Stasiun TuguJogjakarta di Daerah Istimewa Yogyakarta (D. I. Yogyakarta)
(Sumber: Sari, Ina Parawira. 2007. Jogja Punya Cerita. Jakarta: AzkaMuliaMedia.)
Perjalanan mereka dilanjutkan menuju Stasiun TuguJogjakarta. Kiranya tak ada pemberhentian kereta yang letaknya strategis Stasiun TuguJogjakarta. Bagaimana tidak, stasiun utama di kota Gudeg ini terletak tepat di jantung kota dan dekat dengan berbagai objek wisata.
Stasiun TuguJogjakarta mulai melayani kebutuhan transportasi sejak 2 Mei 1887, sekitar 15 tahun setelah Stasiun Lempuyangan. Awalnya, stasiun ini hanya digunakan untuk transit kereta pengangkut hasil bumi dari daerah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Namun sejak 1 Februari 1905, stasiun ini mulai digunakan untuk transit kereta penumpang. Jalur luar kota pertama dibangun tahun 1899, menghubungkan Jogjakarta dan Surakarta.
Berawal dari sebuah stasiun kecil, Stasiun TuguJogjakarta kini telah menjadi salah satu stasiun terbesar di Indonesia. Memiliki 6 jalur kereta, stasiun ini melayani transportasi dari hampir seluruh kota besar di Jawa. Lebih dari 20 keberangkatan dan kedatangan kereta berlangsung setiap hari, baik kereta ekonomi, bisnis, maupun eksekutif. Ada berbagai tawaran kereta dan waktu keberangkatan untuk menuju daerah tertentu sehingga Anda memiliki banyak pilihan.
Karena dibangun pada masa colonial Belanda, arsitektur bangunannya pun sangat kental dengan nuansa Eropa. Begitu turun dari kereta, Anda akan langsung mengenalinya dari pintu-pintu besar berwarna cokelat serta langit yang tinggi dimantapkan dengan warna dinding yang putih. Anda juga bisa menikmati pesona bangunan stasiun yang hingga sekarang ini masih dipertahankan keasliannya dari depan. Bangunan tampak megah dengan pintu besar dan dua atap yang memayungi jalur kereta.
Stasiun TuguJogjakarta merupakan salah satu stasiun besar yang masih mempertahankan fungsinya sebagai tempat perawatan kereta, berbeda dengan stasiun besar umumnya yang kini hanya sebagai tempat transit. Karenanya, Anda bisa berkelana ke sudut stasiun untuk dapat menyaksikan aktivitas montir kereta serta menelusuri jejak ketuaan stasiun kereta ini. Beberapa karyawan di stasiun ini cukup mengetahui sejarah Stasiun TuguJogjakarta sehingga dapat diajak berbincang.
Bila menuju kebagian barat Stasiun TuguJogjakarta, Anda akan menemui tempat perbaikan lokomotif kereta. Anda pasti takjub karena bisa mengamati secara detail setiap komponen yang ada di lokomotif. Bahkan, anda bisa mengamati mesin dari bawah karena ada sebuah tangga menuju bagian bawah lokomotif yang ‘diparkir’. Tak jauh dari situ, anda bisa melihat patung kereta kuno berwarna hitam yang juga menarik untuk dinikmati.
Berjalan sedikit ke selatan, Anda dapat menemui tempat perbaikan gerbong kereta. Meski tak bisa masuk, Anda bisa mengintipnya dari pagar besi berwarna putih biru yang mengelilinginya. Memandang ke atas, akan terlihat sebuah onderdil kereta yang diletakkan di menara berwarna kuning. Onderdil itu adalah Derek penyambung gerbong kereta yang telah digunakan sejak jaman Belanda. Bila anda berjalan ke utara maka akan ditemui para petugas pembersih kereta.
IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):
(Source: Sari, Ina Parawira., 2007. Jogja Story. Jakarta: AzkaMuliaMedia.)
Their journey continues towards TuguJogjakarta Station. It seems there is no stopping the train station conveniently located TuguJogjakarta. How not, the main station in the city Gudeg is located right in the heart of the city and close to many attractions.
TuguJogjakarta station began serving transportation needs since May 2, 1887, some 15 years after Lempuyangan Station. Initially, the station is only used for the transit railway transport produce from areas of Java, Sumatra, Kalimantan, and Sulawesi. However, since February 1, 1905, the station began to be used for rail transit passengers. Line outside the city was first built in 1899, connects Jogjakarta and Surakarta.
Starting from a small station, TuguJogjakarta Station has now become one of the largest stations in Indonesia. It has a 6 train lines, the station serves the transportation of almost all big cities in Java. More than 20 train departures and arrivals take place every day, good railway economics, business, and executive. There are various offers to train and departure time towards a particular area so that you have plenty of choices.
Because built during the Dutch colonial architecture, the building is very thick with a European feel. Once off the train, you will instantly recognize from the doors of the big brown sky high and strengthened with a white wall color. You also can enjoy the charm of the station building, which until now is still maintained its authenticity from the front. The building looks magnificent with large doors and two roof rail line umbrella.
TuguJogjakarta Station is one of the major stations that still retain its function as a place to train nursing, in contrast to the station that is now generally only as a transit point. Therefore, you can wander into the corner of the station to be able to see the activities of railway mechanic and trace the train's age. Some employees at the train station is enough to know the history TuguJogjakarta so it can talk to.
When heading west gets TuguJogjakarta Station, you will see the train locomotive repair place. You must be amazed to observe in detail each component in the locomotive. In fact, you can observe the machine from below because there is a ladder toward the bottom of the locomotive were 'parked'. Not far from there, you can see the statue of the ancient black train is also interesting to enjoy.
Walk a little to the south, you can see where repairs railroad cars.Although I can not get in, you can peek of blue white iron fence that surrounds it. Look up, you will see a train parts are placed in the yellow tower. Parts it was Derek connecting train cars that have been used since the Dutch. If you walk to the north it will be met by the train janitors.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar