"cerita" inikah balasan ketulusanku..

Rany adalah cewek lugu,hatinya merasa gembira karena bisa diterima di SMU 2 HARAPAN.di awal masuk sekolah di aharus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolahnya yang baru yang istilah bekennya disebut MOS Masa Orientasi Sekolah. Pagi hari pertama masuk sekolah dia harus dihukum karena masuk sekolah terlambat,berbagai ocehan dari kakak kelas harus ia terima. “Kamu saya hukum membuat baju dari bungkus permen.kalau kamu terlambat lagi saya tidak ijinkan kamu masuk sekolahan,kamu mengerti?” kata pengurus MOS menasehati Rany. “mengerti kak” jawab Rany. Keesokan harinya Rany mencari pengurus MOS yang kemarin memarahinya tetapi ia tidak melihat batang hidungnya,Rany terus mencari di sudut-sudut sekolahan nanun tak menemukannya juga. Kini rany berjalan melewati mushollaa sekolahan dilihatnya seseorang yang mirip dengan yang ia cari. Rany menghampiri pengurus MOS kakak kelasnya itu dan menyerahkan tugasnya. “ya, tugas kamu lumayan bagus,kamu boleh melanjutkan acara MOS dengan yang lain” kata kakak kelasnya itu. “ya kak,” jawab Rany. Di sepanjang jalan menuju aula tempat MOS diselenggarakan Rany berkata dalam hati ia tertarik pada kakak kelasnya itu.
Setelah acara MOS usai,OSIS menyelenggarakan pemilihan anggota Osis dan tak canggung Rany mengikuti dengan dalih agar bisa dekat dengan kakak kelasnya yang waktu MOS mnghukumya itu.Saat pengumuman pengurus osis diumumkan Rany sangat gembira bahwa ia menjadi sekretaris sedangkan kakak kelas yang dikaguminya itu menjadi ketua. Kini Rany pun mengenal Kakak kelasnya itu yang bernama Remon. Rany dan Remon sering diskusi bersama,rapat bersama dan hampir setiap hari Rany dan Remo bersama.Kebersamaannya itu membuat Rany jatuh cinta pada Remon, dan tanpa basa basi Rany mengungkapkan cintanya pada Remon,Remon meminta satu hari untuk berpikir dan menjawab cinta Rany. Remon memutuskan untuk menjalin kasih dengan Rany. Mereka menjalani hubungan yang indah. Suatu hari Remon menyuruh Rany untuk pulang sekolah sendiri, “Ran, kamu pulang sendiri dulu ya, aku buru-buru mau pelang kerumah” pinta Remon. “iya Mon” jawab Rany.Rany pun merasa ada yang aneh dengan sikap Remon. Rany pun mengikuti dari belakang Remon pergi,dan dilihatnya Remon berhenti dan kumpul dengan para gank motor. Rany mendengar bahwa dirinya hanya dijadikan bahan taruhan dengan teman-temannya saja. Bukannya segera pulang Rany malah pergi ke pantai, saat rany sedang menangis seorang cowok menghampirinya dan menasehati serta menenagkan hatinya. “makasih ya,kamu udah sedikit membantu ku” kata Rany. “sama-sama Ran” jawab laki-laki itu. “kok kamu tau mana ku?kita kan baru bertemu?” tanya Rany. Laki-laki itu hanya tersnyum. “ku antar kamu pulang ya,,?kasian kalo kamu pulang sendiri” ajak laki-laki itu. “he`em” jawab Rany.
Keesokan harinya Rany bertemu dengan Remon,dengan segera Rany menanyakan apa Rany hanya dijadikan taruhan dengan temannya dan ternyata Remon menjawab benar dan mengkui tanpa kata maaf pada Rany serta memutus hubungan cinta dengan Rany. Rany sangat terpukul dengan sikap Remon, ia menangis dan lari kebawah pohon mangga belakang sekolahan. “Udah lah ran, kamu gak usah pikirin dia,kamu mikir diri kamu dulu aja” Sura itu terdengar di depan Rany,Rany pun meraa ada seseorang di depannya saat ia menangis tertunduk. Rany pun mendongak dan betapa terkejutnya orang yang ada di depannya ternyata cowok yang kemarin bersamanya saat di pantai. “kamu juga sekolah disini?” tanya Rani. “iya” jawab cowok itu. Rany pun melirik di papan nama Tertera nama Furqon adsa. “oh,, jadi nama kamu furqon?” tanya rani .”iya, kamu kan sekretaris OSIS jadi aku udah tau nama kamu duluan” jawab Furqon. “kok aku gak pernah lihat kamu?” tanya Rany lagi. Furqon hanya tertawa. “kok malah ketawa?” tanya Rany lagi. “Ran,ran yang lo lahat aja Cuma Remon” ketus Furqon. “udah lah ,,,aku gak mau denger nama dia lagi” kini Rani mulai marah. Dengan kehadiran Furqon, hari demi hari Furqon bisa menggatikan posisi Remon di hati Rany dan ia mulai bisa melupakan Remon meski harus satu sekolah dengan Remon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar