlalu sering digunakan. Selalu ada inovasi baru di dunia kejahatan rupanya. Bagaimana modus tisu basah ini dijalankan? Umumnya, pelaku melancarkan aksinya di bus malam. Si pelaku akan duduk di sebelah korban sambil mengusap-usap tangannya dengan tisu basah yang sudah dilumuri obat bius. Aroma obat bius yang menyengat akan membuat orang (korban) yang duduk di sebelah pelaku merasa pusing dan pada akhirnya pingsan. Setelah korban pingsan, pelaku dengan mudah mempreteli harta si korban. Untuk memuluskan aksinya, biasanya pelaku akan menggunakan masker. Guna masker ini adalah untuk menghambat aroma obat bius terhirup hidung si pelaku. Dengan begitu, hanya korban yang dituju yang menghirup obat bius.
Money Laundring di ruang ATM
Penggunaan ATM (Anjungan Tunai Mandiri) makin meningkat saat ini. Hal tersebut juga dimanfaatkan pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya, terutama para pengedar uang palsu. Modusnya, pelaku akan mendatangi ATM dan berpura-pura mengalami masalah dalam pengoperasian ATM. Pertama-tama, pelaku akan mendatangi mesin ATM. Sambil mengamati korban yang bisa diperdaya, pelaku akan mencoba mengoperasikan ATM. Setelah didapat calon korban, pelaku akan menghampiri sambil mengatakan bahwa ia ingin mentransfer sejumlah uang kepada keluarga/kerabatnya, tetapi uang di saldo rekeningnya tidak mencukupi. Ia hanya memiliki uang tunai dan tak ada waktu untuk mengunjungi bank untuk mentransfer secara manual. Si korban dibujuk untuk mentransfer sejumlah uang ke sebuah rekening yang dituju, dan pelaku akan menggantinya dengan uang tunai yang dimilikinya. Tentu saja uang tunai yang dimiliki pelaku adalah uang palsu. Korban yang merasa iba dan berniat menolong, pastinya akan mentransfer sesuai dengan keinginan pelaku. Setelah itu, pelaku akan memberikan sejumlah uang palsu kepada korban.
Merampok di lift
Perampokan kini tak hanya terjadi di jalan raya, toko, bank, ataupun perumahan, tetapi terjadi juga di dalam lift perkantoran atau rumah sakit. Kondisi perkantoran ataupun rumah sakit yang sepi pada malam hari dimanfaatkan para pelaku kejahatan untuk merampok. Korban yang dipilih biasanya adalah perempuan. Modusnya, para pelaku memanfaatkan waktu tempuh lift dari lantai atas ke lantai dasar. Mereka berpura-pura sebagai pengguna lift. Korban yang sendirian di dalam lift akan dirampok selama lift meluncur ke lantai dasar
Lempar telur
Pencurian di jalan semakin hari semakin inovatif. Setelah menggunakan modus ranjau paku dan roda berasap, para pelaku kejahatan juga menjadikan telur sebagai alat mencuri. Bagaimana telur bisa dimanfaatkan untuk mencuri? Modusnya, pelaku kejahatan yang sudah mengincar korbannya melemparkan 1—2 butir telur mentah ke kaca mobil korban. Korban yang merasa terganggu pandangannya dengan bercak telur di kaca mobilnya pasti secara refleks mengaktifkan wiper. Bukannya jadi bersih, kaca yang dibersihkan dengan wiper akan semakin mengotori kaca depan. Mau tidak mau, korban akan meminggirkan mobil dan turun membersihkan kaca mobilnya. Saat korban lengah, dengan cekatan si pelaku kejahatan akan mengambil barang-barang yang ditinggal di dalam mobil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar