SKRIPSI IMPRESSION MANAGEMENT PENYIAR PRIA DI STATION RADIO

(KODE : ILMU-KOM-0077) : SKRIPSI IMPRESSION MANAGEMENT PENYIAR PRIA DI STATION RADIO



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Impression Management atau yang lebih dikenal dengan istilah pengelolaan kesan sering kali dilakukan oleh orang-orang yang memiliki profesi dan dituntut untuk memiliki self image yang positif. Salah satu profesi tersebut antara lain penyiar pria di station radio di Kota X.
Impression Management atau pengelolaan kesan di temukan dan dikembangkan oleh Erving Goffman pada tahun 1959, dan telah dipaparkan dalam bukunya yang berjudul "The Presentation of Self in Everyday Life". Pengelolaan kesan juga secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah teknik presentasi diri yang didasarkan pada tindakan mengontrol persepsi orang lain dengan cepat dengan mengungkapkan aspek yang dapat menguntungkan diri sendiri atau tim.
Menurut Goffman, Impression Management erat kaitannya dengan sebuah permainan drama, dimana aktor pelakunya dibentuk oleh lingkungan dan target penontonnya. Tujuannya tak lain ialah untuk memberikan penonton sebuah kesan yang konsisten yang dilandasi tujuan yang diinginkan oleh aktor itu sendiri.
Kehidupan yang dijalani oleh seorang individu dengan berbagai peran yang dijalaninya setiap hari, memiliki kesamaan dengan sebuah pementasan drama. Kehidupan diibaratkan sebuah teater, dimana interaksi sosial di atas panggung menampilkan peran-peran yang dimainkan oleh para aktor tersebut. Seringkali sang aktor tersebut tanpa sadar melakukan pengelolaan kesan (Impression Management), namun tak jarang pula aktor tersebut dengan sengaja melakukan pengelolaan kesan (Impression Management) tersebut.
Disadari atau tidak dalam kehidupan dan proses interaksinya sehari-hari, banyak individu yang melakukan pengelolaan kesan khususnya jika individu tersebut menjalani suatu profesi tertentu yang bersinggungan dengan khalayak ramai. Profesi tersebut juga menuntut individu memiliki citra positif di kalangan khalayak ramai seperti misalnya profesi sebagai seorang penyiar radio.
Profesi penyiar pria yang sedang berkembang hampir di seluruh station radio di kota X saat ini di tuntut memiliki self image yang baik dan positif. Self image tersebut dapat diraih salah satunya dengan cara pengelolaan kesan yang dilakukan oleh penyiar pria tersebut.
Pengelolaan kesan yang dilakukan oleh penyiar pria dilakukan atas dasar tujuan tertentu yakni untuk menciptakan suatu kesan tertentu yang dapat menambah citra positif dirinya di kalangan pendengar atau orang-orang yang berada di lingkungannya. Dimana pada akhirnya dapat menarik jumlah pendengar sebanyak mungkin.
Seorang penyiar khususnya penyiar pria wajib dapat melakukan tugasnya dengan baik sehingga dapat memperoleh jumlah pendengar yang sangat banyak atau sesuai dengan target dari station radio yang menaunginya. Dalam buku "Broadcasting Radio" karangan A. Y. Triartanto dikatakan bahwa, "secara umum penyiar adalah unsur utama yang terdengar dalam produk siaran (program). Penyiar adalah juru bicara perusahaan bagi khalayak atau pendengar. Penyiar juga merupakan alat atau pelaku untuk mencapai sasaran perusahaan, disamping sebagai anggota perusahaan yang dipersiapkan untuk ikut serta dalam fungsi manajemen."
Penyiar sebagai ujung tombak siaran, tentunya identik sebagai representasi stasiun radionya. Dengan kata lain penyiar dapat menjadi salah satu cermin identitas stasiun (station identity). Demikian pula penyiar radio dapat dikatakan sebagai profesi yang vital. Disamping itu, seorang penyiar perlu menyadari bahwa dirinya merupakan representasi dari isi siaran dan citra perusahaan.
Mulut dan suara merupakan senjata utama bagi seorang penyiar. Karena hanya dengan suara ia dapat menyampaikan informasi, pikiran, dan emosi kepada pendengarnya tanpa adanya gerak anggota tubuh lainnya yang terlihat sebagaimana penyiar televisi. Penyiar dapat juga disebut layaknya seorang aktor. Kacaunya suasana hati dan pikiran yang sedang dirasakan, tidak perlu diketahui bahkan dirasakan pula oleh pendengarnya. Selain memiliki suara yang standar, syarat utama lainnya untuk menjadi seorang penyiar antara lain, gemar berbicara, memiliki wawasan yang luas, memiliki kesukaan terhadap musik, menguasai alat-alat siaran, dan mengenali visi-misi, segmentasi pendengar serta program radio.
Trend profesi penyiar pria berkembang pesat setelah beberapa tahun terakhir ini banyak station radio siaran di kota X yang menjadikan wanita sebagai target utama pendengar dengan persentase lebih besar dari pada pendengar pria. Persentase tersebut memang relatif dan disesuaikan dengan segmentasi dan format radio siaran masing-masing. Dengan kata lain, persentase di suatu radio siaran bisa memiliki kesamaan antara satu station radio siaran dengan yang lainnya, namun juga bisa berbeda namun tetap pada koridor persentase lebih besar untuk pendengar wanita.
Keputusan yang diambil oleh hampir seluruh stasiun radio siaran menjadikan target pendengar wanita yang lebih besar dari pada pria didasari oleh sifat dasar wanita yang cenderung konsumtif dan cenderung sebagai decision maker (pembuat keputusan) dalam hal berbelanja. Inilah yang mengakibatkan banyak produsen yang menjadikan wanita sebagai target utama konsumen. 
Hal tersebut juga ditegaskan oleh seorang pakar di bidang broadcasting radio sekaligus pemilik dari sekolah siaran ternama DJ Arie mengatakan : 
"Karena sikap cewek yang cenderung konsumtif itulah banyak radio yang membidik cewek sebagai target pendengar utamanya. Target utama pendengar cewek itulah yang dijadikan sebagai daya tarik ke pemasang iklan mereka. Sebenarnya kalau cowok lebih konsumtif bisa jadi dijadikan target utama, tidak menutup kemungkinan, soalnya sekarang aja cowok udah suka gadget tapi cewek itu pernak-perniknya banyak. Dari situlah berawal pendengar cewek banyak dijadikan target utama, biarpun di setiap radio sebetulnya beda-beda. Yang akhirnya, banyak station radio memasang penyiar pria sebagai salah satu strateginya. Dan bisa jadi karena itu juga kenapa penyiar cowok jadi trend sekarang ini. Mungkin karena emang peluang jadi penyiar cowok lagi dibuka selebar-lebarnya sama station radio." 
Pernyataan DJ Arie tersebut didasarkan atas pengalamannya selama beberapa tahun terakhir saat menjabat sebagai program director dan manager on air di salah satu stasiun radio di Kota X. Selain itu, dia juga sering diminta untuk menjadi konsultan bagi beberapa stasiun radio di Kota X dan di beberapa kota lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut, jika diamati lebih jauh banyak iklan yang diputar di station radio siaran merupakan iklan jenis produk yang menjadikan wanita sebagai target utama konsumennya. Pihak stasiun radio akan menyesuaikan format dari perkembangan dunia bisnis radio tersebut. Mengingat pendapatan sebuah radio siaran berasal dari pemasangan iklan di stasiun tersebut
Sebagaimana dari pernyataan DJ Arie diatas, dimana banyak stasiun radio yang memasang strategi untuk memperoleh jumlah pendengar khususnya pendengar wanita sebanyak-banyaknya. Salah satu strategi tersebut dengan cara menempatkan penyiar pria lebih banyak dibandingkan penyiar wanita. Hal tersebut dikarenakan wanita cenderung memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap lawan jenis begitupun terhadap penyiar. Penyiar pria pun dianggap memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan seorang penyiar wanita. Berdasarkan pengalamannya bertahun-tahun dalam mencetak penyiar-penyiar radio dan video jockey yang diantara telah yang menjadi broadcaster handal baik di ditingkat regional kota X maupun nasional, DJ Arie memiliki pandangannya mengenai kelebihan penyiar pria : 
"Kelebihan lainnya dari seorang penyiar cowok itu biasanya cowok lebih on beat”. Pendengar itu kan mendengarkan radio buat mendengarkan musik, nah mereka bakalan tambah senang kalau misalkan mendengarkan penyiar yang bisa on beat banget dengan musik. Nah kebetulan biasanya penyiar cowok yang lebih on beat. Karena cowok tuh biasanya lebih menghayati semua instrument dalam musik. Beda dengan penyiar cewek" 
Meski demikian, hal tersebut tidak berarti seorang penyiar pria memiliki pendengar yang terdiri wanita secara keseluruhan. Tidak menutup kemungkinan pendengar pria pun turut mendengarkan program siaran radio yang dibawakan oleh penyiar pria.
Berdasarkan perkembangan industri radio itulah, banyak stasiun radio di Kota X berlomba-lomba untuk menyuguhkan penyiar pria dengan kualitas dan performa (Air Personality) on air yang memukau.
Profesi penyiar radio dalam bidang komunikasi, termasuk seorang komunikator. Hal tersebut dikarenakan penyiar radio menyampaikan suatu pesan kepada pendengarnya yang dalam hal ini menempati posisi sebagai komunikan. Dan dalam upaya menyampaikan pesan secara optimal tersebut dan memenuhi target station radio yang menaunginya tersebut, mereka melakukan pengelolaan kesan agar tercipta air personality yang memukau. Pengelolaan kesan tersebut salah satunya dilakukan dengan mengelola kesan mereka melalui simbol verbal dan non verbal.
Pengelolaan kesan yang dilakukan penyiar pria tersebut sangat lumrah dilakukan dalam menjalani profesinya tersebut, guna menunjang air personality yang baik. Seorang penyiar pria jika telah berhasil menciptakan kesan di hadapan pendengarnya bahwa ia memiliki air personality yang baik, maka ia akan semakin disukai oleh pendengarnya.
Dari uraian yang telah penulis ungkapkan dalam latar belakang penelitian diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : "Bagaimana impression management seorang penyiar pria di station radio di Kota X (Studi dramaturgi tentang pengelolaan kesan di kehidupan panggung depan dan panggung belakang pada diri seorang penyiar pria di station radio kota X)?"

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengidentifikasi yang menjadi pokok masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut : 
1. Bagaimana impression management di kehidupan front stage (panggung depan) seorang penyiar pria di station radio Kota X?
2. Bagaimana impression management di kehidupan back stage (panggung belakang) seorang penyiar pria di station radio Kota X?
3. Bagaimana impression management seorang penyiar pria di station radio Kota X?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mendeskripsikan tentang impression management di kalangan penyiar pria di station radio kota X.
2. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui impression management di kehidupan front stage (panggung depan) seorang penyiar pria di station radio Kota X.
b. Untuk mengetahui impression management di kehidupan back stage (panggung belakang) seorang penyiar pria di station radio Kota X.
c. Untuk mengetahui impression management seorang penyiar pria di station radio Kota X.

D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Komunikasi secara umum, khususnya mengenai bidang kajian Impression Management. Terlebih lagi mengenai impression management pada diri seorang penyiar radio.
2. Kegunaan Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kepustakaan mengenai impression management dalam hal ini pada diri penyiar pria di station radio di Kota X, sehingga dapat berguna bagi mahasiswa secara umum, dan mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi pada khususnya. Serta sebagai literatur bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti kajian yang sama.
b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin mendapatkan informasi mengenai penyiar pria di kota X khususnya tentang impression management, sehingga diharapkan pula dapat memberikan pengaruh terhadap proses pembentukan persepsi pihak-pihak tersebut.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang komunikasi serta melatih kemampuan berfikir secara sistematis, juga sebagai proses belajar untuk dapat mempertajam daya nalar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar