Drama: Yang Tak Disangka
Pemain Siswa SMP Muhammadiyah 1 Dayeuhluhur
Dalang : Yoga Anjena
Orang Kaya baru (OKB) –Endi- :Jalil Muttaqin
Perampok: 1.Ali Mahmud
2. Sidik
Pak RW (Karyo) : 1. Aa ahsanul Amala
Warga: 1. Piyo: Iman
2. Pito: Ridwan
3. Karman: Munir
4. Sunjay : Jajang
Pemusik:
Sutradara: Prito Windiarto
Penulis Naskah: Prito Windiarto
#Adegan 1
-Dalang memasuki ruang pentas.
-Menyampaikan prolog
#Adegan 2
-OKB memasuki ruang pentas.
-Perjalan dengan amat angkuh
-menyombongkan apa yang dimilikinya
-Menyanyikan lagu “madu tiga”
#Adegan 3
-Dua orang perampok mengendap-endap menyergap si OKB
-Perampok menyodorkan pistol (mainan), OKB ketakutan menyerahkan barang
-OKB menangis tersedu-sedu ketika perampok membawa barang-barangnya. Ia menjerit meminta tolong.
#Adegan 4
-Warga menuju sumber keributan, melihat si OKB yang menangis tersedu
-Pak RW datang.
-OKB diminta pulang, warga berunding
#Adegan 5
-Warga berlatih silat bersama
-Menyusun strategi meringkus perampok
#Adegan 6
-OKB kembali memamerkan kekayaan
-Para perampok menyergap
-Mengendap-endap penyergap. Perampok tak sadar mereka dikepung.
-Pertarungan tak bisa dielakan
#Adeegan 7
-Perampok berhasil dibekuk
-Tak dinyana,setelah tergos dibuka, ternyata perampok itu warga Cikundang juga.
Prolog (Dalang)
Assalamualaikumwr wb
Pemirsa di studio, maupun di rumah. Berbahagia sekali kita dapat berjumpa dalam acara “Opera van Muhida” –E’ Ya.
Pada kesempatan ini kita akan membawakan lakon berjudul “Yang Tak Disangka”.
Diceritakeun di sebuah daerah bernama “Cikundang”, malam itu, seorang laki-laki bernama Endi yang merupakan OKB (Orang kaya baru), pulang dari sebuah pesta hajatan. Ia membanggakan apa yang dimilikinya. Di tengah perjalanan ia dicegat dua perampok. Nah, penasaran apa yang akan terjadi? Lebih jelasnya kita lihat ke KTP, eh salah TKP.
Endi: Halo bro… (Sambil melambaikan tangan dan berjalan angkuh). Tau nga sih.Gue nih, abis dari pesta, ketemu orang-orang kaya. Gue salah satunya. Lihat aja nih. Kalung aja emas putih 200 karat. Sepatu guemerek armandi. Bukan tara mandi! Armandi. Mobil? Mobil gue lamborgini. Cuma nda dibawa ke sini. Maklum. Jalan di sini kan jelek, b’ecek, nga ada ojek, hu…
Nah, penonton. Tau ngak? Tadi gue kesel banget ada yang panggil gue Endi. Belum tahu apa, nama gue yang funky? Andrew bro Andrew white. Yuhu….Lagu di earphone enak nih. “Senangnya dalam hati.. Punya istri dua….”
Perampok: Keduanya merangsek mendekati Endi. Sebuah pistol ditodongkan. Jangan bergerak! Jangan teriak! Jangan banyak cingcong! Serahkan harta bendamu!?
Endi: Aduh pak ampun! Tolong jangan ambil, huhu (merengek). Harta saya cuma segini-gininya. Hiks hiks.
Perampok 2: Sudah jangan banyak bacot. Serahkan barang-barang itu. Atau mau kupercahkan batok kepalamu itu, haha?!
Endi: Duh pak, jangan pak, jangan!
Perampok berhasil melucuti seluruh barang yang dimilki Endi. Endi menangis tersedu. Mamah, Bapak. Kumaha yeuh? Tulung-tulung. Tulungan kuring yeuh. heu heu heu.
#Warga berdatangan, termasuk pak RW
Sunjay: Aya naun yeuh?
Pito: Aya rampok Jay!
Sunjay: Mabok?! Nya matak gen urah marabok geura. Apanan haram.
Piyo: Lain mabok Jay. Rampok, R-A-M-P-O-K
Sunjay: Sendok? Euluh masalah sendok kok sampai ribut beginih?! Di sayah gen banyak sendok mah atuh, mani parebut, jiga budak letik.
Piyo dan Pito: Lain sendok Sunjaayyyy…. RAMPOK! Dicabok geura!
Karman: Sudah-sudah… Lebih baik kita konsultasi sama pak RW saja.
Pito: Kumaha atuh ieu the Pak RW?
Piyo: Iya nih. Kampung kita malah ada rampok. Ini the gara-gara gak ada lagi simkambling!
SUnjay: Kambing? Embe, kan? Dikuring gen banyak atuh, ada sijola,si cika, itu teh nama-nama kambing sayah…..
Piyo dan pito: Lain kambing Jay..SISKAMLING! Sistem keamanan lingkungan.
Karman : Sudah… Sudah…. Jadi kumaha ieu tehpak RW?
Pak RW: Begini saja… Kita perketat pengamanan. Adakan latihan silat lagi… Selanjutnya… kita lakukan penyergapan.Susun strategi. Siap?!
Warga: Siap Pak RW!
Warga bubar
Dalang: Akhirnya warga bersepakat untuk memperketat keamanan. Mereka berlatih silat tapak suci guna menyergap para perampok. Lebih jelasnya kita lihat ke TPA. Overa van muhida… ye’a.
Warga berkumpul guna berlatih silat.
Pito: Ayo kawan-kawan! Kita latihan silat.
Semua: Satu,dua,tiga, hah! Satu dua, tiga, huh.
Sunjay: Tunggu tunggu, sayah ketinggalan!
Piyo: Euh, Sunjay mah!
Semua: Satu,dua, tiga, Ya!
Sunjay tak ikut intruksi, ia malah berbuat kebalikan. Bahkan sambil mengupil.
Pito: Latihan kali ini dicukupkan sekian. Malam ini kita adakan penyergapan, oke?
Sunjay: Nyadap? Nyadapkalapa?
Warga: Nyergap Jay,nyergap. Huh… dasar…..
Penyergapan.
Kali ini Sunjay yang berlaga so’ kaya.
Sunjay: Hey penonton?!
Penonton: Hey!
Sunjay: Tahu ga tempe? Tempe ga tahu! Eh? Kok malah pusing ya. Heu. Begini. Sayah itu orang kaya di kampung ini. Harta berrrrrrr-hektar-hektar. Kebun bersenti-senti... hihi. Rumah bak istana, buesar baunget. Tapi sayang.... Hiks.... aku tak punya kekasih. (Nyanyi lagu sedih)
Perampok datang beraksi.
Perampok: Serahkah harta-hartamu!
Sunjay: Hoho... Kalau daku tidak mau bagaimana?
Perampok 1: Kutusuk perutmu!
Sunjay: Peluk perut?
Perampok 2: Tusuk brokokok! Tusuk!
Perampok 1: Jangan banyak bacok, berikan dompotmu.
Pasukan penyergap masuk.
Piyo: jangan bergerak kalian terkepung!
Perampok 1 dan 2 tampak panik. Ia menyampirkan pisau ke leher Sunjay.
Perampok 1: Kalian jangan bernajak. Atau nyawa Sunjay taruhannya.
Semua: Sunjay? Kok dia tahu nama Sunjay ya?
Perampok 1 : (Sedikit panik) Awas kalian semua menyingkir.
Sunjay tak dinyana menggigit tangan perampok. Mendapat serangan tiba-tiba perampok terhentak sembari meringis menahan sakit.
Piyo: Serbu.
Pertarungan tak terelakan. Saling baku hantam. (Gerakan slow motion)
Kedua perampok itu akhirnya berhasil dibekuk. Tergos mereka dibuka. Ternyata..... Perampok itu tak lain dan tak bukan, Asep dan Syamsul yang merupakan warga sekitar. Warga tak menyangka sebleumnya. Asep dan Syamsul yang selama ini terkenal sebagai warga baik dan pendiam ternyata malah menjadi rampok.
Pak RW: Kenapa kalian merampok?!
Asep: Aduh, maaf pak kami kesulitan ekonomi. Anak saya sakit keras butuh uang untuk berobat. Sementara itu istri Syamsul melahirkan, juga perlu uang persalinan. Maafkan kami warga sekalian.
Endi: Tidak bisa, gue merasa dirugikan tahu. Gue dikudeta sehingga menimbulkan kontroversi hati yang menyebabkan labil ekonomi dan statusisasi yang tidak menentu. (Ia merangsek masuk, hendak memukuli Asep dan Syamsul)
Pak RW: Sudah-sudah, jangan main hakim sendiri. Mari kita selesaikan di kantor polisi. Warga dan perampok bersama-sama menuju kantor polisi.
Dalang: begitulah akhir cerita “Yang tak Disangka” ini. Para perampok dihukum seadil-adilnya. Keterbatasan ekonomi memeng menyiksa tapi jangan sampai membuat kita menghalalkan segala cara. Keamanan lingkungan juga selazimnya terus dijaga. Kampung Cikundang akhirnya kembali tentram, aman sentosa, repeh rapih.
Diutara patung di selatan patung, di tengah-tengah ada meja
Dalangnya bingung, pemain bingung, yang penting happy saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar