Makalah Sejarah Perkembangan Psikologi Agama berikut ini saya mempunyai makalah sejarah perkembangan agama yang berjudul lengkap Sejarah Perkembangan Psikologi Agama. Semoga Makalah Sejarah Perkembangan Psikologi Agama berikut ini dapat bermanfaat untuk anda semua.
Untuk menetapkan secara pasti kapan psikologi agama mulai dipelajari memang agak sulit. Baik dalam kitab suci, maupun sejarah tentang agama-agama tidak terungkap secara jelas mengenai hal tersebut. Namun demikian, walaupun tidak secara lengkap, ternyata permasalahan yang menjadi ruang lingkup kajian psikologi agama banyak dijumpai baik melalui informasi kitab suci agama maupun sejarah agama.
Perjalanan hidup Sidharta Gautama dari seorang putera raja Kapilawastu yang bersedia mengorbankan kemegahan dan kemewahan hidup untuk menjadi seorang pertapa menunjukkan bagaimana kehidupan batin yang dialaminya dalam kaitan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Proses perubahan arah keyakinan agama ini mengungkapkan pengalaman keagamaan yang mempengaruhi diri tokoh agama Budha ini. Sidharta Gautama mengalami konversi agama, dari pemeluk agama Hindu menjadi pendakwah agama baru, yaitu agama Budha. Proses yang hampir serupa dilukiskan pula dalam Al-Qur’an tentang cara Nabi Ibrahim as. memimpin ummatnnya untuk bertauhid kepada Allah (Q.S. 6 : 76-78). Hal ini juga dapat dijumpai dalam pendewasaan bangsa Jepang sebagai keturunan Dewa Matahari (Amiterasu Omi Kami) telah pula mempengaruhi sikap keberagaman yang khas pada bangsa Jepang.
Sejarah Perkembangan Psikologi Agama di Barat
Berdasarkan sumber Barat, para ahli psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikologi agama mulai populer sekitar akhir abada ke-19. Sekitar masa itu psikologi yang semakin berkembang digunakan sebagai alat untuk kajian agama. Kajian semacam itu dapat membantu pemahaman terhadap cara bertingkah laku, berpikir, dan mengemukakan perasaan keagamaan (Robert H. Tholess, 1992:1).
Menurut Thouless, sejak terbitnya buku The Varieties of Religious Experience tahun 1903, sebagai kumpulan dari materi kuliah William James di empat universitas di Skotlandia, maka langkah awal dari kajian psikologi agama mulai diakui para ahli psikologi dan dalam jangka waktu tiga puluh tahun kemudian, banyak buku-buku lain diterbitkan sejalan dengan konsep-konsep yang serupa. Diantaranya buku The Psychology of Religion oleh ED Starbuck (1899), The Spiritual Life oleh George Albert Coe (1900), the Belief in God and Immortality oleh J.H. Ieuba (1921), An Introduction to the Psychology of Religion oleh Robert H. Thouless (1923) serta Studies in Islamic Mysticism oleh RA. Nicholson (1921) yang khusus mempelajari mengenai aliran sufisme dalam Islam.
Sejak saat itu, kajian-kajian tentang psikologi agama tampaknya tidak hanya terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut kehidupan keagamaan secara umum, melainkan juga masalah-masalah khusus dan tidak terbatas pada agama-agama yang ada di Barat namun buku yang mengkaji mengenai kesadaran beragama oleh JB. Pratt melalui bukunya The Religious Consiousness (1920) dan AJ. Appasamy dan BH. Streeter menulis tentang masalah yang menyangkut kehidupan penganut agama Hindu dengan bukunya The Sadhu (1921).
Sebagaimana diketahui, bahwa psikologi agama tergolong cabang psikologi yang berusia muda. Berdasarkan informasi dari berbagai literatur, dapat disimpulkan bahwa kelahiran psikologi agama sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang. Selain itu, pada tahap-tahap awalnya psikologi agama didukung oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu.
Sumber-sumber Barat umumnya merujuk awal kelahiran psikologi agama adalah dari karya Edwin Diller starbuck dan William James, melalui buku Yhe Psychology of Religion : An Empirical Study of Growth of Religion Counsiousness karya ED. Diikuti oleh buku The Varieties of Religious Experience karya William James tahun 1900. Kedua buku tersebut dianggap sebagai buku yang menjadi perintis awal dari kelahiran psikologi agama yang menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
Sejarah Perkembangan Psikologi Agama di Timur
Di dunia Timur, khususnya di wilayah-wilayah kekuasaan Islam, tulisan-tulisan yang memuat kajian tentang psikologi agama belum sempat dimasukkan. Padahal, tulisan Muhammad Ishaq Ibn Yasar di abad ke-7 masehi berjudul Al-Siyar wa al-Maghazi memuat berbagai fragmen dari biografi Nabi Muhammad SAW (Ensiklopedi Islam, 1992 : 361), ataupun risalah Hayy Ibn Yaqzan fi Asrar Al-Hikmat al Masyriqiyyat yang ditulis oleh Abu Bakr Muhammad Ibn Abd. Al-Malin ibn Tufail (1106-1185 M) juga memuat masalah yang erat kaitannya dengan materi psikologi agama. Kemudian karya besar Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali (1059-1111 M) berjudul Ihya ’ulum al-Din dan juga bukunya Al-Mungida min al-Dhalal (penyelamat dari kesesatan) dan masih banyak lagi tulisan-tulisan ilmuwan muslim yang berisi kajian mengenai permasalahan psikologi agama. Namun sayangnya karya-karya tersebut tidak sempat dikembangkan menjadi disiplin ilmu tersendiri sebagaimana halnya yang dilakukan oleh kalangan ilmuwan barat.
Ada beberapa alasan yang menjadi penyebab psikologi agama tidak dikembangkan menjadi disiplin ilmu tersendiri yaitu :
Sejak masa kemunduran negara-negara Islam, perhatian para ilmuwan islam terhadap kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan mulai menurun, karena pengembangan ini memerlukan biaya yang banyak. Sementara negara-negara barat mulai berkembang menjadi negara-negara modern.
Sejak penyerangan bangsa Mongol ke pusat peradaban islam (Baghdad) dan kekalahan Islam di Andalusia, terjadi pemusnahan karya ilmuwan muslim.
Sikap kurang terpuji dari ilmuwan barat sendiri (setelah zaman kemunduran Islam) yang umumnya kurang menghargai karya-karya ilmuwan muslim.
Karya-karya ilmuwan Islam di zaman klasik umumnya, ditulis oleh para ilmuwan yang dizamannya dikenal dengan sebutan yang berkonotasi keagamaan seperti mufassirin (ahli tafsir), muhaditsin (ahli hadits), fuqaha (ahli fiqih), ataupun ahl al-hikmat (filosof) sehingga karya-karya mereka diidentikkan dengan ilmu-ilmu yang murni agama (Islam) atau filsafat.
Lebih jauh, Marshall G.S. Hodgson melihat hal itu lebih disebabkan oleh faktor intern umat Islam sendiri. Menurutnya, masyarakat Islam gagal mempelopori kemodernan karena 3 hal yaitu :
1. Konsentrasi yang terlalu besar pada penanaman modal harta dan manusia pda bidang-bidang tertentu sedangkan bidang lain kurang diperhatikan.
2. Kerusakan hebat baik material maupun mental psikologis akibat serbuan bangsa Mongol.
3. Kecemerlangan peradaban Islam sebagai suatu bentuk pemuncakan abad agraria kaum muslimin tidak pernah secara mendesak merasa perlu kepada peningkatan yang lebih tinggi.
Terlepas dari alasan atau penyebab apapun, memang setelah zaman kemunduran Islam secara politis, kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dipelopori oleh Barat. Dan baru setelah negara-negara Islam terlepas dari kungkungan penjajah barat, secara bertahap muncul karya-karya ilmuwan muslim.
Karya-karya penulis muslim di zaman modern antara lain, Tatawwur al-syu’ur al-Diny ’inda tifi wa al-murrabid karya Al-Maghary tahun 1955 dan al-Nummuwu al-Nafsy tahun 1957 yang dianggap sebagai awal dari munculnya kajian psikologi agama di kalangan ilmuwan muslim modern. Selain itu ada juga karya Alif abd al-Fatah dalam bukunya ruh al-Din al-Islamy tahun 1959.
Sejarah Perkembangan Psikologi Agama di Indonesia
Di Indonesia, tulisan mengenai psikologi agama baru dikenal sekitar tahun 1970-an, yaitu oleh Prof Dr. Zakiah Darajat. Ada sejumlah buku yang beliau tulis untuk kepentingan buku pegangan bagi mahasiswa di lingkungan IAIN. Di luar itu, kuliah mengenai psikologi agama juga sudah diberikan, khususnya di Fakultas Tarbiyah oleh Prof. Dr. A. Mukti Ali dan Prof. Dr. Zakiah Darajat sendiri. dimana kedua orang tersebut dikenal sebagai pelopor pengembangan psikologi agama di IAIN di Indonesia. Namun buku-buku yang khusus mengenai psikologi agama banyak dihasilkan oleh Prof. Dr. Zakiah Darajat, antara lain : ilmu jiwa agama (1970), peranan agama Islam dalam kesehatan mental (1970), dan kesehatan mental.
Di samping itu perkembangan psikologi agama di Indonesia juga dipelopori oleh tokoh-tokoh yang memiliki latar belakang profesi sebagai ilmuwan, agamawan dan bidang kedokteran. Di antara karya-karya yang berkaitan dengan psikologi agama adalah buku Agama dan Kesehatan Badan/Jiwa (19656) oleh Prof. Dr. H. Aulia. Kemudian tahun 1975, KH. S.S. Djaman menulis buku Islam dan psikosomatik. Dr. Nici Syukur Lister, menulis buku pengalaman dan motivasi beragama : pengantar psikologi agama. Kemudian sebagai karya yang memuat berbagai teori kesehatan mental, tahun 1986, Prof. Dr. Hasan Langgulung juga menulis buku Teori-teori Kesehatan Mental yang juga ikut memperkaya khazanah bagi pengembangan psikologi agama di tanah air. Dalam buku ini termuat pemikiran para ilmuwan muslim zaman klasik tentang kesehatan mental menurut pendekatan agama (Islam).
Sejak menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, perkembangan psikologi agama dinilai cukup pesat, dibandingkan usianya yang masih tergolong muda. Hal ini antara lain disebabkan, selain bidang kajian psikologi agama menyangkut kehidupan manusia secara pribadi, maupun kelompok, bidang kajiannya juga mencakup permasalahan yang menyangkut perkembangan usia manusia. Selain itu, sesuai bidang cakupannya, ternyata psikologi agama termasuk ilmu terapan yang banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan
Para ahli psikologi agama menilai bahwa kajian psikologi agama mulai populer di barat sekitar akhhir abad ke-19 terutama sejak terbitnya buku The Varieties of Religious Exoperience tahun 1903 oleh William James yang didahului oleh buku The Psychology Religion oleh ED. Starbuck yang terbit tahun 1899.
Di Timur, khususnya di wilayah-wilayah kekuasaan islam walaupun telah terdapat tulisan-tulisan atau karya-karya yang berhubungan dengan psikologi agama namun karya-karya tersebut tidak sempat dikembangkan menjadi disiplin ilmu tersendiri, yaitu psikologi agama sebagaimana yang dilakukan oleh kalangan ilmuwan barat, karena faktor intern dan ekstern yang dialami oleh wilayah kekuasaan islam pada waktu itu. Namun pada akhirnya karya-karya ilmuwan muslim tentang psikologi agama, tidak kalah dengan ilmuwan barat.
Di Indonesia, tulisan mengenai psikologi agama baru dikenal sekitar tahun 1970an yaitu oleh Prof. Dr. Zakiah Darajat dan sejumlah tokoh lainnya seperti Prof. Dr. A. Mukti Ali, Prof. Dr. Aulia dan KH. S.S Djam’an melalui karya-karyanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar