Hasil Belajar, Media Gambar




Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Pengertian, Definisi Hasil Belajar Siswa Menurut Para Ahli

Oleh karena itu yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru),  seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

2.  Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh  kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).

"Belajar  adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. Hasil belajar siswa


Hasil belajar merupakan informasi yang telah tergali pada tahap sebelumnya digunakan untuk menunjukkan prestasi belajar. Hasil belajar itu, misalnya, berupa keterampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal, atau menyelesaikan tugas (Baharuddin dan Wahyuni, 2007). Selanjutnya Suprijono (2009), mengemukakkan hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan secara komprehensif. Hasil belajar merupakan informasi yang telah tergali pada tahap sebelumnya digunakan untuk menunjukkan prestasi belajar. Hasil belajar itu, misalnya, berupa keterampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal, atau menyelesaikan tugas (Baharuddin dan Wahyuni, 2007). Selanjutnya Suprijono (2009), mengemukakkan hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan secara komprehensif.

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk
mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang diajarkan.
Hasil belajar berasal dari kata yaitu “hasil” dan “belajar”. Hasil (product)
merupakan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.
Sedangkan belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Perubahan tingkah
laku dalam hal ini seperti tingkah laku yang diakibatkan oleh proses
kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah, dan jenuh tidak dipandang
sebagai proses belajar. Sebelum ditarik kesimpulan tentang hasil belajar,
terlebih dahulu dipaparkan beberapa pengertian hasil belajar dari

Media gambar
Pengertian Pengembangan Media Gambar
Media pembelajaran setiap tahun selalu mengalami perkembangan. Sebab
masing-masing media itu mempunyai kelemahan, berdasarkan penggunaannya
perlu diadakan penemuan baru dan pemanfaatan media yang
diperbaharui.(http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/06/27/pengembanganmedia-
pembelajaran/). Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harafiah berarti “perantara atau
penyalur”. Menurut Yusuf Hadi Miarso seperti dikutip Dwi Rianarwati (2006: 8),
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, dan kemauan siswa sehingga bisa mendorong terjadinya proses belajar
pada siswa.
Sedangkan menurut Gagne (Arief S. Sadiman, 2007: 6), media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya
untuk belajar. Selain itu media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Maka dapat disimpulkan bahwa
media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa untuk belajar. Media
pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya, salah satunya adalah media
visual yaitu media gambar. Di antara media pembelajaran, media gambar adalah
12
media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat
dimengerti dan dinikmati dimana-mana (Arief S. Sadiman, 1986: 29)
Menurut Sudjana (2007: 68), pengertian media gambar adalah media
visual dalam bentuk grafis. Media grafis didefinisikan sebagai media yang
mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu
kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar. Sedangkan Azhar
Arsyad (1995: 83), mengatakan bahwa media gambar adalah berbagai peristiwa
atau kejadian, objek yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar, garis, katakata,
simbol-simbol, maupun gambaran.
Menurut Azhar Arsyad (2009: 2), disamping mampu menggunakan alatalat
yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan ketrampilan
membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut
belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang pengembangan media pembelajaran.
Menurut Arief S. Sadiman (2009: 99-187), langkah-langkah
pengembangan media adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan Rancangan
Urutan dalam mengembangkan program media itu dapat diutarakan
sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan Dan Karakteristik Siswa
Dalam proses belajar mengajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah
kesenjangan antara kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang kita inginkan
dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang.
13
Dari kesenjangan itu dapat diketahui apa yang diperlukan atau dibutuhkan siswa.
Sebagai perancang program media guru harus dapat mengetahui pengetahuan atau
keterampilan awal siswa. Suatu program media akan dianggap terlalu mudah bagi
siswa bila siswa tersebut telah memiliki sebagian besar pengetahuan atau
keterampilan yang disajikan oleh program media itu (Arief S. Sadiman, 2009:
103). Dan program media yang terlalu mudah akan membosankan siswa dan
sedikit sekali manfaatnya karena siswa tidak memperoleh tambahan pengetahuan
atau keterampilan dari program media tersebut. Sebaliknya program media akan
dipandang terlalu sulit bagi siswa bila siswa belum memiliki pengetahuan atau
keterampilan prasyarat yang diperlukan siswa sebelum memanfaatkan hasil dari
program pengembangan media tersebut (Arief S. Sadiman, 2009: 103).
Pengetahuan prasyarat adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan
siswa sebelum memanfaatkan hasil dari program pengembangan media tersebut.
Dan program media yang terlalu sulit akan menimbulkan frustasi siswa.
2. perumusan tujuan
Dalam proses belajar mengajar, tujuan instruksional merupakan faktor
yang sangat penting. Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan
perilaku yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia mengikuti proses
instruksional tertentu. Dengan tujuan seperti itu, baik guru maupun siswa dapat
mengetahui dengan pasti perilaku apa yang harus dapat dilakukan siswa setelah
proses instruksional selesai. Dalam perumusan tujuan ada dua jenis tujuan
intruksional, yaitu tujuan intruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
Tujuan instruksional umum adalah tujuan akhir dari suatu kegiatan instruksional.
14
Tujuan instruksional khusus merupakan penjabaran dari tujuan instruksional
umum. Sebelum mencapai tujuan instruksional umum terlebih dahulu kita harus
mencapai semua tujuan instruksional khusus. Untuk dapat merumuskan tujuan
instruksional dengan baik ada beberapa ketentuan yang perlu diingat berikut ini.
a. Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa bukan berorientasi
kepada guru. Hal yang perlu dinyatakan dalam tujuan harus perilaku yang
dapat dilakukan atau yang diharapkan dapat dilakukan siswa setelah proses
instruksional selesai. Jadi, tujuan ini harus berorientasi kepada hasil akhir
setelah siswa mengikuti kegitan instruksional.
b. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja operasional. Artinya, kata kerja itu
menunjukan perbuatan yang dapat diamati atau yang hasilnya dapat diukur.
3. Pengembangan Materi Sebagai Pendukung Pengembangan Media Pembelajaran
Pengembangan materi disini maksudnya adalah bahan pelajaran apa yang
harus dipelajari oleh siswa atau pengalaman belajar apa yang harus dilakukan oleh
siswa agar tujuan instruksional tercapai. Untuk dapat mengembangkan bahan
instruksional yang mendukung tercapainya tujuan itu, tujuan yang telah
dirumuskan tadi harus dianalisis lebih lanjut. Dengan cara ini akan diperoleh sub
kemampuan dan sub keterampilan, serta sub-sub kemampuan dan sub-sub
keterampilan (Arief S. Sadiman, 2009: 112). Bila semua sub kemampuan dan
keterampilan serta sub-sub kemampuan dan keterampilan telah teridentifikasi kita
akan memperoleh bahan instruksional terperinci yang mendukung tercapainya
tujuan itu. Setelah daftar pokok-pokok bahan pembelajaran tersebut diperoleh,
selanjutnya ialah mengorganisasikan urutan penyajian yang logis, artinya dari hal
15
yang sederhana ke hal yang rumit atau dari yang konkrit ke yang abstrak. Dalam
hal ini kemampuan yang satu menjadi prasyarat untuk dapat dipelajarinya
kemampuan yang lain.
4. Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan
Alat pengukur keberhasilan dapat berupa tes, penugasan, ataupun daftar
cek perilaku. Alat pengukur keberhasilan harus dikembangkan sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai dan pokok-pokok materi pembelajaran yang akan
disajikan kepada siswa (Arief S. Sadiman, 2009: 114). Hal yang diukur atau
dievaluasi adalah kemampuan, keterampilan, atau sikap siswa yang dinyatakan
dalam tujuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan
instruksional itu.
Melaui pemanfaatan media gambar diharapkan dapat membantu guru dalam penyampaian materi di dalam kelas. Menurut hasil penelitian Seth Spaulding yang dikutip Nana Sudjana (2002), ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat belajar siswa secara efektif. Hal ini karena ilustrasi gambar dapat membantu siswa membaca buku pelajaran terutama dalam menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi teks yang menyertainya.


Media Gambar merupakan salah satu contoh media pembelajaran visual. Penggunaan media gambar sangat membantu proses pembelajaran. Bukan hanya anak-anak yang menyukai materi-materi yang disertai gambar, bahkan orang dewasa pun banyak yang menyukainya. Sebagai contoh buku yang di dalamnya terdapat gambar akan lebih disukai dari pada buku yang hanya berisi tulisan-tulisan saja, seperti buku masakan, buku TIK SD jika tidak dilengkapi dengan gambar maka tujuan yang akan disampaikan bacaan tersebut kurang dapat dipahami
Media gambar ini, selain mudah didapatkan, juga biayanya tergolong murah. Gambar ini dapat berupa foto, seperti foto pemandangan, gambar buatan guru di papan tulis, seperti gambar pensil, buku, gambar dari buku pelajaran, seperti gambar uang, gambar kegiatan-kegiatan di rumah, gambar ilustrasi, seperti gambar pahlawan-pahlawan nasional, dan masih banyak lagi media gambar lainnya.
Gambar dapat digunakan untuk menyajikan pembelajaran yang lebih efektif, terutama untuk kelas rendah. Namun, pada penggunaannya harus disesuaikan dengan tingkatan anak dari segi gambar, detail, warna, dan latar belakangnya. Pemakaian gambar pun bisa menjadi tidak efektif apabila terlalu sering digunakan. Jadi, sebaiknya digunakan menurut urutan tertentu yang dihubungkan pada masalah tertentu agar pembelajaran di kelas tidak membosankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar