Makalah Karyawisata Yogya

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada penyusun untuk menyelesaikan laporan perjalanan karyawisata ke Yogyakarta ini.

Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna, tentu kami sebagai penyusun tak luput dari kekurangan dan kesalahan, untuk itu saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Akhir kata penyusun mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat khusunya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.

DAFTAR ISI

Hal.
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................               1
1.1.Latar Belakang ....................................................................               1
1.2.Tujuan...................................................................................               1
1.3.Rumusan Masalah ...............................................................               1
1.4.Hasil Perumusan Masalah.....................................................               2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................               3
2.1.Candi Borobudur ................................................................               3
2.2.Monjali.................................................................................               4
2.3. Museum Soedirman dan Biologi..........................................               5
BAB III PENUTUP...............................................................................               7
 Kesimpulan                7          


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang kaya akan hasanah budaya dari Sabang sampai ke Merauke, terdapat beratus-ratus kebudayaan, baik yang besifat dan berakar dari adat istiadat maupun dari proses ritual,  ayitu Agama. Oleh karena itu kita sebagai warga Negara Indonesia, sudah selayaknya rnengenal budaya kita sendiri.

Dengan latar belakang kebudayaan tersebut kita mencoba mengeal salah satu kebudayaan Bangsa Indonesia yang berakar dari kegiatan mengenal budaya yang berupa mengenal rumah-rumah adat yang ada di Indonesia. Selain itu kita dapat mengambil suatu makna sejarah yang akan menjadi tolak ukur kita dalam mengisi pembangunan ini.

Manfaat kita mengenal suatu budaya sejarah pendahu kita adalah memberikan wawasan kepada kita apa langkah yang kita ambil dalam melestarikan peninggalan sejarah tersebut menjadi tempat rekreasi atau yang lainnya, yang terpenting peninggalan tersebut tetap terjaga dan terawat.

1.2.  Maksud dan Tujuan
Dengan mengenal sejarah dan budaya bangsa dengan sebaik-baiknya, tentu kita akan mengeral jiwa bangsa ini sendiri. Dari latar belakang masalah di atas, maksud dan tujuan kita mengenal segala hasanah budaya yang ada di Negara tercinta ini menjadi Negara yang besar, yang dapat ridhoo dari Allah SWT.

1.3.  Permusan dan Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan Karya Tulis ini, tidak semua objek yang ada di Yogyakarta  dijadikan bahan untuk menyusun makalah. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu dan penugasan sangat minim, maka kami mempersempit ruang gerak batasan makalah agar bisa tersampaikan berdasarkan kemampuan dan daya nalar kami sebagai seorang pelajar. Adapun hasil setelah dipersempit adalah sebagai berikut :
- Candi Borobudur
- Monjali
- Museum Soedirmandan Biologi
- Hotel

Itulah beberapa batasan hasil dari penyempitan dalam rangka mengefisienkan bahasa yang kami kuasai, dari hal dilakukan karena waktu kunjungan yang terbatas sehingga data tidak begitu lengkap.

1.4.  Tujuan dari Hasil Peerumusan Masalah
Tujuan utama adalah sebagai langkah yang dirasakan sangat efektif untuk memfokuskan suatu masalah dan tujuan-tujuan antara lain:
·         Merupakan media visualisasi sebagai pelengkap dari teori yang didapat di sekolah sehingga dapat memahami secara jelas dan nyata.
·         Memahami adat istiadat.




BAB II
TUJLTAN OBJEK-OBJEK WISATA

2.1. Candi Borobudur
Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang mendamba untuk mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder Heritages mi. Tak mengherankan, sebab secara arsitektural maupun fungsinya sebagai tempat ibadah, Borobudur memang memikat hati.

Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal  dibangun. Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak dl ternpat tinggi.

Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi clan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar clan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.

Bagian dasar Borobudur, disebut Kamadhatu, melambangkan rnanusia yang masih terikat nafsu. Empat tingkat di atasnya disebut Rupadhatu melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka. Sementara, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang disebut Arupadhatu, melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk. Bagian paling atas yang disebut Arupa rnelambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.
Setiap tingkatan memiliki relief-relief indah yang menunjukkan betapa mahir pembuatnya. Relief itu akan terbaca secara runtut bila anda berjalan searah jarum  jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, yaitu Ramayana. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).

Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari ajaran Budha. Yogyakarta mengajak anda untuk mengelilingi setiap lorong-lorong sempit di Borobudur agar dapat mengerti filosoB agama Budha. Atisha, seorang budhis asal India pada abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.

2.2. Monjali (Monumen Jogja Kembali)
Untuk mengenang peristiwa sejarah perjuangan bangsa, pada tanggal 29 Juni 1985 dibangun Monumen Yogya Kembali (Monjali). Peletakkan batu pertama monumen setinggi 31,8 meter dilakukan oleh HB IX setelah melakukan upacara tradisional penanaman kepala kerbau. Empat tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 6 Juli 1989, bangunan ini selesai dibangun. Pembukaannya diresmikan oleh Presiden Suharto dengan penandatanganan Prasasti.

Monumen yang terletak di Dusun Jongkang, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kapubaten Sleman ini berbentuk gunung, yang menjadi perlambang kesuburan juga mempunyai makna melestarikan budaya nenek moyang pra sejarah. Peletakan bangunanpun mengikuti budaya Yogya, terletak pada sumbu imajiner yang menghubungkan Merapi, Tugu, Kraton, Panggung Krapyak dan Parang Tritis.

Poros Makro Kosmos atau Sumbu Besar Kehidupan" begitu menurut Pak Gunadi pada Yogyakarta. Titik imajiner pada bangunan yang berdiri di atas tanah seluas 5,6 hektar ini bisa dilihat pada lantai tiga, tepatnya pada tempat berdirinya tiang bendera. Nama Monumen Yogya Kernbali merupakan perlambang berfungsinya kembali Pemerintahan Republik Indonesia dan sebagai tetengger sejarah ditarik mundurnya tentara Belanda dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan petinggi lainnya pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta.

2.3. Museum Soedirman dan Biologi
Museum ini terletak di ujung utara Kabupaten Bantul perbatasan dengan Kabupaten leman tepatnya di komplek Pangkalan Udara TNI-AU Adisucipto Yogyakarta. Museum ini banyak menampilkan sejarah Dirgantaraan bangsa Indonesia serta sejarah  perkembangan angkatan udara RI pada khususnya. Selain terdapat diorama juga terdapat bermacam-macam jenis pesawat yang dipergunakan pada masa perjuangan. Beberapa  model dari pesawat tersebut adalah milik tentara jepang yang digunakan oleh angkatan udara Indonesia.

Keberadaan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala berdasarkan atas gagasan dari Pimpinan TNI AU untuk mengabadikan dan mendokumentasikan segala kegiatan dan peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU. Hal tersebut telah lama dituangkan dalam Keputusan 1Vlenteri/ Panglima Angkatan Udara No. 491, tanggal 6 Agustus 1960 tentang Dokumen clan Museum Angkatan Udara. Setelah mengalami proses yang lama, pada tanggal 21 April 1967, gagasan itu dapat  diwujudkan dan organisasinya berada di bawah Pembinaan Asisten Direktorat Budaya dan Sejarah Menteri Panglima Angkatan Udara di Jakarta. Berdasarkan Instruksi Menteri Panglima Angkatan Udara Nomor 2 tahun 1967, tanggal 30 Juli  1967 tentang peningkatan kegiatan bidang sejarah, budaya, dan museum, maka  Museum Angkatan Udara mulai berkembang dengan pesat. Berkat perhatian yang  besar, balk dari Panglima Angkatan Udara maupun Panglima Komando Wilayah  Udara V (Yang Kowilu V), pada tanggal 4 April 1969 Museum Pusat TNI AU yang berlokasi di Markas Komando Udara V, di Jalan Tanah Abang Bukit Jakarta,  diresmikan oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Roesmin Noerjadin.
           
Berdasarkan berbagai pertimbangan bahwa kota Yogyakarta pada periode 1945-1949 mempunyai peranan penting dalam sejarah, yaitu tempat lahirnya TNI AU dan pusat kegiatan TNI AU, serta merupakan kawah Candradimuka bagi Kadet Penerbang/ Taruna Akademi Angkatan Udara. Berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor Kep/11/IV/1978, museum yang semula berkedudukan di Jakarta, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf  TNI AU Nomor Skep/04/IV/1978 tanggal 17 April 1978, museum yang berlokasi di Kampus Akabri Bagian Udara itu ditetapkan oleh Marsekal TNI Ashadi Tjahyadi menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, pada tanggal 29 Juli 1978 yang bertepatan dengan peringatan Hari Bhakti TNI AU. Perkembangan selanjutnya, museum itu tidak dapat menampung lagi koleksi alutsista yang ada karena lokasinya yang sukar dijangkau oleh umum dan kendaraan. Oleh karena itu, pimpinan TNI AU memutuskan untuk memindahkannya ke gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud Adisucipto. Sebelum pemindahan dilakukan gedung itu direhabilitasi untuk dijadikan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17 Desember 1982, Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani prasasti sebagai bukti dimulainya rehabilitasi gedung itu.

Penggunaan dan pembangunan kembali gedung bekas pabrik gula itu diperkuat dengan Surat Perintah Kepala Staf TNI AU Nomor Sprin/OS/IV/1984, tanggal 11 April 1984. Dalam rangka memperingati Hari Bhakti TNI AU, tanggal 29 Juli 1984, Kepala Staf TNI AU 1Vlarsekal TNI Sukardi meresmikan gedung yang sudah direhabilitasi itu sebagai gedung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. Lokasi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala itu berada di Pangkalan Udara
Adisucipto, di bawah Sub Dinas Sejarah, Dinas Perawatan Personel TNI AU, Jakarta.
Bangunan, Gedung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala yang ditempati sekarang adalah bekas pabrik gula Wonocatur pada zaman Belanda, sedangkan pada zaman Jepang digunakan untuk gudang senjata dan hanggar pesawat terbang. Koleksi, Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala memamerkan benda-benda koleksi sejarah, antara_;,lain : koleksi peninggalan para pahlawan udara, diorama, pesawat miniatur, pesawat terbang dari negara-negara Blok Barat dan Timur, senjata api, senjata tajam, mesin pesawat, radar, born atau roket, parasut dan patung-patung tokoh TNI Angkatan Udara.



BAB III
PENUTUP

Atas berkat rahmat Yang Maha Kuasa yang telah memberi rahmat dan hidayahnya kepada penyusun sehingga terselesaikannya laporan ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dan bapak guru yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, semoga apa yang diberikan kepada karni mendapat pahala dari Alloh SWT.Amiin.
Kami menyadari penyusunan Laporan ini masih jauh dari sempurna, kami mohon maaf bila dalam penyusunan laporan ini tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Semoga laporan ini dapat berguna khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca laporan int.

3.1. Kesimpulan
Laporan ini kami ajukan untuk lebih mengenal alam dan budaya Indonesia, serta mempertebal rasa cinta tanah air dan bangsa. Selain kami dapat menghayati dan memahami budaya dan adat istiadat Bangsa Idonesia yang beraneka ragam jumlahnya.
Kekayaan budaya Indonesia yang beratus-ratus jumlahnya ini merupakan kekayaan yang tidak terhingga nilainya. Oleh sebab itu, memerlukan penanganan yang serius dan berkelanjutan agar tidak terpengaruh dan terbawa arus modernisasi.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar