MAKALAH KONSEP DASAR MASA NIFAS

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut WHO (World Health Organisation) melalui pemantauan ibu meninggal di berbagai belahan dunia memperkirakan bahwa setiap tahun jumlah 500.000 ibu meninggal disebabkan kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes, 2002).

Salah satu Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) 2015 adalah perbaikan kesehatan maternal. Kematian Maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap pencapaian target MDG-5, adalah penurunan 75 % rasio kematian maternal (Adriaansz. G. 2006). Di negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3% - 0,7 %, sedangkan di negara – negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05 % - 0,1 % (informasi wadah organisasi islamiah, 2008).

Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2005).

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

B. RUMUSAN MASALAH

1. Definisi Ibu Nifas

2. Klasifikasi Nifas

3. Tujuan Asuhan Nifas

4. Perubahan–Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas Involusi Traktus Genetalis

5. Adaptasi Psikologi Masa Nifas

6. Aspek – Aspek Klinik Masa Nifas

7. Perawatan Masa Nifas

8. Program dan Kebijakan Teknis

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR NIFAS

1. Definisi

Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari (Prawirohardjo, 2002).

Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandung kembali seperti pra hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).

2. Klasifikasi Nifas

Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :

a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.

b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.

c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan (Mochtar R, 1998).

3. Tujuan Asuhan Nifas

Asuhan nifas bertujuan untuk :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensip, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi yang sehat.

d. Memberikan pelayanan KB.

e. Mempercepat involusi alat kandung.

f. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.

g. Melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau perkamihan.

h. Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. (Mochtar, 1998).

4. Perubahan–Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas Involusi Traktus Genetalis

Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsur– angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil.

a. Corpus uterus

Setelah plasenta lahir, uterus berangsur – angsur menjadi kecil sampai akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi

INVOLUSI

TINGGI FUNDUS UTERI

BERAT UTERUS

Bayi lahir

Setinggi pusat

1.000gr

Uri lahir

2 jari di bawah pusat

750 gr

I minggu

Pertengahan pusat sympisis

500 gr

2 minggu

Tak teraba diatas sympisis

350 gr

6 minggu

Bertambah kecil

50 gr

8 minggu

Sebesar normal

30 gr

(Sumber : Mochtar, 1998)

b. Endometrium

Perubahan–perubahan endometrium ialah timbulnya trombosis degenerasi dan nekrosis di tempat inplantasi plasenta.

Hari I : Endometrium setebal 2 – 5 mm dengan permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin.

Hari II : Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel – sel dibagian yang mengalami degenerasi.

c. Involusi tempat plasenta.

Uterus pada bekas inplantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, penonjolan tersebut dengan diameter ± 7,5 cm, sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai 24 mm.

d. Perubahan pada pembuluh darah uterus.

Pada saat hamil arteri dan vena yang mengantar darah dari dan ke uterus khususnya ditempat implantasi plasenta menjadi besar setelah post partum otot – otot berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah pada uterus akan terjepit, proses ini akan menghentikan darah setelah plasenta lahir.

e. Perubahan servix

Segera setelah post partum, servix agak menganga seperti corong, karena corpus uteri yang mengadakan kontraksi. Sedangkan servix tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara corpus dan servix uteri berbentuk seperti cincin. Warna servix merah kehitam – hitaman karena pembuluh darah.

Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2 – 3 jari saja dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukan 1 jari ke dalam cavum uteri.

f. Vagina dan pintu keluar panggul

Vagina dan pintu keluar panggul membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil. Pada minggu ke – 3 post partum, hymen muncul beberapa jaringan kecil dan menjadi corunculac mirtiformis.

g. Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur ciut kembali. Ligamentum latum dan rotundum lebih kendor dari pada kondisi sebelum hamil. (Mochtar, 1998).

5. Adaptasi Psikologi Masa Nifas

a. Masa Taking In

1). Dimulai sejak dilahirkan sampai 2 – 3 hari.

2). Ibu bersifat pasif dan berorientasi pada diri sendiri.

3). Tingkat ketergantungan tinggi.

4). Kebutuhan nutrisi dan istirahat tinggi.

b. Masa Taking Hold

1) Berlangsung sampai 2 minggu.

2) Klien mulai tertarik pada bayi.

3) Ibu berupaya melakukan perawatan mandiri.

c. Masa taking Go

1) Berlangsung pada minggu ke III – IV.

2) Perhatian pada bayi sebagai individu terpisah. (Mochtar, 1998)

6. Aspek – Aspek Klinik Masa Nifas

a. Suhu badan dapat mengalami peningkatan setelah persalinan, tetapi tidak lebih dari 380C. Bila terjadi peningkatan melebihi 380C selama 2 hari berturut-turut, maka kemungkinan terjadi infeksi. kontraksi uterus yang diikuti HIS pengiring menimbulkan rasa nyeri-nyeri ikutan (after pain) terutama pada multipara, masa puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan endomentrium serta sisa dari implantasi plasenta yang disebut lochea.

b. Pengeluaran lochea terdiri dari :

1). Lochea rubra : hari ke 1 – 2.

Terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo, dan mekonium.

2). Lochea sanguinolenta : hari ke 3 – 7

Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.

3). Lochea serosa : hari ke 7 – 14.

Berwarna kekuningan.

4). Lochea alba : hari ke 14 – selesai nifas

Hanya merupakan cairan putih lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea purulent.

c. Payudara

Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ pelvix, payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi supresi payudara akan lebih menjadi besar, kencang dan lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.

Hari kedua post partum sejumlah colostrums cairan yang disekresi oleh payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi dapat diperas dari puting susu. Colostrums banyak mengandung protein, yang sebagian besar globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan lemak sedikit.

d. Traktus Urinarius

Buang air sering sulit selama 24 jam pertama, karena mengalami kompresi antara kepala dan tulang pubis selama persalinan.

Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone esktrogen yang bersifat menahan air akan mengalani penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan diuresis.

e. System Kardiovarkuler

Normalnya selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, Hb, Hematokrit dan hitungan eritrosit berfruktuasi sedang. Akan tetapi umumnya, jika kadar ini turun jauh di bawah tingkat yang ada tepat sebelum atau selama persalinan awal wanita tersebut kehilangan darah yang cukup banyak. Pada minggu pertama setelah kelahiran , volume darah kembali mendekati seperti jumlah darah waktu tidak hamil yang biasa. Setelah 2 minggu perubahan ini kembali normal seperti keadaan tidak hamil.(Saifuddin, 2002).

7. Perawatan Masa Nifas

Perawatan puerperium dilakukan dalam bentuk pengawasan sebagai berikut :

a. Rawat gabung

Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama, sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI terjamin.

1). Pemeriksaan umum; kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.

2). Pemeriksaan khusus; fisik, tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

3). Payudara; puting susu atau stuwing ASI, pengeluaran ASI. Perawatan payudara sudah dimulai sejak hamil sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oxitosin dikeluarkan oleh hipofisis. Produksi akan lebih banyak dan involusi uteri akan lebih sempurna.

4). Lochea; lochea rubra, lochea sanguinolenta.

5). Luka jahitan; apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi (kotor, dolor/fungsi laesa dan pus ).

6). Mobilisasi; karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring ke kiri dan kekanan serta diperbolehkan untuk duduk, atau pada hari ke – 4 dan ke- 5 diperbolehkan pulang.

7). Diet; makan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan buah-buahan.

8). Miksi; hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya, paling tidak 4 jam setelah kelahiran. Bila sakit, kencing dikaterisasi.

9). Defekasi; buang air besar dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila sulit bab dan terjadi obstipasi apabila bab keras dapat diberikan laksans per oral atau perektal. Jika belum biasa dilakukan klisma.

10). Kebersihan diri; anjurkan kebersihan seluruh tubuh, membersihkan daerah kelamin dengan air dan sabun. Dari vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang kemudian anus. Mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari, mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan kelamin.

11). Menganjurkan pada ibu agar mengikuti KB sendini mungkin setelah 40 hari (16 minggu post partum).

12). Nasehat untuk ibu post partum; sebaiknya bayi disusui. Psikoterapi post natal sangat baik bila diberikan. Kerjakan gimnastik sehabis bersalin. Sebaiknya ikut KB.

b. Imunisasi; bawalah bayi ke RS, PKM, posyandu atau dokter praktek untuk memperoleh imunisasi

c. Cuti hamil dan Bersalin

Menurut undang–undang bayi, wanita, pekerja berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan sesudah bersalin(Manuaba, 1998).

8. Program dan Kebijakan Teknis

Paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir. Untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah – masalah yang terjadi.

a. Kunjungan masa nifas terdiri dari :

1). Kunjungan I : 6 – 8 jam setalah persalinan

Tujuannya :

a). Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b). Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut.

c). Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d). Pemberian ASI awal.

e). Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.

f). Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

2). Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan

Tujuannya :

a). Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b). Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.

c). Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.

d). Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit.

e). Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.

3). Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.

Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )

4). Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.

Tujuannya :

a). Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.

b). Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidibn Bidan, Cetakan 1, EGC, Jakarta.

Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC, Jakarta. Sarwoho 13, 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS — SP.

Ningsih, 2009. (www.tutorial-kuliah.blogspot.com./2009), Tutor kuliah, diakes pada tanggal 26 Juli 2009.

Sarwono P, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi I, Cetakan 3, YBP - SP, Jakarta.

Tenreng, 2008. (www.tenreng.files.wordpress.com/2009), Asuhan Keperawatan Post Op SC, diakes pada tanggal 26 Juli 2009.

Varney, H, dkk. 2002, Buku Saku Bidan, EGC, Jakarta.

Wikipedia, 2009. (www.wikipedia-bedahcesar.wordpress. com/2009), Bedah Cesar, diakes pada tanggal 26 Juli 2009.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar