TINDAKAN-TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN

 

image TUJUAN PENCEGAHAN INFEKSI :

1. Bagian dari kualitas pelayanan kesehatan

2. Mencegah infeksi silang dalam prosedur klinik seperti episiotomy, menyuntik, periksa dalam atau seksio sesaria

3. Menurunkan resiko transmisi penyakit menular seperti Hepatitis B dan AIDS

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com

APLIKASI KEWASPADAAN STANDAR

a. Setiap orang dapat merupakan sumber infeksi

b. Membudayakan cuci tangan

c. Menggunkan barier protektif (misalnya: sepatu, masker, kacamata, gaun bedah, sarung tangan )

d. Penggunaan antiseptic dan aseptic

e. Memproses instrument agar aman digunakan

f. Budaya aman dalam setiap prosedur

g. Pengelola limbah berbahaya secara adekuat

Tujuan Pencegahan Infeksi dalam Pelayanan Asuhan Kesehatan

Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan risiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya, seperti misalnya Hepatitis dan HIV/AIDS.

Tindakan-tindakan Pencegahan Infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan

• meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme

• menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan HIV/AIDS

Di masa lalu tujuan utama Pencegahan Infeksi adalah untuk mencegah infeksi serius pascabedah. Meskipun infeksi serius pascabedah masih merupakan masalah di banyak negara, munculnya HIV/AIDS dan masalah berkelanjutan yang terkait dengan hepatitis telah mengubah secara dramatis fokus pencegahan infeksi. Karena HIV dan hepatitis semakin sering terjadi, risiko terinfeksi penyakit-penyakit tersebut juga semakin meningkat.

Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV di tempat kerjanya melalui:

• percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung mulut atau melalui diskontinuitas permukaan kulit (misalnya luka atau lecet yang kecil)

• luka tusuk yang disebabkan oleh jarum yang sudah terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya, baik pada saat prosedur dilakukan atau pada saat proses peralatan

Memakai sarung tangan, mengenakan perlengkapan pelindung pribadi (kaca mata, masker, celemek, dll) dapat melindungi petugas terhadap percikan yang dapat mengkontaminasi dan menyebarkan penyakit. Waspada dan berhati-hati dalam menangani benda tajam, melakukan proses dekontaminasi, dan menangani peralatan yang terkontaminasi merupakan cara-cara untuk meminimalkan risiko infeksi. Pencegahan infeksi tersebut, tidak hanya bagi ibu dan bayi baru lahir, tapi juga terhadap penolong persalinan dan staf kesehatan lainnya.

Pencegahan Infeksi adalah bagian yang esensial dari semua asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran bayi, saat memberikan asuhan selama kunjungan antenatal atau pascapersalinan/bayi baru lahir atau saat menatalaksana penyulit.

Definisi Tindakan-tindakan dalam Pencegahan Infeksi

1. Asepsis atau teknik aseptik adalah istilah umum yang biasa digunakan dalam pelayanaan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan berpotensi untuk menimbulkan infeksi. Teknik aseptik membuat prosedur lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan dengan cara menurunkan jumlah atau menghilangkan seluruh (eradikasi) mikroorganisme pada kulit, jaringan dan instrumen/peralatan hingga tingkat yang aman

2. Antisepsis mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.

3. Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Peralatan medis, sarung tangan dan permukaan (misalnya, meja periksa) harus segera didekontaminasi setelah terpapar darah atau cairan tubuh.

4. Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing (misalnya debu, kotoran) dari kulit atau instrumen/peralatan.

5. Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit yang mencemari benda-benda mati atau instrumen.

6. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus atau kimiawi.

7. Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk endospora bakteri dari benda-benda mati atau instrumen.

Prinsip-prinsip Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi yang efektif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

• Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala).

• Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.

• Permukaan benda disekitar kita, peralatan dan benda-benda lainnya yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi hingga setelah digunakan, harus diproses secara benar.

• Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi.

• Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan Pencegahan Infeksi secara benar dan konsisten.

Tindakan-tindakan Pencegahan Infeksi

Ada berbagai praktek Pencegahan Infeksi yang dapat mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu, bayi baru lahir dan para penolong persalinan) sehingga dapat memutus rantai penyebaran infeksi.

Tindakan-tindakan Pencegahan Infeksi termasuk hal-hal berikut:

* cuci tangan

* memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya

* menggunakan teknik asepsis atau aseptik

* memproses alat bekas pakai

* menangani peralatan tajam dengan aman

* menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan sampah secara benar)

Cuci Tangan

Cuci tangan adalah prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Cuci tangan harus dilakukan:

* segera setelah tiba di tempat kerja

* sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan bayi baru lahir

* setelah kontak fisik langsung dengan ibu atau bayi baru lahir

* sebelum memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril

* setelah melepas sarung tangan (kontaminasi melalui lubang atau robekan sarung tangan)

* setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa (misalnya hidung, mulut, mata, vagina) meskipun saat itu sedang menggunakan sarung tangan

* setelah ke kamar mandi

* sebelum pulang kerja

Untuk Mencuci tangan:

• Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan.

• Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir.

• Gosok kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun biasa atau yang mengandung anti septik selama 10-15 detik (pastikan sela-sela jari digosok menyeluruh). Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama.

• Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir.

• Biarkan tangan kering dengan cara diangin-anginkan atau keringkan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

Mikroorganisme tumbuh dan berkembang di lingkungan yang lembab dan air tidak mengalir maka dari itu ingat pedoman berikut pada saat mencuci tangan:

• Bila menggunakan sabun padat (misalnya, sabun batangan), gunakan potongan-potongan kecil dan tempatkan dalam wadah yang dasarnya berlubang agar air tidak menggenangi potongan sabun tersebut.

• Jangan mencuci tangan dengan mencelupkannya ke dalam wadah berisi air meskipun air tersebut sudah diberi larutan antiseptik (seperti Dettol® atau Savlon®). Mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam larutan tersebut.

• Bila tidak tersedia air mengalir:

§ Gunakan ember tertutup dengan keran yang bisa ditutup pada saat mencuci tangan dan dibuka kembali jika akan membilas

§ Gunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir

§ Minta orang lain menyiramkan air ke tangan, atau

§ Gunakan larutan pencuci tangan yang mengandung alkohol (campurkan 100 ml 60-90% alkohol dengan 2 ml gliserin). Gunakan kurang lebih 2 ml dan gosok kedua tangan hingga kering, ulangi tiga kali.

• Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering. Jangan menggunakan handuk yang juga digunakan oleh orang lain. Handuk basah/lembab adalah tempat yang baik untuk perkembang-biakan mikroorganisme.

• Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah digunakan, kumpulkan air di baskom dan buang ke saluran limbah atau jamban di kamar mandi.

Memakai Sarung Tangan

Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan, sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi.

Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan untuk setiap ibu atau bayi baru lahir untuk menghindari kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula.

• Gunakan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi untuk prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan dibawah kulit seperti persalinan, penjahitan vagina atau pengambilan darah.

• Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani darah atau cairan tubuh.

• Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah dan cairan tubuh.

Sarung tangan sekali pakai lebih dianjurkan, tapi jika jumlahnya sangat terbatas maka sarung tangan bekas pakai dapat diproses ulang dengan dekontaminasi, cuci dan bilas, disinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi. Jika sarung tangan sekali pakai digunakan ulang, jangan diproses lebih dari tiga kali karena mungkin ada robekan/lubang yang tidak terlihat atau sarung tangan mungkin robek pada saat sedang digunakan

Menggunakan Teknik Aseptik

Teknik aseptik membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan. Teknik aseptik meliputi aspek:

• penggunaan perlengkapan pelindung pribadi

• antisepsis

• menjaga tingkat sterilitas atau disinfeksi tingkat tinggi

Perlengkapan Pelindung Pribadi

Perlengkapan pelindung pribadi mencegah petugas terpapar mikoorganisme penyebab infeksi dengan cara menghalangi atau membatasi (kaca mata pelindung, masker wajah, sepatu boot atau sepatu tertutup, celemek) petugas dari percikan cairan tubuh, darah atau cedera selama melaksanakan prosedur klinik. Masker wajah dan celemek plastik sederhana dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya yang tersedia di masing-masing daerah jika alat atau perlengkapan sekali pakai tidak tersedia.

Antisepsis

Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit. Karena kulit dan selaput mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunaan antiseptik akan sangat mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka terbuka dan menyebabkan infeksi. Cuci tangan secara teratur di antara kontak dengan setiap ibu dan bayi baru lahir, juga membantu untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada kulit.

Antiseptik vs Larutan Disinfektan

Meskipun istilah “antiseptik” dan “disinfektan” kadang-kadang digunakan secara bergantian tetapi antiseptik dan disinfektan digunakan untuk tujuan yang berbeda. Larutan antiseptik digunakan pada kulit atau jaringan yang tidak mampu menahan konsentrasi bahan aktif yang terlarut dalam larutan disinfektan. Larutan disinfektan dipakai juga untuk mendekontaminasi peralatan atau instrumen yang digunakan dalam prosedur bedah. Membersihkan permukaan tempat periksa atau meja operasi dengan disinfektan yang sesuai (baik terkontaminasi atau tidak) setidaknya sekali sehari, adalah cara yang mudah dan murah untuk mendisinfeksi suatu peralatan yang memiliki permukaan luas (misalnya, meja instrumen atau ranjang bedah).

Larutan antiseptik (seperti alkohol) memerlukan waktu beberapa menit setelah dioleskan pada permukaan tubuh agar dapat mencapai manfaat yang optimal. Karena itu, penggunaan antiseptik tidak diperlukan untuk tindakan kecil dan segera (misalnya, penyuntikan oksitosin secara IM pada penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga, memotong tali pusat) asalkan peralatan yang digunakan sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril.

Larutan antiseptik berikut bisa diterima:

§ Alkohol 60-90%: etil, isopropil, atau metil spiritus

§ Setrimid atau klorheksidin glukonat, berbagai konsentrasi (Savlon)

§ Klorheksidin glukonat 4% (Hibiscrub®, Hibitane®, Hibiclens®)

§ Heksaklorofen 3% (Phisohex®)

§ Paraklorometaksilenol (PCMX atau kloroksilenol), berbagai konsentrasi (Dettol)

§ Iodine 1–3%, larutan yang dicampur alkohol atau encer (e.g. Lugol®) atau tinctur (iodine dalam alkohol 70%). Catatan: Iodine tidak boleh digunakan pada selaput mukosa seperti vagina.

§ Iodofor, berbagai konsentrasi (Betadine)

Klorheksidin glukonat dan iodophor adalah antiseptik yang paling baik untuk digunakan pada selaput mukosa. Persiapkan kulit atau jaringan dengan cara mengusapkan kapas atau kasa yang sudah dibasahi larutan antiseptik dengan gerakan melingkar dari tengah ke luar seperti spiral.

Larutan disinfektan berikut ini bisa diterima:

• Klorin pemutih 0,5% (untuk dekontaminasi permukaan dan DTT peralatan)

• Glutaraldehida 2% (digunakan untuk dekontaminasi tapi karena mahal biasanya hanya digunakan untuk disinfeksi tingkat tinggi)

Catatan: Jangan gunakan disinfektan dengan senyawa fenol untuk disinfeksi peralatan atau bahan yang akan dipakaikan pada bayi baru lahir karena dapat membahayakan kondisi kesehatan bayi tersebut

Larutan antiseptik dan disinfektan juga dapat terkontaminasi. Mikroorganisme yang mampu mengkontaminasi larutan tersebut adalah Stafilokokus, baksil Gram-negatif dan beberapa macam endospora. Mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan infeksi nosokomial berantai jika larutan yang terkontaminasi digunakan untuk mencuci tangan atau dioleskan pada kulit klien.

Cegah kontaminasi larutan antiseptik dan disinfektan dengan cara:

§ hanya menggunakan air matang untuk mengencerkan (jika pengenceran diperlukan)

§ berhati-hati untuk tidak mengkontaminasi pinggiran wadah pada saat menuangkan larutan ke wadah yang lebih kecil (pinggiran wadah larutan yang utama tidak boleh bersentuhan dengan wadah yang lebih kecil)

§ mengosongkan dan mencuci wadah dengan sabun dan air serta membiarkannya kering dengan cara diangin-anginkan setidaknya sekali seminggu (tempelkan label bertuliskan tanggal pengisian ulang)

§ menuangkan larutan antiseptik ke gulungan kapas atau kasa (jangan merendam gulungan kapas atau kasa di dalam wadah ataupun mencelupkannya ke larutan antiseptik)

§ menyimpan larutan di tempat yang dingin dan gelap

Pemeliharaan Teknik Steril/Disinfeksi Tingkat Tinggi

Dimanapun prosedur dilakukan, daerah steril harus dibuat dan dipelihara untuk menurunkan risiko kontaminasi di area tindakan. Peralatan atau benda-benda yang disinfeksi tingkat tinggi bisa ditempatkan di area steril. Prinsip menjaga daerah steril harus digunakan untuk prosedur pada area tindakan dengan kondisi disinfeksi tingkat tinggi (AVSC, 1999). Pelihara kondisi steril dengan memisahkan benda-benda steril atau disinfeksi tingkat tinggi (“bersih”) dari benda-benda yang terkontaminasi (“kotor”). Jika mungkin gunakan baju, sarung tangan steril dan sediakan atau pertahankan lingkungan yang steril.

Sediakan dan jaga daerah steril/disinfeksi tingkat tinggi:

§ Gunakan kain steril.

§ Berhati-hati jika membuka bungkusan atau memindahkan benda-benda ke daerah yang steril/disinfeksi tingkat tinggi.

§ Hanya benda-benda steril/disinfeksi tingkat tinggi atau petugas dengan atribut yang sesuai yang diperkenankan untuk memasuki daerah steril/disinfeksi tingkat tinggi.

§ Anggap benda apapun yang basah, terpotong atau robek sebagai benda terkontaminasi.

§ Tempatkan daerah steril/disinfeksi tingkat tinggi jauh dari pintu atau jendela.

§ Cegah orang-orang yang tidak memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk menyentuh peralatan yang ada di daerah steril.

Memproses alat bekas pakai

Tiga proses pokok yang direkomendasikan untuk proses peralatan dan benda-benda lain dalam upaya pencegahan infeksi adalah:

• Dekontaminasi

• Cuci dan bilas

• Disinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi

Benda-benda steril atau DTT harus disimpan dalam keadaan kering dan bebas debu. Jaga agar bungkusan-bungkusan yang tetap kering dan utuh sehingga kondisinya tetap terjaga dan dapat digunakan hingga satu minggu setelah diproses. Peralatan steril yang dibungkus dalam kantong plastik bersegel, tetap kering dan utuh masih dapat digunakan hingga satu bulan setelah proses. Peralatan dan bahan disinfeksi tingkat tinggi dapat disimpan dalam wadah tertutup yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi, masih boleh digunakan dalam kisaran waktu satu minggu asalkan tetap kering dan bebas debu. Jika peralatan-peralatan tersebut tidak digunakan dalam tenggang waktu penyimpanan tersebut maka proses kembali dulu sebelum digunakan kembali.

Jenis prosedur dan tindakan apapun yang dilakukan, cara pemrosesan peralatan atau perlengkapan tersebut tetap sama.

Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat benda-benda lebih aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas. Untuk perlindungan lebih jauh, pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga yang terbuat dari bahan lateks jika akan menangani peralatan bekas pakai atau kotor. Segera setelah digunakan, masukkan benda-benda yang terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Prosedur ini dengan cepat mematikan virus Hepatitis B dan HIV. Pastikan bahwa benda-benda yang terkontaminasi terendam seluruhnya oleh larutan klorin. Daya kerja larutan klorin, cepat mengalami penurunan sehingga harus diganti paling sedikit setiap 24 jam, atau lebih cepat jika terlihat kotor atau keruh.

Pencucian dan pembilasan

Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada peralatan/perlengkapan yang kotor atau yang sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya. Jika benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera setelah didekontaminasi, bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci dengan seksama secepat mungkin.

Seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1-2, sebagian besar (hingga 80%) mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan bahan-bahan organik lainnya bisa dihilangkan melalui proses pencucian. Pencucian juga dapat menurunkan jumlah endospora bakteri yang menyebabkan tetanus dan gangren, pencucian ini penting karena residu bahan-bahan organik bisa menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme (termasuk endospora) dan melindungi mikroorganisme dari proses sterilisasi atau disinfeksi kimiawi. Sebagai contoh virus hepatitis B bisa tetap hidup pada darah yang hanya 10-8 ml (yang tidak bisa dilihat dengan mata biasa) dan bisa menyebabkan infeksi jika terpercik ke mata. Jika perlengkapan untuk proses sterilisasi tidak tersedia, pencucian secara seksama merupakan proses fisik satu-satunya untuk menghilangkan sejumlah endospora bakteri.

Perlengkapan/bahan-bahan untuk mencuci peralatan termasuk:

§ sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks

§ sikat (boleh menggunakan sikat gigi)

§ tabung suntik (minimal ukuran 10 ml; untuk kateter, termasuk kateter penghisap lendir)

§ wadah plastik atau baja anti-karat (stainless steel)

§ air bersih

§ sabun atau deterjen

Tahap-tahap pencucian dan pembilasan:

1. Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan.

2. Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi (hati-hati bila memegang peratalan yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit).

3. Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet, jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari logam.

4. Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati:

a) Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran.

b) Buka engsel gunting dan klem.

c) Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan sudut peralatan.

d) Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan.

e) Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau deterjen.

f) Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih.

5. Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.

6. Jika peralatan akan didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi (misalkan dalam larutan klorin 0,5%) tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses DTT.

Alasan: Jika peralatan masih basah mungkin akan mengencerkan larutan kimia dan membuat larutan menjadi kurang efektif.

7. Peralatan yang akan didisinfeksi tingkat tinggi dengan dikukus atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak perlu dikeringkan dulu sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai.

8. Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan kemudian bilas dengan seksama menggunakan air bersih.

9. Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara diangin-anginkan.

Bola karet penghisap tidak boleh dibersihkan dan digunakan ulang untuk lebih dari satu bayi. Bola karet seperti itu harus dibuang setelah digunakan, kecuali jika dirancang untuk dipakai ulang. Secara ideal kateter penghisap lendir DeLee harus dibuang setelah satu kali digunakan; jika hal ini tidak memungkinkan, kateter harus dibersihkan dan didisinfeksi tingkat tinggi dengan seksama. Kateter urin sangat sulit dibersihkan dan didisinfeksi tingkat tinggi. Penggunaan kateter dengan kondisi tersebut diatas pada lebih dari satu ibu dapat meningkatkan risiko infeksi jika tidak diproses dengan benar.

Untuk mencuci kateter (termasuk kateter penghisap lendir), ikuti tahap-tahap berikut:

1. Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks pada kedua tangan

2. Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter penghisap lendir).

3. Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam kateter sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau deterjen.

4. Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih.

5. Letakan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum dilakukan DTT.

Catatan: Kateter harus didisinfeksi tingkat tinggi secara kimia (lihat dibawah). Kateter bisa rusak jika didisinfeksi tingkat tinggi dengan direbus.

DTT dan Sterilisasi

Meskipun sterilisasi adalah cara yang paling efektif untuk membunuh mikroorganisme tetapi proses sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan praktis. DTT adalah satu-satunya alternatif dalam situasi tersebut. DTT dapat dilakukan dengan cara merebus, mengukus atau kimiawi. Untuk peralatan, perebusan seringkali merupakan metoda DTT yang paling sederhana dan efisien.

DTT dengan Cara Merebus

• Gunakan panci dengan penutup yang rapat.

• Ganti air setiap kali mendisinfeksi peralatan.

• Rendam peralatan didalam air sehingga semuanya terendam dalam air.

• Mulai panaskan air.

• Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih.

• Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan waktu dimulai.

• Rebus selama 20 menit.

• Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus.

• Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan atau disimpan (jika peralatan dalam keadaan lembab maka keadaan disinfeksi tingkat tinggi tidak terjaga).

• Pada saat peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi dan berpenutup. Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya tidak dibuka.

Disinfeksi Tingkat Tinggi Sarung Tangan dengan menggunakan Uap Panas

Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka sarung tangan ini siap untuk DTT menggunakan uap panas (jangan ditaburi dengan bubuk talk).

• Gunakan panci perebus dengan tiga susun nampan pengukus.

• Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai sarung tangan dapat dipakaikan tanpa membuat terkontaminasi baru.

• Letakkan sarung tangan pada nampan pengukus yang berlubang dibawahnya. Agar mudah dikeluarkan dari bagian atas nampan pengukus, letakkan 5-15 pasang sarung tangan dengan bagian jarinya mengarah ke tengah nampan. Agar proses DTT berjalan efektif, harap perhatikan jumlah maksimal sarung tangan dalam satu nampan (tergantung dari diameter nampan).

• Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi sarung tangan. Susun tiga nampan pengukus di atas panci perebus yang berisi air. Letakkan sebuah panci perebus kosong di sebelah kompor.

• Letakkan penutup diatas nampan pengukus paling atas dan panaskan air hingga mendidih. Jika air mendidih perlahan, hanya sedikit uap air yang dihasilkan dan suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme. Jika air mendidih terlalu cepat, air akan menguap dengan cepat dan ini merupakan pemborosan bahan bakar.

• Jika uap mulai keluar dari celah-celah diantara panci pengukus, mulailah penghitungan waktu. Catat lamanya pengukusan sarung tangan dalam buku khusus.

• Kukus sarung tangan selama 20 menit, buka tutup panci dan letakkan dalam posisi terbalik.

• Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung tangan dan goyangkan perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan dapat menetes keluar.

• Letakkan nampan pengukus diatas panci perebus yang kosong di sebelah kompor.

• Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus yang berisi sarung tangan tersusun diatas panci perebus yang kosong. Letakkan penutup diatasnya agar sarung tangan menjadi dingin dan kering tanpa terkontaminasi (tuang air perebus ke dalam wadah DTT).

• Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan sampai kering di dalam nampan selama 4-6 jam. Jika diperlukan segera, biarkan sarung tangan menjadi dingin selama 5-10 menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30 menit pada saat masih basah atau lembab (setelah 30 menit bagian jari sarung tangan akan menjadi lengket dan membuat sarung tangan sulit dipakai atau digunakan).

• Jika sarung tangan tidak akan dipakai segera, setelah kering gunakan penjepit atau pinset disinfeksi tingkat tinggi untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan sarung tangan tersebut dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi lalu tutup rapat (sarung tangan bisa disimpan didalam panci pengukus yang berpenutup rapat). Sarung tangan tersebut bisa disimpan sampai satu minggu.

DTT Kimiawi

Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan glutaraldehid (Cidex ®). Alkohol, iodine dan iodofor tidak digolongkan sebagai disinfektan tingkat tinggi. Alkohol tidak membunuh virus dan spesies Pseudomonas bisa tumbuh dalam larutan iodine. Larutan-larutan tersebut hanya boleh digunakan sebagai disinfektan jika disinfektan yang dianjurkan tidak tersedia. Lysol®, Karbol® dan Densol® (asam karbolik 5% atau fenol 1-2%) digolongkan sebagai disinfektan tingkat rendah dan tidak dapat digunakan untuk dekontaminasi atau proses DTT. Tablet formalin hanya efektif dalam suhu tinggi dan dalam bentuk gas jenuh. Penggunaan tablet formalin sangat tidak dianjurkan. Meletakkan tablet bersama sarung tangan, bahan-bahan atau perlengkapan dalam botol kaca yang tertutup tidak akan bekerja secara efektif. Formaldehid (formalin) merupakan bahan karsinogenik sehingga tidak boleh lagi digunakan sebagai desinfektan.

Larutan disinfektan tingkat tinggi yang selalu tersedia dan tidak mahal adalah klorin. Karena larutan klorin bersifat korosif dan proses DTT memerlukan perendaman selama 20 menit maka peralatan yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi harus segera dibilas dengan air matang. Lihat Gambar 1-2 dan 1-3 untuk rumus yang digunakan dalam membuat larutan.

Langkah-langkah kunci pada disinfeksi tingkat tinggi secara kimia termasuk:

  1. Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah didekontaminasi dan cuci-bilas) ke dalam wadah dan tuangkan desinfektan. Ingat: jika peralatan basah sebelum direndam dalam larutan kimia maka akan terjadi pengenceran larutan tersebut sehingga dapat menurangi daya kerja atau efektifitasnya.
  2. Pastikan peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia.
  3. Rendam peralatan selama 20 menit.
  4. Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di buku khusus.
  5. Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadah disinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup.
  6. Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi berpenutup rapat.

DTT kateter secara kimiawi:

  1. Persiapkan larutan klorin 0,5% (lihat Gambar 1-2 dan 1-3).
  2. Pakai sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah tangga pada kedua tangan.
  3. Letakan kateter yang sudah dicuci dan dikeringkan dalam larutan klorin. Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk membilas bagian dalam kateter dengan menggunakan larutan klorin. Ulangi pembilasan tiga kali. Pastikan kateter terendam dalam larutan.
  4. Biarkan kateter terendam selama 20 menit.
  5. Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk membilas kateter dengan air DTT.
  6. Kateter dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan setelah itu dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah DTT yang bersih.

Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman

Luka tusuk benda tajam (misalnya, jarum) merupakan salah satu alur utama infeksi HIV dan hepatitis B di antara para penolong persalinan. Oleh karena itu, perhatikan pedoman berikut:

  1. Letakkan benda-benda tajam diatas baki steril atau disinfeksi tingkat tinggi atau dengan menggunakan “daerah aman” yang sudah ditentukan (daerah khusus untuk meletakkan dan mengambil peralatan tajam).
  2. Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tak sengaja.
  3. Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan pernah meraba ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan.
  4. Jangan menutup kembali, melengkungkan, mematahkan atau melepaskan jarum yang akan dibuang.
  5. Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika sudah dua per tiga penuh. Jangan memindahkan benda-benda tajam tersebut ke wadah lain. Wadah benda tajam yang sudah disegel tadi harus dibakar di dalam insinerator.
  6. Jika benda-benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara insinerasi, bilas tiga kali dengan larutan klorin 0,5% (dekontaminasi), tutup kembali menggunakan teknik satu tangan dan kemudian kuburkan:

Cara melakukan teknik satu tangan:

  • Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras dan rata.
  • Pegang tabung suntik dengan satu tangan, gunakan ujung jarum untuk “mengait” penutup jarum. Jangan memegang penutup jarum dengan tangan lainnya.
  • Jika jarum sudah tertutup seluruhnya, pegang bagian bawah jarum dan gunakan tangan yang lain untuk merapatkan penutupnya.

Pengelolaan Sampah dan Mengatur Kebersihan dan Kerapian

Pembuangan Sampah

Sampah bisa terkontaminasi atau tidak terkontaminasi. Sampah yang tidak terkontaminasi tidak mengandung risiko bagi petugas yang menanganinya. Tapi sebagian besar limbah persalinan dan kelahiran bayi adalah sampah terkontaminasi. Jika tidak dikelola dengan benar, sampah terkontaminasi berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah tersebut termasuk anggota masyarakat. Sampah terkontaminasi termasuk darah, nanah, urin, kotoran manusia dan benda-benda yang kotor oleh cairan tubuh. Tangani pembuangan sampah dengan hati-hati.

Tujuan pembuangan sampah secara benar adalah:

  • mencegah penyebaran infeksi kepada petugas klinik yang menangani sampah dan kepada masyarakat.
  • melindungi petugas pengelola sampah dari luka atau cedera tidak sengaja oleh benda-benda tajam yang sudah terkontaminasi.

Setelah selesai melakukan suatu tindakan (misalnya asuhan persalinan), dan sebelum melepas sarung tangan, letakkan sampah terkontaminasi (kasa, gulungan kapas, perban, dll) ke dalam tempat sampah tahan air/kantung plastik sebelum dibuang. Hindarkan kontaminasi bagian luar kantung dengan sampah yang terkontaminasi. Cara pembuangan yang benar untuk benda-benda tajam terkontaminasi adalah dengan menempatkan benda-benda tersebut dalam wadah tahan bocor (misalnya, botol plastik air mineral atau botol infus) maupun kotak karton yang tebal, kaleng atau wadah yang terbuat dari bahan logam. Singkirkan sampah yang terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak memungkinkan, kuburkan bersama wadahnya. Sampah yang tidak terkontaminasi bisa dibuang ke dalam wadah sampah biasa.

Mengatur Kebersihan dan Kerapian

Pembersihan yang teratur dan seksama akan mengurangi mikroorganisme yang ada pada bagian permukaan benda-benda tertentu dan menolong mencegah infeksi dan kecelakaan.

Ingat hal-hal berikut untuk mengatur kebersihan dan kerapian:

a) Pastikan selalu tersedianya satu ember larutan pemutih (klorin 0,5%) yang belum terpakai

b) Gunakan disinfektan yang sesuai untuk membersihkan peralatan yang tidak bersentuhan dengan darah atau sekresi tubuh (stetoskop, Pinnards, Doppler, termometer, inkubator) di antara pemakaian, terutama sekali diantara ibu atau bayi yang berbeda.

c) Jika menggunakan oksigen, gunakan kanula nasal yang bersih, steril atau DTT setiap kali akan digunakan. Mengusap kanula dengan alkohol tidak mencegah terjadinya infeksi.

d) Segera bersihkan percikan darah. Tuangkan larutan klorin 0,5% pada percikan tersebut kemudian seka dengan kain

e) Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta dorong atau lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi dari debu.

f) Setiap selesai menggunakan tempat tidur, meja dan troli prosedur, segera seka permukaan dan bagian-bagian peralatan tersebut dengan kain yang dibasahi klorin 0,5% dan deterjen.

g) Setiap selesai menolong persalinan, seka celemek menggunakan larutan klorin 0,5%.

h) Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu. Seka lantai, dinding atau permukaan datar lain (setiap hari atau setelah digunakan) dengan larutan klorin 0,5% dan deterjen.

i) Ikuti pedoman umum kebersihan dan kerapian:

  • Bersihkan dari atas ke bawah sehingga kotoran yang jatuh dapat dihilangkan.
  • Selalu gunakan sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah tangga.
  • Seka dan gosok hingga bersih permukaan datar atau lantai setiap setelah digunakan.
  • Tempelkan petunjuk khusus kebersihan di unit tertentu pada area yang mudah dilihat/ dibaca. Cantumkan secara rinci dan jelas tentang apa dan seberapa sering pedoman kebersihan dilaksanakan dan minta staf ikut bertanggung-jawab untuk mengatur kebersihan dan kerapian. Buat daftar tilik prosedur rutin kebersihan dan kerapian.
  • Bersihkan sesering mungkin dinding, tirai kain, plastik atau logam vertikal untuk mencegah penumpukan debu.
  • Jika dinding atau tirai terkena percikan darah, segera bersihkan dengan larutan klorin 0,5%.

Pertimbangan-Pertimbangan Mengenai Pencegahan Infeksi di Luar Institusi

Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di luar institusi, yaitu di rumah, klinik bersalin swasta, polindes atau puskesmas. Jika berlangsung di rumah, hati-hati agar benda-benda yang terkontaminasi tidak menyentuh daerah yang telah dibersihkan dan disiapkan untuk suatu prosedur. Bagian berikut ini akan membahas beberapa perubahan dan pemikiran tindakan-tindakan Pencegahan Infeksi dalam beberapa situasi tertentu.

Cuci tangan

Pastikan bahwa teman dan anggota keluarga mencuci tangan mereka.

Sarung tangan

Jika sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi tidak tersedia, gunakan sarung tangan yang bersih.

Pelindung Pribadi

Gunakan penghalang atau pelindung untuk mencegah darah atau cairan tubuh terpercik ke mata atau mulut. Kacamata yang murah bisa digunakan sebagai pelindung mata apabila tidak tersedia kacamata khusus. Jika barier protektif atau pelindung tidak tersedia, hindarkan berbagai kemungkinan terkontaminasi atau terpercik bahan berbahaya. Jika kulit atau mukosa terpercik darah atau cairan tubuh maka lakukan pencucian dan pembilasan dengan segera.

Teknik Aseptik

Terapkan prinsip untuk menjaga daerah steril dengan menjaga benda-benda terkontaminasi atau kotor agar jauh dari benda-benda bersih atau disinfeksi tingkat tinggi. Pastikan bahwa semua peralatan yang ada dalam partus set dan peralatan menjahit serta benda-benda lain yang mungkin kontak dengan jaringan dibawah kulit telah didisinfeksi tingkat tinggi atau upayakan agar tersedia peralatan yang steril.

Penanganan Peralatan Tajam secara Aman

Hati-hati dengan peralatan tajam; jangan tertinggal di rumah pasien setelah menolong persalinan. Gunakan botol plastik bertutup atau wadah yang memadai untuk menampung benda tajam yang telah digunakan. Botol kaca berpenutup dapat sebagai wadah untuk menampung benda tajam yang didekontaminasi dengan larutan klorin 0,5%.

Pembuangan Sampah

Tempatkan plasenta di dalam kantung plastik atau tembikar dan instruksikan kepada keluarga bagaimana menguburkannya. Cuci secara terpisah linen yang terkontaminasi oleh darah dari linen lainnya, kemudian jemur di terik matahari. Bakar atau kubur sampah terkontaminasi lainnya.

Referensi :

modul APN

Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC

Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York.

JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru Lahir Jakarta. Pusdiknakes.

JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.

Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth edition, Menlo Park, Calofornia.

Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.

Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC

http://farmithapebi-farmasi.blogspot.com/

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar