Sejarah Situs Rajegwesi Kotif Banjar

Sejarah Situs Rajegwesi Kotif Banjar
Sejarah Situs Rajegwesi Kotif Banjar

Situs Rajegwesi secara administratif termasuk di dalam wilayah Dusun Pananjung, Desa Mulyasari, Kec. Pataruman, Kotif Banjar, Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat. Lokasi berada pada areal perkebunan milik PTP Nusantara VIII, Kebun Batulawang, Afdeeling Mandalareh. Secara geografis berada pada posisi 108°35’28” BT dan 7°20’54” LS (berdasarkan peta topografi daerah Banjar lembar 4720-IV).

Bekas bangunan candi berada di sebuah gundukan tanah pada kelokan sungai sebelah selatan Citanduy. Gundukan tanah ini tingginya sekitar 7 m dari lahan sekitar dengan diameter sekitar 70 m. Di sebelah barat candi Rajegwesi berjarak lurus 1500 m, merupakan pertemuan antara sungai Cijulang dan Citanduy. Sekitar lokasi situs berupa lahan perkebunan karet dan kebun palawija. Geomorfologi kawasan situs secara umum merupakan pedataran bergelombang dengan ketinggian antara 10 hingga 100 m di atas permukaan laut. Beberapa bukit dengan ketinggian sekitar 100 m terdapat di daerah ini. Bukit-bukit tersebut antara lain pasir Lanang, pasir Gede, pasir Pangrampogan, pasir Panenjoan, pasir Cicangkorek, pasir Peuteuy, pasir Mandalare,dan pasir Panji. Di antara perbukitan tersebut Citanduy mengalir (berdasarkan peta topografi daerah Banjar lembar 4720-IV).

Puncak bukit di mana terdapat runtuhan bangunan candi ditumbuhi beberapa pohon besar antara lain beringin, serut, dan kopo (semacam jambu air). Berdasarkan pengamatan secara megaskopis, kondisi geologis bukit di mana candi Rajegwesi berada merupakan intrusi (terobosan) batuan beku. Candi itu sendiri tepat pada puncak intrusi. Singkapan batuan beku juga kedapatan di tepi Citanduy dan pada lahan perkebunan yang terdapat di sebelah barat candi. Pengamatan terhadap data arkeologis yang dilakukan, menunjukkan adanya sebaran bata yang sudah tidak terstruktur karena terangkat akar pohon. Bata tersebut terpusat pada puncak bukit dengan radius 8 m. Hampir semua bata dalam keadaan tidak utuh. Satu-satunya bata utuh yang ditemukan berukuran panjang 30 cm, lebar 20 cm, dan tebal 7 cm. Selain bata juga terdapat batu andesitik dan tufa. Keadaan yang ada sekarang di tengah sebaran bata tersebut terdapat kumpulan batu dan bata yang bentuknya seperti jirat makam dengan orientasi utara-selatan. “Makam” tersebut berukuran panjang 170 cm, lebar 90 cm, dan tinggi 40 cm. Di sebelah timur “makam” pada sisi talud terdapat dua buah batu datar yang disusun seperti altar. Pengamatan pada permukaan tanah sekitarnya tidak ditemukan adanya artefak lainnya.

Mengenai nama Rajegwesi menurut keterangan penduduk dahulu di lokasi tersebut terdapat besi berjajar yang tertancap di tepi sungai. Asal-usul besi tersebut secara pasti tidak diketahui. Ada yang mengatakan sebagai penahan erosi, tetapi ada juga yang menceritakan bekas perahu yang tenggelam. Besi-besi tersebut sekarang sudah tidak tersisa lagi. Menurut penuturan salah seorang penduduk, pada sekitar tahun 1945-an bukit tersebut belum ditumbuhi pohon besar. Dahulu hanya ada batu panjang yang tertancap dan bata-bata besar seperti yang ada sekarang tidak tampak. Pada tahun 1960-an sudah ada pohon dan bata bata besar mulai terlihat. Batu panjang yang dahulu tertancap sudah tidak ada.

Keterangan yang diberikan oleh Bp. Marto yang sekarang mengurus lokasi tersebut (juru kunci), pada sekitar tahun 1960-an yang terlihat hanya bata-bata besar. Karena banyak yang datang untuk berziarah kemudian batu dan bata yang ada dibentuk menyerupai jirat makam. Akhirnya masyarakat menyebut bahwa lokasi itu sebagai makam Prabu Songsong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar