Sejarah Pembinaan Dan Pengumpulan Hadits Pada Abad II dan Abad III Hijriyah |
BAB I PEMBAHASAN
Periode ini disebut Ashr Al-Kitabah wa Al-Tadwin (masa pembinaan dan pembukuan). Maksudnya, pembinaan dan pembukuan secara resmi, yakni yang diselenggarakan oleh atau atas inisiatif pemerintah. Adapun kalau secara perseorangan, sebelum abad II H hadis sudah banyak ditulis,
baik pada masa tabiin, sahabat kecil, sahabat besar, bahkan masa Nabi Muhammad SAW. Masa pembukuan secara resmi dimulai pada awal abad II H, yakni pada masa pemerintahan Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz tahun 101 H. Sebagai Khalifah, Umar Ibn Aziz sadar bahwa para perawi yang menghimpun hadis dalam hapalannya semakin banyak yang meningggal. Beliau khawatir apabila tidak membukukan dan mengumpulkan dalam buku-buku hadis dari para perawinya, ada kemungkinan hadis-hadis tersebut akan lenyap dari permukaan bumi bersamaan dengan kepergian para penghapalnya kealam barzah.
Untuk mewujudkan madsud tersebut, pada tahun 100 H, Khalifah meminta kepada kepala Gubernur Madinah, Abu Bakar Ibn Muhammad Ibn Amr Ibn Hazmin (120 H) yang menjadi guru Ma’mar- Al-Laits, Al-Auza’I, Malik, Ibnu Ishaq, dan Ibnu Abi Dzi’bin untuk membukukan hadis Rasul yang terdapat pada penghapal wanita yang terkenal, yaitu Amrah binti Abdir Rahman Ibn Sa’ad Ibn Zurarah Ibn ‘Ades, seorang ahli fiqih, murid ‘Aisyah r.a (20 H/642 M-98 H/716 M atau 106 H/724 M), dan hadis-hadis yang ada pada Al-Qasim Ibn Muhammad Ibn Abi Bakar Ash-Shiddieq (107 H/725 M), Seorang pemuka tabiin dan salah seorang fuqaha Madinah yang tujuh.
Disamping itu, Umar mengirimkan surat-surat kepada Gubernur yang ada di bawah kekuasaannya untuk membuktikan hadis yang ada pada ulama yang tinggal di wilayah mereka masing-masing. Di antara ulama besar yang membukukan hadis atas kemauan Khalifah adalah Abu Bakr Muahmmad Ibn Muslim Ibn Ubaidillah Ibn Syihab Az-Zuhri, seorang tabiin yang ahli dalam urusan fiqh dan hadis. Beliau adalah guru Malik, Al-Auza’I, Ma’mar, Al-Laits, Ibnu Ishaq, dan Ibnu Abi Dzi’bin. Mereka inilah ulama’ yang mula-mula membuktikan hadis atas anjuran Khalifah.
Kitab hadis yang ditulis oleh Ibnu Hazm, yang merupakan kitab hadis pertama yang ditulis atas perintah kepala Negara, tidak sampai kepada kita, dan kitab itu tidak membukukan seluruh hadis yang ada di Madinah. Pembukuan seluruh hadis yang ada di Madinah dilakukan oleh Imam Muhammad Ibn Muslim Ibn Syihab Az-Zuhri, yang memang terkenal sebagai seorang ulama’ besar dari ulama’-ulama’ hadis pada masanya.
Sekalipun demikian, yang dapat ditegaskan sejarah sebagai pengumpul hadis adalah:
1. Pengumpul pertama di kota Mekah, Ibnu Juraij (80-150 H)
2. Pengumpul pertama di kota Madinah, Ibnu Ishaq (Wafat 150 H).
3. Pengumpul pertama dikota Basrah, Al-Rabi’ Ibn Shabih (wafat 160 H)
4. Pengumpul pertama di Kuffah, Sufyan Ats-Tsaury (wafat 161 H).
5. Pengumpul pertama di Syam, Al-Auza’I (wafat 95 H).
6. Pengumpul pertama di Wasith, Husyain Al-Wasithy (104-188 H).
7. Pengumpul pertama di Yaman, Ma’mar Al-Azdy (95-153 H).
8. Pengumpul pertama di Rei, Jarir Adh-Dhabby (110-188 H).
9. Pengumpul pertama di Khurasan, Ibn Mubarak (11-181 H).
10. Pengumpul pertama di Mesir, Al-Laits Ibn Sa’ad (wafat 175 H)
Semua ulama yang membukukan hadis ini terdiri dari ahli-ahli pada abad kedua hijriah. Kitab Az-Zuhri dan Ibnu Juraij itu tidak diketahui rimbannya sekarang. Adapun kitab yang paling tua yang ada di tangan umat Islam dewasa ini adalah Al-Muwaththa’ susunan Imam Malik Kitab ini disusun atas permintaan Khalifah Al-Mansur ketika ia menunaikan ibadah haji pada tahun 144 H (141 H).
Para ulama abad kedua membukukan hadis tanpa menyaringnya, yakni mereka tidak hanya membukukan hadis-hadis saja, tetapi fatwa-fatwa sahabatpun dimasukan ke dalam bukunya. Oleh karena itu, dalam kitab-kitab itu terdapat hadis-hadis Marfu’, hadis-hadis Mauquf, dan hadis –hadis Maqthu’. Kitab hadis seperti itu dan mudah kita dapatkan adalah Al-Muwaththa, susunan Imam Malik.
Kitab-kitab hadis yang telah dibukukan dan dikumpulkan dalam abad kedua ini, jumlahnya cukup banyak. Akan tetapi, yang masyhur di kalangan ahli hadis ada tiga belas yaitu:
1. Al-Muwaththa’, susunan Imam Malik (95 H-179 H).
2. Al-Maghazi wal Siyar, susunan Muhammad Ibn Ishaq (150 H)
3. Al-Fami’, susunan Abdul Razzaq As-San’any (211 H)
4. Al-Mushannaf, susunan Sy’bah Ibn Hajjaj (160 H).
5. Al-Mushannaf, susunan Sufyan Ibn ‘Uyainah (198 H).
6. Al-Mushannaf, susunan Al-Laits Ibn Sa’ad (175 H).
7. Al-Mushannaf, susunan Al-Auza’I (150 H).
8. Al-Mushannaf, susunan Al-Humaidy (219 H).
9. Al-Maghazin Nabawiyah, susunan Muhammad Ibn Waqid Al-Aslamy.
10. Al-Musnad, susunan Abu Hanifah (150 H).
11. Al-Musnad, susunan Zaid Ibn Ali
12. Al-Musnad, susunan Al-Imam Asy-Syafi’I (204 H).
13. Mukhtalif Al-Hadis, susunan Al-Imam Asy-Syafi’i.
Keadaan seperti ini menyebabkan sebagian ulama mempelajari keadaan rawi-rawi hadis dan dalam masa ini telah banyak rawi-rawi yang lemah. Pada periode ini muncul tokoh-tokoh farh wa ta’dil, di antaranya adalah Syu’bah Ibn Al-Hajjaj (160 H), Ma’mar, Hisyam Ad-Dastaway (154 H), Al-Auza’I (156 H), Sufyan Ats-Tsauri (161 H) , dan masih banyak tokoh lainnya.
Tokoh-tokoh yang masyhur pada abad kedua hijriah adalah Malik, Yahya Ibn Sa’id Al-Qaththan, Waki Ibn Al-Jarrah, Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Uyainah, Syu’bah Ibnu Hajjaj, Abdul Ar-Rahman Ibn Mahdi, Al-Auza’I, Al-Laits, Abu Hanifah, dan Asy-Syafi’i.
BAB II KESIMPULAN
Masa pembukuan secara resmi dimulai pada awal abad II H, yakni pada masa pemerintahan Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz tahun 101 H. Sebagai Khalifah, Umar Ibn Aziz sadar bahwa para perawi yang menghimpun hadis dalam hapalannya semakin banyak yang meningggal. Beliau khawatir apabila tidak membukukan dan mengumpulkan dalam buku-buku hadis dari para perawinya, ada kemungkinan hadis-hadis tersebut akan lenyap dari permukaan bumi bersamaan dengan kepergian para penghapalnya kealam barzah.
Sejarah sebagai pengumpul hadis adalah: (1) Pengumpul Pertama di kota Mekah, Ibnu Juraij (80-150 H), (2) Pengumpul Pertama di kota Madinah, Ibnu Ishaq (Wafat 150 H), (3) Pengumpul Pertama dikota Basrah, Al-Rabi’ Ibn Shabih (wafat 160 H), (4) Pengumpul Pertama di Kuffah, Sufyan Ats-Tsaury (wafat 161 H), (5) Pengumpul Pertama di Syam, Al-Auza’I (wafat 95 H), (6) Pengumpul Pertama di Wasith, Husyain Al-Wasithy (104-188 H), (7) Pengumpul Pertama di Yaman, Ma’mar Al-Azdy (95-153 H), (8) Pengumpul Pertama di Rei, Jarir Adh-Dhabby (110-188 H), (9) Pengumpul Pertama di Khurasan, Ibn Mubarak (11-181 H) dan (10) Pengumpul Pertama di Mesir, Al-Laits Ibn Sa’ad (wafat 175 H).
DAFTAR PUSTAKA
Aglayanah, Al-Makki. 1995. Metode Pengajaran Hadits Pada Tiga Abad Pertama. Terj. Amir Hamzah Fachruddin. Jakarta: Granada Nadia.
Agus Suyadi, 2008. Ulumul Hadis . Bandung :Pustaka Setia
Ahmad, Muhammad, dkk. 2005 Ulumul Hadis. Bandung : Pustaka Setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar