Makalah Pola Pembelajaran Baca Al Quran

Pola Pembelajaran Baca Al Quran Luar Sekolah

Pendahuluan

Sebagai sumber utama dalam Islam, al-Qur`an memiliki posisi istimewa bagi kaum Muslimin baik dalam struktur keimanan (teologis) maupun dalam rumusan kehidupan (sosial) mereka. Secara teologis, ini berkaitan dengan hakikat al-Qur`an itu sendiri yang merupakan kalam Allah (wahyu) yang disampaikan kepada manusia melalui Nabi-Nya, Muhammad SAW, sebagai pedoman dan petunjuk (hudan) dalam mengarungi kehidupan ini. Implikasinya, secara sosiologis, al-Qur`an menjadi sumber nilai, norma, hukum, paradigma dan inspirasi bagi seorang Muslim dalam mengkonstruk bangunan hidup dan kehidupannya, kapanpun dan di manapun sebagai wujud dari sifat al-Qur`an yang rahmatan li al-'alamin.

Keistimewaan al-Qur`an tersebut memunculkan usaha kaum muslimin untuk mempelajari kandungannya dari berbagai aspek keilmuan yang berkembang dalam khazanah intelektualitas muslim. Karenanya, muncul berbagai lembaga/program pendidikan al-Qur`an dari tingkat pemula sampai tingkat lanjutan. Di antaranya dalam lingkungan masyarakat Muslim Indonesia ialah Taman Pendidikan Al-Qur`an (TPA). Sebuah institusi non-formal yang mengelola pembelajaran Qur`an untuk anak-anak seusia prasekolah hingga SD.

TPA sebagai sebuah pendidikan agama Islam luar sekolah telah demikian eksis di masyarakat Muslim Indonesia, hampir tiap masjid/musholah memilikinya, termasuk di Kecamatan Lowokwaru Kodya Malang.


PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.

Beberapa pendapat mengenai pengertian pembelajaran, diantaranya: (a) Menurut Sujana, pembelajaran adalah setiap upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan mengajar (Sudjana, 2001); (b) Menurut E. Mulyasa, pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan (Mulyasa, 2004); (c) Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah sebuah kombinasi yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2001).

Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses perubahan status siswa (pengetahuan, sikap dan perilaku) yang menuntut keaktifan guru untuk memodifikasi berbagai kondisi, melibatkan unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan membaca menurut I Gusti Ngurah Oka adalah proses pengolahan bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak dari bacaan itu (Oka, 1983).

Dan menurut Sudarso, membaca adalah proses melisankan paparan bahasa tulis melalui aktivitas yang kompleks yakni harus menggunakan pengertian, hayalan, menghayati, dan mengingat-ingat hasil bacaan (Sudarso, 1993).

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan mempersepsi tuturan tertulis melalui pengolahan bacaan secara kritis dan kreatif agar memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu.

Secara keseluruhan yang dimaksud dengan pembelajaran membaca al-Qur’an adalah sebuah proses yang menghasilkan perubahan-perubahan kemampuan melafalkan kata-kata, huruf atau abjad al-Qur’an yang diawali huruf a’ (ﺃ) sampai dengan ya’ (ﻱ) yang dilihatnya dengan mengerahkan beberapa tindakan melalui pengertian dan mengingat-ingat (Faizah, 2006).


B. Tujuan Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Dalam tujuan ini terhimpun sejumlah norma yang akan ditanamkan dalam anak didik. Sehingga berhasil atau tidaknya tujuan pembelajaran dapat diketahui dari penguasaan anak didik terhadap bahan yang diberikan selama proses belajar mengajar berlangsung (Sudjana, 1995).

Menurut Abdurrahman an-Nahlawi tujuan adanya pendidikan al-Qur’an termasuk di dalamnya pembelajaran membaca al-Qur’an diharapkan santri mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, memahami dengan baik dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (An-Nahlawi, 1989).

Sedangkan tujuan pembelajaran membaca al-Qur’an menurut Mardiyo, diantaranya santri dapat membaca al-Qur’an dengan mantap, baik dari segi ketepatan harakat, saktat (tempat-tempat berhenti), menyembunyikan huruf-huruf dengan makhrajnya dan persepsi maknanya, mengerti makna al-Qur’an dan terkesan dalam jiwanya, mampu menimbulkan rasa haru, khusuk, dan tenang jiwanya serta takut kepada Allah, membiasakan santri membaca pada mushaf dan memperkenalkan istilah-istilah yang tertulis baik untuk waqaf, mad dan idghom (Mardiyo, 1999).


C. Pola Pembelajaran al-Qur`an di TPA 

Di dalam Ensiklopedi Islam (1996: 218-220) disebutkan bahwa Taman pendidikan Al-Qur`an (TPA) merupakan lembaga yang dikhususkan untuk anak seusia SD (7-12 tahun). Tujuan umumnya ialah menyiapkan anak didik agar menjadi generasi qur`ani, yaitu generasi yang mencintai al-Qur`an, berkomitmen dengan al-Qur`an serta menjadikan al-Qur`an sebagai bacaan dan pandangan hidup sehari-hari. Sedangkan tujuan utamanya ialah mendidik santri mampu membaca al-Qur`an dengan benar sesuai ilmu tajwid. TPA ini dibina oleh Departemen Agama Direktorat Penerangan Agama Islam dan Penyelenggaranya adalah masyarakat.

TPA juga disebut pengajian anak-anak dalam bentuk baru dengan metode praktis di bidang pengajaran membaca al-Qur`an yang dikelola secara profesional. Target operasionalnya ialah: dalam waktu kurang lebih satu tahun, diharapkan setiap anak didik memiliki (1) kemampuan membaca al-Qur`an dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu Tajwid; (2) melakukan shalat dengan baik dan terbiasa hidup dalam suasana yang islami; (3) hafal beberapa surat pendek, ayat-ayat pilihan dan do'a sehari-hari; dan (4) dapat menulis huruf al-Qur`an.

TPA merupakan penunjang pendidikan agama Islam pada lembaga-lembaga pendidikan formal (SD/MI), karenanya diselenggarakan pada siang/sore hari di luar jam sekolah. Bagi lingkungan masyarakat yang memiliki Madrasah Diniyah pada jam-jam tersebut, TPA dapat dijadikan sebagai kegiatan pra-Madrasah Diniyah.

Lamanya pendidikan dengan metodologi Iqra` misalnya adalah 1 tahun (terbagi dalam 2 semester), masuk 3 kali dalam seminggu, masing-masing 60 menit. Dengan pola masuk seperti ini TPA dapat menggunakan pula fasilitas gedung TK/SD/MI. awal tahun ajaran tidak ditentukan dengan pasti. Dengan fleksibelitas sistemnya, maka TPA dapat menerima santri sewaktu-waktu selama tersedia tenaga pengajar dan ruang kelas. Akhir semester (baik semester ganjil maupun genap) ditandai dengan pembagian raport. Bagi santri yang telah lulus dengan metode Iqra` jilid 6 (telah mampu membaca al-Qur`an dengan benar), di samping mendapat raport juga mendapat ijazah dengan upacara wisuda. Wisuda dilaksanakan setiap semester atau satu tahun sekali sebagai forum silaturrahmi antara pengelola, tenaga pengajar dan wali santri.

Materi pelajaran adalah belajar membaca al-Qur`an dengan menggunakan buku Iqra` jilid 1-6, kemudian dilanjutkan dengan tadarrus al-Qur`an (mulai juz 1). Sebagai materi tambahan atau penunjang adalah hafalan bacaan shalat, surah-surah pendek, do'a-do'a sehari-hari dan ayat-ayat pilihan. Tiap kelas berisi 20-30 santri.

Seiring dengan semakin berkembangnya temuan metodologi pembelajaran baca al-Qur`an (selain Iqra`) pada dekade terakhir ini, maka dimungkinkan berkembang pula pola pembelajaran yang diterapkan di TPA, dan itulah yang hendak dieksplorasi lebih jauh dalam artikel ini.


D. METODE PENELITIAN 

Pengumpulan data dalam penelitian ini ditempuh dengan cara sebagai berikut: (a) Observasi, dilakukan untuk mengetahui dari dekat kondisi riil jumlah maupun aneka pola pembelajaran baca Qur`an di TPA se-Lowokwaru. Dalam hal ini peneliti turun langsung melakukan penelusuran di ruang pembelajaran berbagai TPA tersebut; (b) Wawancara, dilakukan dengan cara bertanya secara langsung dan mengalir kepada beberapa informan yang terlibat dalam pengeloaan TPA untuk memperdalam data yang diperoleh dari metode yang lain. Wawancara ini diarahkan pada wawancara tidak berstruktur; (c) Dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan dokumen tentang pola pembelajaran di TPA se-Lowokwaru seperti modul, diktat, dan panduan pembelajaran yang digunakan.

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini, peneliti berperan sebagai pengamat, pengumpul dan sekaligus pengolah data. Sebagai alat bantu digunakan berbagai sarana seperti tape recorder, kamera digital serta alat tulis lainnya.

Pemeriksaan data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi sumber. Di sini peneliti membandingkan kepercayaan suatu informasi dengan cara: (1) membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara; (2) membanding perkataan (data lisan, hasil wawancara) dengan dokumen yang tertulis; (3) membandingkan apa yang tertulis dalam dokumen terkait dengan realitas hasil observasi.

Pengelohan data dalam penelitian ini menggunakan metode induktif. Ini dilakukan untuk memperoleh gambaran utuh tentang pola pembelajaran yang ada di TPA se-Lowokwaru.Prosesnya dimulai dengan penelaahan data yang ditemukan dari wawancara, dokumentasi ataupun observasi, kemudian dilakukan reduksi dengan membuat abstraksi yang berupa rangkuman-rangkuman (simpul-simpul). Selanjutnya data yang berupa rangkuman abstraksi disusun dalam satuan-satuan dan diidentifikasi dengan pemberian kode atau tanda agar memudahkan analisa atau pengecekan. Lalu dilakukanlah pemeriksaan keabsahan data melalui teknik triangulasi seperti yang telah dijelaskan di atas. Setelah semua tahapan tersebut selesai dan pengumpulan data dirasa cukup, peneliti mulai melakukan penafsiran data secara kritis sehingga menjadi kesimpulan teoritis yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.


Download dalam Bentuk Doc

Daftar Pustaka
  • Abdullah, “Pengertian Belajar”, www.smu-net.com, diakses: Senin, 23 April 2007.
  • An-Nahlawi, Abdurrahman. 1989. Prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Dipenogoro. Bandung.
  • Faizah, Umdzatul. 2006. Pembelajaran Membaca Al-Quran dengan Metode Qira’ati pada Anak Prasekolah di TK Islam Hidayatullah Semarang, Skripsi Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang (tidak diterbitkan).
  • Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
  • Mardiyo. 1999. Pengajaran Al-Qur'an. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
  • Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004. Remaja Rosdakarya. Bandung.
  • Oka, I Gusti Ngurah. 1983. Pengantar Membaca dan Pengajarannya. Usaha Nasional. Surabaya.
  • Sudarso. 1993. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
  • Sudjana, Nana. 1995. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru al-Gesindo. Bandung.
  • Sujana, Djuju S. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Falah Production. Bandung.
  • Tim Penyusun. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi II. Depart. Pendidikan dan Kebudayaan & Balai Pustaka. Jakarta.
  • Tim Penyusun. 1996. Ensiklopedi Islam . Jakarta
  • Tim penyusun. 2004. Thariqah Baca Tulis dan Menghafal al-Qur`an “Yanbu’a”. Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur`an. Kudus.
  • Tim Perumus P5Q. 1998. “Tartiila” Cara Cepat Membaca Al-Qur`an. Jilid 1. Jam’iyyatul Qurro` wal Huffadh Jawa Timur.
  • Transkrip Hasil Wawancara dengan Agus Rahmatullah, Ketua TPA Sirathal Jannah Jl. Joyo Raharjo Merjosari tanggal 4 Oktober 2007.
  • Transkrip hasil Wawancara dengan Nur Khalifah, Ketua TPA Darussalam Jl. MT. Haryono VIIIA/1017 Dinoyo, Selasa 23 Oktober 2007.
  • Transkrip hasil Wawancara dengan Uswatun Hasanah, Ketua TPA Miftahul Ulum, Jl. Joyo Pranoto Merjosari tanggal 4 Oktober 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar