Contoh Cerpen
(Sumber: Ciptaan Pemilik Blog)
Rasa Rumah Sakit
Sebagai pelajar di Sekolah Menengah Atas, hari Senin ini aku tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Pukul Sembilan pagi aku sudah menunggu duduk di rumah sakit di Paju, tidak jauh dari kota. Aku menunggu tepat di ruangan Askes. Askes adalah Asuransi kesehatan yang merupakan fasilitas dari pemerintah untuk pegawai negeri dan keluarganya untuk berobat secara gratis. Itulah yang membuat aku juga tidak malas ke rumah sakit. Perasaan ingin cepat keluar dari ruangan Askes muncul dari hati. Karena aku merasa lelah dan pusing sehingga aku menunggu dan membuat aku bosan dan malas. Aku menunggu untuk antri. Aku mendapatkan selembar kartu antre bernomor delapan puluh dengan angka berwarna hitam dengan background warna hijau. Dibawah nomor tersebut terselip nama “ASKES”. Melihat raungan Askes dengan penuh antrian sehingga membuat ruangan semakin pengap. Aku juga heran melihat pengunjung di ruangan Askes yang ternyata akulah yang paling muda dan yang lain sudah lanjut usia. Aku merasa minder juga jika ingin ke rumah sakit karena hal penyakitku ini. Terdengar suara delapan puluh. Itulah adalah nomor antrianku.
“Delapan puluh, Delapan puluh”
“Oh, ya!”
Lalu aku duduk di depan seseorang yang berpakaian berwarna hitam dan rapi didadanya ada tulisan “ASKES”. Dia adalah pegawai ASKES.
“Rujukannya mas”
“Ini”
Aku memberikan rujukan yang sejak kemarin diberikan oleh puskesmas di kecamatanku. Dengan cepat, pegawai ASKES itu melihat sebuah bidang monitor televise yang dilihat pegawai itu dengan mata melotot. Pegawai ASKES itu dengan ce[at mengetik sesuatu pada sebuah papan keyboard. Jary jemarinya telah terlatih dan sangat cepat dapat menyelesaikan apa yang dia perlukan untuk diketik. Selain itu, pegawai yang memakai seragam hitam itu menulis seusatu rujukan. Aku yang menunggu tidak lama sudah menerima rujukanku kembali dan diberi suatu lembaran putih. Lembaran putih yang pada dipojok kanan atas terdapat tulisan “ASKES”. Menurutku itu struk ASKES.
“Silahkan menuju loket ASKES, pada loket 91”
“Terima kasih”.
Lalu aku berdiri dari kursi dan bergegas menuju loket ASKES. Dengan langkah yang santai tetapi dalam hati meminta cepat dalam melangkah. Akhirnya aku sampai di depan loket ASKES. Aku menaruh lembaran struk ASKES dalam sebuah lubang loket ASKES yang berkaca. Nampak seorang pegawai perempuan mudah berpakaian coklat. Nampaknya pegawai perempuan itu merupakan pegawai yang mengurusi struk ASKES. Seorang pegawai itu mengambil ASKES yang aku dapat dari pegawai ASKES yang berseragam hitam tadi. Tidak lama aku menunggu. Lalu pegawai perempuan itu memberikan struk ASKES dan meminta aku untuk datang di ruang poli dalam. Aku mengambil kembali struk ASKES dan aku membawa struk itu dan berjalan menuju tempat tujuanku selanjutnya.
“Silahkan ke ruang poli dalam”
“Baik”
Aku lihat isi struk ASKES itu, terdapat nama lengkapku, alamat rumahku, diagnose “Syindrom Nephrotik” dengan huruf Times New Roman. Lalu aku lihat pada jam sudah menunjukkan jam Sembilan pagi. Langkahku semakin berdebar. Aku tidak melangkahkan kakiku menuju ke ruang poli dalam tetapi aku langsung menuju ke laboratorium untuk tes urine atau kencing.
Melangkah dengan langkah lebar menuju ruangan kecil pojok yang diberi nama laboratorium. Saat aku berjalan menuju ruang laboratorium, aku melihat banyak mahasiswa. Setiap kali aku bersandingan dan sekaligus melewati para mahasiswa yang sedang praktek di rumah sakit ini. Selain itu, banyak pula orang sakit yang berdatang untuk memeriksa kondisi tubuhnya.
Akhirnya, aku sampai di laboratorium. Dengan ruangan kecil tetapi dalam kondisi baik. Aku berikan surat rujukan dan struk ASKES kepada seorang pegawai yang berpakaian rapi dan berjilbab. Lalu pegawai berpakaian berwarna coklat itu juga mengambil surat rujukan dan struk ASKES. Aku hanya berdiri dan melihat gerak-geriknya. Pegawai itu mengambil wadah kecil seperti botol kecil.
“Silahkan diberi urine dulu dalam botol ini dan silahkan ke toilet dulu, lalu kembalikan botol ini kembali ke saya”
“Dimanakah toiletnya”
“Dipojokan itu”
“Terima kasih”
Lalu aku menuju toilet untuk mengisi urine atau air kencing. Sebenarnya, aku belum merasa pipis namun aku akan kupaksa. Dengan langkah yang santai aku menuju toilet.
Setelah aku sampai di toilet. Aku sunggu sangat prihatin. Ketika membuka pintu toilet, bau yang tidak aku pikirkan menyambutku. Bau yang aku hirup sangatlah tidak sedap. Bau pesing ditambah keadaan ruang toilet yang lembab. Semua penat dan pusing yang aku rasakan ketika mengantri semakin diperparah dengan pesingnya toilet. Aku memasuki bilik kecil dan kaget. Keadaan tempat closet yang air yang macet, lembab dan jorok. Kemudian aku kencing. Setelah selesai, aku cepat-cepat keluar dari ruangan yang kuanggap ruang jorok. Aku menaruh botol urine tersebut di dalam sebuah kantung plastik kecil dan aku bawa menuju keluar toilet. Sungguh menyedihkan ruangan tersebut.
Sampai di ruangan laboratorium, aku berikan sebuah kantung plastic kecil yang berisi botol tadi ke pegawai berseragam coklat.
“Silahkan tunggu”
“Baik”
Aku menunggu diruang tunggu laboratorium. Aku merasa semakin lama aku menunggu semakin pusing dan mengantuk. Tiba-tiba salah satu pegawai memanggilku.
“Tolong antarin ini ke ruang Laboratorium di gedung itu, lantai dua. Nanti naik lift saja”.
“Baik”
Aku diberikan sebuah kantung plastic kecil oleh pegawai itu. Pegawai itu berbadan agak gemuk. Lalu dengan langkah santai aku menuju ke gedung lantai dua.
Aku berdiri di sebuah ruangan. Dimana aku melihat sebuah lift. Lift itu berpintu besi stains tell yang masih tertutup. Dengan warna itu membuat pintu semakin menarik aku untuk mencoba menaiki lift ini. Aku lalu memencet tombol ke bawah. Tiba-tiba muncul disebelahnya yang semula nomor empat menjadi nomor satu. Tidak lama kemudian pintu terbuka. Lalu aku masuk ke ruang lift. Kemudian di dalamnya ada tombol. Aku coba untuk memencet tombol. Aku pencet tombol ke atas dan memilih nomor dua. Tidak lama kemudian, lift sepertinya bergerak menuju ke atas. Wah seperti ada gerak yang aneh. Wah ruangan tidak gelap. Ini pengalamanku yang sebelumnya belum pernah mencoba lift ini. Akhirnya aku sampai juga diruang lantai dua.
Aku lalu melangkahkan kakiku menuju sebuah ruangan. Lalu tiba-tiba dari belakang muncul seorang laki-laki dengan memakai pakaian biasa.
“Ada apa mas?”
“Ini mau ngantarin dan saya mau ambil hasil tes saya atas nama Dimas Erda”
Kemudian laki-laki yang berpakaian rapi tersebut masuk ke ruangan laboratorium. Aku menunggu di depan ruangan laboratorium. Di pintu ruangan laboratorium bertuliskan “Dilarang masuk kecuali karyawan”. Aku terus menunggu. Aku merasakan senang karena pertama kali menaiki lift yang ada di rumah sakit ini. Aku melihat ruangan disekitar masih belum lengkap. Rumah sakit baru di Paju ini memang baru diresmikan dibuka pada tahun ini. Sehingga barang-barang masih ada di rumah sakit lama di Keniten sehingga belum seratus persen di pindahkan.
Aku terus menunggu dan menunggu. Rasa ngantuk terus aku rasakan. Aku yang duduk di depan ruangan laboratorium di sebuah kursi panjang. Lalu muncul laki-laki berpakaian rapi tadi keluar dari laboratorium dan mendekatiku dengan membawa secarik kertas.
“Ini hasil laboratorium langsung ke ruangan laboratorium”
“Terima kasih”
Aku langsung meninggalkan laki-laki tersebut dan menuju ke laboratorium dengan melalui lift.
Di dalam hatiku sangat senang karena sekali lagi aku memakai lift ke bawah. Aku pencet tombol ke bawah. Pintu lift masih belum terbuka. Tidak lama pintu lift terbuka. Aku melangkahkan kakiku menuju lift dan memasuki sebuah bilik kecil. Lalu di dalam lift terdapat tombol nomor angka dari angka satu, dua, tiga, dan empat. Aku pencet tombol nomor satu. Karena aku mau memencet tombol nomor satu. Setelah aku memencet tombol nomor satu, lift kemudian terasa turun. Lalu terbukalah pintu lift dan sampailah di lantai satu. Aku keluar dari ruangan lift. Lalu pintu lift tertutup kembali. Aku melangkahkan menuju ruangan laboratorium.
Sampai di ruangan laboratorium, aku lalu menuju pegawai yang berjilbab. Aku menemui pegawai berjilbab dan memberikan kertas hasil laboratorium. Pegawai yang berjilbab lalu mengambil kertas hasil laboratorium. Aku kembali menunggu di ruangan laboratorium. Tidak lama juga, pegawai yang berjilbab memberiku sebuah rujukan dan kertas hasil laboratorium. Kemudian aku memberikan terima kasih dan berjabat tangan dengan pegawai yang memakai jilbab rapi. Aku langsung melangkahkan langkahku menuju ruang poli dalam.
Di dalam perjalanan ke ruangan poli dalam, aku membuka hasil laboratorium. Aku membuka kertas itu dan membaca isinya. Ternyata hasil laboratorium menyatakan negative. Itu berarti kesehatanku membaik. Aku merasa senang pada hari ini. Karena selain sudah menikmati perjalanan dengan lift, hasil laboratorium juga membaik. Tidak jauh jarak antara ruangan laboratorium dengan ruangan poli dalam. Akhirnya sampai juga aku ke ruangan poli dalam. Sampai di dalam ruangan poli dalam aku memberikan rujukan dan kertas hasil laboratorium. Kemudian aku keluar dari ruang poli dalam dan menunggu untuk antri.
Aku menunggu di depan ruang poli dalam. Cukup ramai ternyata orang yang mengantri. Aku kemudian duduk di depan ruang poli dalam. Dengan sikap santai aku melihat satu persatu orang. Di sampingku terdapat dua orang yang sedang berbicara. Dua orang tersebut sepertinya suami istri, karena satu seorang pria dan satu seorang wanita. Seorang wanita tersebut memasuki ruang poli kandungan bersebelahan dengan poli dalam. Seorang laki-laki duduk di sebelah kiriku. Tidak lama kemudian, laki-laki tersebut berdiri dan pergi. Aku lirik di sampingku ada sebuah handphone berwarna putih. Wah, sebenarnya aku juga kepingin. Aku teringat juga, aku dulu pernah mengalami sebuah pengalaman. Dompetku jatuh di pinggir jalan di kecamatan Mlarak dan aku merasa bingung karena dompet tersebut berisi surat berharga walaupun isinya tidak ada uang. STNK, Surat Ijin Mengemudi, Kartu Tanda Penduduk semua terselip di dompet tersebut. Namun pada sore harinya dompetku di kembali orang dari desa Bancangan dekat dengan desaku. Atas hal pengalaman itu, aku mengembalikan handphone berwarna putih tersebut ke seorang wanita yang masuk ke ruang poli kandungan karena laki-laki yang memiliki handphone tadi tidak ada. Seperti lenyap di telan bumi. Aku memasuki ruang poli kandungan.
“Ada apa mas?” kata seorang pegawai di ruang poli dalam
“Mau mengembalikan, ada handphone yang terjatuh tadi. Milik seorang wanita yang masuk di poli kandungan ini” lalu aku memberikan handphone itu kepada seorang pegawai ruang poli dalam. Lalu pegawai tersebut memberikan kepada pasien yang ada di sebuah bilik kecil.
“Apa betul ini handphone mu? Terima kasih ya mas”
Setelah selesai aku keluar dari ruang poli kandungan. Aku kembali duduk di depan ruang tunggu di depan ruang poli dalam. Aku merasa degdegan. Tidak lama aku dipanggil seorang wanita berjilbab dari ruang poli dalam.
“Dimas Erda, Bangsalan”
“Ya, saya”
Kemudian aku lalu masuk ke ruang poli dalam dan menunggu di ruangan itu untuk mengatri. Aku ditanya seorang mahasiswa yang sedang praktik di ruangan poli dalam tersebut.
“Apa yang dikeluhkan?”
“Tidak ada”
Tidak lama kemudian, aku memasuki sebuah bilik ruangan lagi dan menemui dokter. Dokter itu bernama I Wayan. Dokter itu nampaknya dari Bali. Aku memberikan jabat tangan kepada Dokter I Wayan yang sedang duduk. Lalu aku berbaring di tempat duduk di sebelahnya. Dokter I Wayan berdiri kemudian menuju kepadaku. Dokter I Wayan lalu memeriksa perutku. Meraba-raba memakai stetoskop dikupingnya dan tangannya seperti meraba dengan alat stetoskop tersebut. Tidak lama, Dokter I Wayan selesai dan kembali ke tempat duduknya. Dan aku bangkit lagi dan duduk di depannya.
“Gimana? Ada keluhan? Hasil tes laboratorium baik lagi” kata I Wayan yang berbicara khas ala Bali.
“Iya, gak ada”
“Nanti kembali lagi ya dua minggu”
“Ya dokter”
Lalu Dokter I Wayan memberiku selembar kertas semacam resep obat. Lalu aku bangkit dan berdiri. Lalu berjabat lagi dengan Dokter I Wayan untuk pulang. Kemudian resep itu aku bawa kepada pegawai di ruangan poli dalam.
“Udah berani datang sendiri ya tanpa ibumu”
“Ya”
Lalu pegawai wanita itu memberikanku sebuah kertas dan rujukanku tadi. Lalu aku menjabat tangan lagi kepada pegawai wanita itu. Lalu aku berjalan menuju ruang apotek di dalam Rumah Sakit.
Sampai di ruang apotek di dalam rumah sakit. Apotek tersebut ukurannya kecil seperti bilik kecil. Aku memberikan rujukan dan resep obat lalu aku menunggu di depan apotek tersebut. Aku melihat banyak yang mengantri. Aku melihat di depan ruangan tersebut ada tulisan “Tempat Obat Pegawai dan Pensiunan”. Tidak lama aku menunggu, namaku dipanggil. Lalu aku disuruh menandatangi secarik kertas dan aku diberi obat. Aku mungkin akan kembali lagi ke rumah sakit dua minggu lagi.
IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):
Sample Short Story
(Source: Creation Owner Blog)
Sense Hospital
As a student in high school, this Monday I did not go to school they are sick. Nine o'clock in the morning I was sitting in the hospital waiting in Paju, not far from the city. I waited in the room right Askes.Health insurance is that health insurance is a government facility for civil servants and their families to seek treatment for free. That's what makes me not too lazy to hospital. Feeling anxious to get out of the room Askes come from the heart. Because I feel tired and dizzy so I waited and made me tired and lazy. I waited for the queue.I get a card numbered eighty lined with black numbers with a green background. The following numbers are tucked name "ASKES".Seeing Askes roar with full lining making the stuffy room. I was also surprised to see visitors in the room which turned out Askes I'm the youngest and the others are elderly. I feel embarrassed as well if you want to the hospital because of this illness. The sound of eighty.That is the number antrianku.
"Eighty, Eighty"
"Oh, yes!"
Then I sat in front of a man dressed in black and the neat chest the words "ASKES". He was an employee ASKES.
"The reference mas"
"This"
I give referrals since yesterday provided by health centers in the district. Quickly, employees ASKES saw a television monitor field employee was seen with bulging eyes. Employees ASKES with ce [at typing something on the keyboard. Jary fingers have been trained and are very fast to finish what he needs to be typed. In addition, employees who wear black uniforms wrote seusatu referral. I did not wait long already receiving referrals back and was given a white sheet. White sheet on the top right corner it says "ASKES". I think it ASKES receipt.
"Please go ASKES counter, the counter 91"
"Thank you".
Then I stood up from his chair and rushed to the counter ASKES.With a leisurely pace but in the hearts of asking rapidly in stride.Finally I reached the counter ASKES. I put a sheet structure in a hole ASKES ASKES the glass counter. It appears a female employee dressed in brown easy. It seems that female employees are employees who handle receipt ASKES. An employee was taking ASKES that I get from the black-uniformed employees ASKES earlier. Not long I waited. Then she gives employees ASKES receipt and asked me to come in a poly inside. I took the receipt back and I brought my receipt ASKES it and headed for the next destination.
"Go to the living poly"
"Fine"
I see the contents ASKES structures, there is my full name, my home address, diagnosis "Syindrom Nephrotik" in Times New Roman. Then I look at nine o'clock in the morning already. The pounding pace. I have not stepped my feet into the living poly inside but I went straight to the lab to test urine or urinating.
Stepping into the room with a step width of a small corner of the lab called. As I walked into the lab, I saw many students. Every time I walk past the students and at the same time is the practice in this hospital. In addition, there are many sick people who come to check her condition.
Finally, I arrived at the laboratory. With a small room but in good condition. I give a referral letter and receipt ASKES to an employee who dressed and veiled. Then officials brown dress also took a referral and receipt ASKES. I just stood and watched his movements. Employees took a small container like a small bottle.
"Please be first urine in the bottle and fill the toilet first, then return the bottle back to me"
"Where is the toilet"
"Dipojokan it"
"Thank you"
Then I went to the toilet to fill the urine or urine. Actually, I do not feel I'm going to pee but I forced. With a relaxed pace me to the toilet.
Once I got to the toilet. I am really very concerned. When I open the door of the toilet, I think the smell is not welcomed. I inhaled the smell is not pleasant. The smell of urine coupled toilet room humid conditions. All the fatigue and dizziness that I feel when queuing aggravated by piss toilet. I entered the small room and was shocked. Circumstances where a water closet is jammed, damp and dirty. Then I pee. Once finished, I rushed out of the room that I thought was the room dirty. I put a bottle of urine inside a small plastic bag and I take it headed out toilet. Sadly the room.
Up in the laboratory, I gave a small plastic bag containing the bottle brown uniforms to employees.
"Please wait"
"Fine"
I waited for the room is waiting for the lab. I feel the longer I wait the more dizziness and drowsiness. Suddenly one of the employees called me.
"Please antarin it to a lab in the building, second floor. I'll take the elevator ".
"Fine"
I was given a small plastic bag by apprentices. Employees were somewhat plump body. Then a leisurely pace I headed to the second floor of the building.
I stood in a room. Where I see a lift. Lift it stains tell the iron door still closed. With colors that make more interesting doors I rode the elevator to try this. I then pressed the button down. Suddenly appeared next to the original number four to number one. Soon the door opened. Then I went into the elevator. Then there is a button in it. I try to push the button. I push the button to the top and pick number two. Not long after, the elevator seemed to move toward the top. Well as there is a strange motion. Well the room is not dark.This experience had not previously tried this lift. Finally I reached the room is on the second floor.
I then stepped my feet into a room. Then suddenly appeared from behind a man wearing ordinary clothes.
"What's up brother?"
"This is going to deliver, and I want to take my test results on behalf Dimas Erda"
Then men dressed goes to the laboratory. I waited in front of the laboratory. The door to the lab that read "No entry except employees". I kept waiting. I felt happy for the first time up the lift is in the hospital. I looked around the room is still incomplete. New hospitals in Paju is indeed inaugurated opened this year. So that stuff is still in the hospital so long in Keniten not one hundred percent on the move.
I kept waiting and waiting. Continued sleepiness I feel. I am sitting in front of the laboratory on a lounger. Then came the well-dressed men had come out of the lab and came up with a piece of paper.
"These laboratory results directly into the laboratory"
"Thank you"
I immediately left the men and went to the lab with the elevator.Inside my heart is very happy because once again I'm taking the lift down. I push the button down. The elevator doors still open. Not long the elevator doors open. I stepped my feet into the elevator and into a small room. Then there is a button in the elevator digit numbers from numbers one, two, three, and four. I push the button number one. Because I want to push the button number one. After I pressed the button number one, lift then felt down. Then the elevator doors opened, and came on the first floor. I got out of the elevator room.Then the elevator doors close. I stepped into the laboratory.
Up in the laboratory, I then went to employees covered. I see employees covered and provide paper laboratory results.Employees are veiled and took the paper laboratory results. I went back to wait in the laboratory. Not too long, an employee who gave a veiled reference and paper laboratory results. Then I give my thanks and shook hands with employees who wear headscarves neat. I direct my steps to the living poly stepped inside.
On the way to the room in the poly, I opened the laboratory results. I opened the paper and read it. It turns out the lab results expressed negative. That means my health improved. I feel good today.Because in addition to already enjoy a trip to the shops, laboratory results also improved. Not much distance between the laboratory with poly in the room. I also finally got to the room the poly. Up in the room in the poly and paper I give a referral laboratory results. Then I came out of the room and wait for the poly in queue.
I waited in front of the poly inside. Pretty crowded turns people queuing. I then sat in front of the poly inside. With a relaxed attitude I saw one by one person. Next to me there are two people who are talking. Two people are like husband and wife, as one man and one woman. A woman enters a room adjacent to the poly poly in the womb. A man sitting on my left. Soon, the man got up and left. I was there beside me lyrics a white phone. Well, actually I wanted. I remember well, I once had an experience. My wallet fell by the wayside in the district Mlarak and I was confused because the wallet securities even though it contains no money. Vehicle registration, driver's licenses, identity cards all tucked in the wallet.But on the afternoon of the wallet in the back Bancangan village near my village. Top things on that experience, I returned the phone to the white woman who went into the poly content because men who have had no phone. As the earth swallow them disappear. I entered the poly content.
"What is it?" Said an employee in a poly in
"Want to return, there is a cell phone last fall. Belonged to a woman who entered this content poly "and then I gave the phone to one of his employees in a poly space. Then the employee gives to patients in a small cubicle.
"What exactly is your mobile phone? Thank you "
After I finished out of the poly content. I sat back down in front of the reception area at the front of the poly inside. I feel tense. Before long I was called a veiled woman from the poly inside.
"Dimas Erda, Bangsalan"
"Yes, I am"
Then I went into the poly space in the room and wait for the queue. I asked a student who was in the room practices within the poly.
"What's to complain about?"
"No"
Not long after, I entered a booth space again and see a doctor. The doctor named I Wayan. The doctor appears from Bali. I gave a handshake to the doctor I Wayan who was sitting. Then I lay down on the seat beside him. Doctors I Wayan stand then to me. Doctors I Wayan then check out my stomach. Fumble wearing stethoscope ear and touched her hand with a stethoscope as such. Before long, Dr. I Wayan completed and returned to his seat. And I got up again and sat in front of him.
"How? There is a complaint? The results of laboratory tests good again "said I Wayan who spoke typical Balinese.
"Yeah, we do not have"
"I'll go back again yes two weeks"
"Yes doctor"
Then the doctor gave me a sheet of paper I Wayan kind of prescription drug. Then I got up and stood. Then shake again with Dr. I Wayan for home. Then I take the prescription to the employee in the room poly.
"I can dare to come alone so no mother"
"Yes"
Then officials gave her a paper and reference earlier. Then I shook hands again to her employees. Then I walked into the pharmacy at the hospital.
Up in the room in the hospital pharmacy. Pharmacies are small in size like a small booth. I provide referrals and prescription and I waited in front of the pharmacy. I see a lot of queuing. I looked at the front of the room are the words "The Drug Employees and Pensioners". Not long I wait, my name was called. Then I was told to sign a piece of paper and I was given medication. I'm probably going back to the hospital in two weeks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar