BAB l
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perilaku curiga merupakan gangguan berhubungan dengan orang lain dan lingkungan yang ditandai denganperasaan tidak percaya dan ragu-ragu. Perilaku tersebut tampak jelas saat individu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan .
Apabila masalah curiga tidak diatasi, maka akan menimbulkan maslah-masalah lain seperti : menarik diri, kurang minat dalam kebersihan diri yang dapat menyebabkan penampilan diri kurang adekuat. Dapat juga menyebabkan pengungkapan marah yang tidak konstruktif, sehingga dapat melukai diri sendiri dan orang lain. Kelompok juga sulit menemukan literatur yang membahas tentang perilaku curiga.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Pusat Jakarta (RSJPJ) sebagai lahan praktek, diperoleh data bahwa 75 % klien yang rawat ulang. Masalah asuhan keperawatan yang ditemukan adalah menarik diri, curiga, halusinasi dan ketidak mampuan merawat diri. Dari masalah-masalah yang ada, ditemukan 4 kasus dari 12 yang ada ( 30%) klien dengan masalah curiga.
Berdasarkan fenomena tersebut, kelompok tertarik untuk mempelajari lebih lanjut dan menyajikan dalam bentuk seminar dengan topik ”Asuhan Keperawatan Klien dengan Perilaku Curiga”.
B. TUJUAN
Tujuan kelompok V mengambil kasus Nn. G dengan masalah utama curiga adalah :
1. Mempelajari kasus curigai disesuaikan dengan teori dan konsep yang telah diterima.
2. Memberikan asuhan keperawatan pada klien curiga dengan pendekatan proses keperawatan.
3. Mendesiminasikan asuhan keperawatan klien curiga.
C. PROSES PENULISAN MAKALAH.
Dalam menuliskan laporan kasus ini, kelompok mahasiswa mendiskusikan kasus-kasus diruang Melati, memutuskan untuk mengambil salah satu kasus untuk seminar yaitu curiga, kemudian kelompok melakukan studi literatur yang terkait dengan kasus, selanjutnya melakukan asuhan keperawatan pada klien yang dimaksud. Asuhan keperawatan dilakukan mulai minggu ke tiga (17 April 1997) sampai dengan minggu ke tujuh (16 Mei 1997). Akhirnya disusun secara tertulis dalam bentuk makalah untuk diseminarkan.
BAB ll
GAMBARAN KASUS
A. Pengkajian.
Nn. G, wanita 47 th. Agama budha, belum kawin, tidak tamat SD, anak pertama dari 8 bersaudara (klien anak angkat). Klien keluar masuk RS jiwa tahun 1977 di RS J Bogor, dan masuk RSJ Grogol 1978 sampai sekarang. Alasan masuk rumah sakit menurut keluarga, klien sering marah - marah , tidak tahu penyebabnya, banting pintu, nada suara tinggi tidak jelas dan melempari rumah orang.
Keadaan klien saat ini, kadang-kadang marah, merebut barang orang lain, jika bicara mata melotot, sering tampak tegang bicara kadang-kkadang kacau, kalau lagi marah suara tinggi dan cepat, vena jugularisnya menonjol, sambil berjalan jalan menghampiri klien lain. Bila klien marah mengatakan ” Orang-orang disini malas-malas tidak mau bantu bersih-bersih, inginnya enak-enakkan makan tidur saja”. Suatu hari klien mengeluh barangnya (uang dan alat mandi) hilang, dan bajunya robek. Klien beranggapan klien E. yang mengambil.
Gigi klien kuning sudah banyak yang tanggal, kulit agak bersisik, rambut kotor banyak ketombe, klien tampak tidak rapi, baju jarang ganti, sering duduk dan tiduran dilantai. Setiap bertemu dengan mahasiswa klien belum mandi. Klien mandi 1x sehari kadang-kadang tidak mandi; klien mengatakan malas mandi.
Pada tanggal 25/4 1997 , Klien sedang duduk dan disampingnya duduk klien M, tiba-tiba nada suara klien seperti mengomel melihat klien M, nada suaranya tambah tinggi dan tiba-tiba klien M dipukul lalu pergi meninggalkan klien M sambil marah-marah. Setelah di eksplorasi klien mengatakan ” klien M mengejek”. Jika melihat orang sedang ngobrol klien tampak menyelidik. Dari hasil pengkajian keluarga : apabila klien pulang kerumah (setiap hari Sabtu dan Minggu) kegiatan klien bersih-bersih got, sampah, bersih-bersih rumah, tetapi setelah itu klien marah-marah membuat lingkungan menjadi berisik.
B. Masalah Keperawatan.
Dari data-data tersebut diatas muncul masalah keperawatan : curiga, menarik diri, cara mengungkapkan marah yang tidak konstruktif, potensial melukai orang lain/amuk, kurang berminat dalam kebersihan diri dan penampilan diri kurang adekuat.
1. Curiga
· DS : Klien selalu mengatakan orang lai malas, mengatakan barang-barangnya hilang dan baju robek menuduh klien E yang melakukan, merasa kesal karena klien M sering mengejek.
· DO : klien menyelidik bila ada orang berbicara, sering kontrol kamar klien lain, tiba-tiba marah dan memukul klien M pada saat klien M duduk.
2. Menarik diri
· D.S : Klien mengatakan malas bicara dengan klien lain karena sering membuat kesal
· D.O : Klien sering sendiri dikamar, tidak pernah berinteraksi dengan klien lain, sering melamun dibawah tempat tidurnya sambil merokok.
3. Cara mengungkapkan marah yang tidak konstruktif
· D.S : Klien megatakan kalau marah mengamuk, keluarga mengatakan klien marah-marah.
· D.O : Klien sering tampak tegang, kurang bersahabat, kalau marah nada suara tinggi dan cepat, mata melotot, bicara kacau dan terlihat vena jugularis menonjol.
4. Potensial melukai orang lain, diri sendiri/amuk.
· D.S : Klien mengatakan, minta agar klien lain mau membersihkan kotoran yang ada diruangan. Klien lain mengatakan bahwa klien G sering menyuruh kalau tidak mau , marah-marah.
· D.O : Klien kalau marah jalan-jalan menghampiri klien lain, suka merebut barang orang lain, sering berdebat dengan klien lain, nada suara tinggi.
5. Kurang berminat dalam kebersihan diri
· D.S : Klien mengatakan malas mandi, kalau mandi 1x sehari, siang hari, kadang-kadang tidak mandi.
· D.O : Klien tampak tidak rapi, sering duduk dan tiduran dilantai, setiap kali interaksi dengan mahasiswa (jam 09.00) klien belum mandi.
6. Penampilan diri kurang adekuat
D.S: Klien mengatakan enggan mandi badannya gatal.
D.O : Kulit agak bersisik, gigi kuning rambut kotor banya ketombe, baju jarang diganti tidak rapi dan sering duduk dilantai.
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Proses terjadinya masalah.
Perilaku curiga merupakan gangguan berhubungan dengan orang lain dan lingkungan yang ditandai dengan perasaan tidak percaya dan ragu-ragu. Perilaku tersebut tampak jelas saat individu berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. Perilaku curiga merupakan prilaku proyeksi terhadap perasaan ditolak, ketidakadekuatan dan inferiority. Ketika klien kecemasannya meningkat dalam merespon terhadap stresor, intra personal, ekstra personal dan inter personal. Perasaan ketidak nyamanan di dalam dirinya akan diproyeksikan dan kemudian dia akan merasakan sebagai ancaman/ bahaya dari luar. Klien akan mempunyai fokus untuk memproyeksikan perasaannya yang akan menyebabkan perasaan curiga terhadap orang lain dan lingkungannya. Proyeksi klien tersebut akan menimbulkan prilaku agresif sebagaimana yang muncul pada klien atau klien mungkin menggunakan mekanisme pertahanan yang lain seperti reaksi formasi melawan agresifitas, ketergantungan, afek tumpul, denial, menolak terhadap ketidaknyamanan.
Faktor predisposisi dari curiga adalah tidak terpenuhinya trust pada masa bayi . Tidak terpenuhinya karena lingkungan yang bermusuhan, orang tua yang otoriter, suasana yang kritis dalam keluarga, tuntutan lingkungan yang tinggi terhadap penampilan anak serta tidak terpenuhinya kebutuhan anak. Dengan demikian anak akan menggunakan mekanisme fantasi untuk meningkatkan harga dirinya atau dia akan mengembangkan tujuan yang tidak jelas.
Klien dengan perilaku curiga memperlihatkan sikap bermusuhan dan mudah marah, sorot mata tajam dan menyelidik, sangat sensitif terhadap perilaku orang lain, gelisah, ketakutan, cemas (agitasi dan agresif). Sering kali kaku dalam menafsirkan pendapat tentang lingkungan, berbicara tidak sesuai dengan kenyataan. Berbicara membesar-besarkan diri (grandiosa), bersikap seperti orang penting, selalu memprotes keadaan lingkungan.
Menarik diri, merasa asing dengan orang lain dan lingkungan, tidak mampu melaksanakan peran dalam keluarga mengguanakan mekanisme dalam mempertahankan diri proyeksi, dineal (pengingkaran), menolak makan dan obat berat badan cenderung turun, tidak dapat tidur atau sering terbangun waktu tidur. Kebersihan diri kurang, tidak rapih, pakaian kotor. Kurang berpartisipasi dalam kegiatan agama, ada usaha bunuh diri dan cenderung melikai orang lain.
Pada klien , dari data yang ditemukan faktor predisposisi dari prilaku curiga adalah gangguan pola asuh. Di dalam keluarga klien merupakan anak angkat dari keluarga yang pada saat itu belum memiliki anak. Klien menjadi anak kesayangan ayahnya, karena klien dianggap sebagai pembawa rejeki keluarga. Sejak kelahiran adik-adiknya ( 7 orang ) klien klien berusia 10 tahun, mulai merasa tersisih dan tidak diperhatikan, merasa tidak nyaman, sehingga klien merasa terancam dari lingkungan keluarganya. Sejak itu klien tidak percaya pada orang lain, sering marah-marah dan mengamuk sehingga klien dibawa oleh keluarganya ke RS jiwa.
Masalah yang biasanya timbul pada klien curiga karena adanya kecemasan yang timbul akibat klien merasa terancam konsep dirinya, kurangnya rasa percaya diri terhadap lingkungan yang baru/asing ,masalah ini tidak muncul pada klien G. Masalah lain yang juga sering muncul pada klien curiga yaitu marah, timbul sebagai proyeksi dari keadaan ketidak adekuatan dari perasaan ditolak, masalah ini muncul pada klien .
Isolasi sosial merupakan masalah yang juga muncul pada diri klien. Klien menarik diri akibat perasaan tidak percaya pada lingkungan . Curiga merupakan akibat dari mekanisme koping yang tidak efektif, klien menunjukan bingung peran, kesulitan membuat keputusan, berperilaku destruktif dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yang tidak sesuai, dan masalah ini ada pada diri klien.
Masalah lain yang timbul adalah gangguan perawatan diri dan data yang diperoleh : klien berpenampilan tidak adekuat, dimana klien tidak mandi, tidak mau gosok gigi, rambut kotor dan banyak ketombe, kuku kotor dan panjang, masalah ini ada pada diri klien.
Pada klien umumnya terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah, dimana klien mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya. Selama melakukan asuhan keperawatan kemungkinan ditemukan, kelompok masih perlu data lagi, karena kalau dianalisa masalah curiga muncul karena adanya masalah harga diri rendah.
Potensial gangguan nutrisi, pada klien curiga biasanya mengira makanan itu beracun atau petugas mungkin sudah memasukkan obat-obatan ke dalam minumannya, akibatnya tidak mau makan - minum, masalah ini tidak ada pada diri klien.
Tindakan Keperawatan.
MASALAH 1 : Curiga.
Psikoterapeutik.
a) Bina hubungan saling percaya.
· Sadari bahwa klien sangat sensitif , curiga, dan banyak menggunakan mekanisme pertahanan diri proyeksi.
· Adakan kontak hubungan dengan klien sering dalam waktu singkat, pertahankan kontak mata.
· Bicara secara terbuka , tidak ber bisik-bisik klien dapat mendengar dengan jelas, tidak berhenti berbicara saat klien datang, tidak menggunakan bahasa sindiran.
· Hindari perdebatab dalam berbicara dengan klien.
· Bila ada perubahan jadwal informasikan dengan mengunakan kalimat yang singkat dan jelas.
· Minta maaf bila perawat tidak memenuhi janjinya.
b) Bingbing klien mengungkapkan perasaan
· Katakan pada klien bahwa menjamin keamanan dan melindunginya selama perawatan.
· Katakan kepada klien bahwa perawat selalu membantunya sehubungan dengan perasaannya .
· Anjurkan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara nonverbal dan memberi umpan balik.
· Tanyakan tenyang persaan klien apabila klien mengungkapkan perasaan secara nonverbal dan memberi umpan balik.
· Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal dan bersama-sama mencari jalan penyelesaiannya
c) Bantu dan bimbing klien menemukan cara penyelesaian masalah (koping) yang konstruktif.
· Bicarakan dengan klien apa yang dilakukannya saat mengalami perasaan curiga, bermusuhan, takut dan cemas.
· Bicarakan dengan klien manfaat dari cara penyelasaian masalah yang biasa digunakan.
· Bersama klien mencari alternatif cara penyelesaian masalah untuk mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan tersebut.
· Berikan dorongan kepada klien agar memilih penyelesaian masalah yang tepat ,serta membicaraakan konsekwensi dari cara yang dipilih.
· Berikan kesempatan pada klien untuk mencobanya.
· Bimibing klien untuk mencoba cara lain
d) Beri penghargaan dan pujian atas keberhasilan klien.
Pendidikan Kesehatan.
· Bimbing klien untuk meningkatkan pengetahuan tentang perilaku yang adaptif (dapat diterima) dan maladaptif (tidak dapat diterima).
· Bicarakan akibat penilaian yang salah terhadap realitas.
· Bantu dan latih klien untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi.
· Latih klien dalam berkomunikasi ,untuk tetap mengakui keberadaan orang lain dengan menggunakan kata “saya” dan bukan “kita” untuk mengembangkan kemampuan sosialisasinya.
· Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang jenis,dosis dan manfaat obat.
Kegiatan Hidup Sehari-hari (ADL).
a) Bimbing klien memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
· Pantau pola makan
· Ajak klien ke ruang makan
· Jelaskan kepada klien bahwa makan dan minum yang cukup untuk menjaga kesehatannya.
· Tanyakan kepada klien alasan jika dia menolak makan
· Beri kesempatan klien untuk ikut serta menyiapkan makanan bila klien curiga makanannya diracuni.
· Ajak klien makan bersama dengan klien lain dan petugas
· Anjurkan kepada keluarga untuk membawa makanan dari rumah.
b) Bimbing klien melaksanakan kebersihan diri
· Jelaskan kepada klien manfaat kebersihan diri
· Bimbing klien untuk mandi,gosok gigi,keramas,berhias dan berpakaian yang pantas dan rapih
· Sediakan fasil;itas untuk:mandi ,sikat gigi,berhias dan berpakaian
· Beri pujian bila klien berpenampilan bersih dan rapih
c) Bimbing klien melakukan kegiatan.
· Berikan klien kegiatan yang disukai, yang dapat diselesaikan dengan baik, dan dapat menyalurkan dorongan agresifitas dan rasa bermusuhan.
· Bantu klien memilih kegiatan yang dapat dilakukan.
· Ajak klien mengikuti kegiatan atau secara bertahap, dari jenis kegiatan yang tidak memerlukan persaingan (kompetetif) sesuai dengan kemampuan klien.
Terapi Somatik.
a) Beri obat sesuai denganprogram medis
· Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain agar kemasan obat tetap terjamin.
· Beri obat dalam bentuk cairan bila klien enggan minum obat dalam bentuk tablet.
b) Pantau respon klien.
Lingkungan Terapeutik
a) Siapkan lingkungan fisik yang aman agar dapat menurunkan perasaan cemas.
· Pindahkan klien ke tempt yang tenang dan aman apabila dia merasa terancam dan kehilangan kontrol diri.
· Pantau tingkah laku klien ; meningkatkan kecemasan dan tanda marah.
· Berikan jaminan bahwa lingkungan aman bagi klien.
· Sediakan tempat tidur ,lemari pribadi dimana klien yakin barangnya aman tersimpan.
b) Siapkan Lingkungan Sosial
· Pindahkan klien ketempat yang tenang bila kemarahannya memuncak dan berikan pengertian kepada klien yang lain bahwa perilakunya tersebut sehubungan dengan curiga.
· Buat agar klien dapat berinteraksi dengan petugas lain dan menganjurkan kepada petugas tersebut untuk sering berinteraksi dalam waktu singkat.
· Pantau klien saat berinteraksi dan anjurkan untuk mengembangkan pendekatan yang tepat dalam membina hubungan dengan orang lain.
· Beri dukungan bila klien mampu mencoba berinteraksi dengan orang lain dengan menyediakan fasilitas;tempat,pujian.
MASALAH 2 : Menarik diri
Psikoterapeutik.
a) Bina hubungan saling percaya
· Buat kontrak dengan klien : memperkenalkan nama perawat dan waktu interaksi dan tujuan.
· Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama klien, untuk menunjukkan penghargaan yang tulus.
· Jelaskan kepada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan.
· Selalu memperhatikan kebutuhan klien.
b) Berkomunikasi dengan klien secara jelas dan terbuka
· Bicarakan dengan klien tentang sesuatu yang nyata dan pakai istilah yang sederhana
· Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas dan teratur.
· Bersama klien menilai manfaat dari pembicaraannya dengan perawat.
· Tunjukkan sikap empati dan beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaanya
c) Kenal dan dukung kelebihan klien
· Tunjukkan cara penyelesaian masalah (koping) yang bisa digunakan klien, cara menceritakan perasaanya kepada orang lain yang terdekat/dipercaya.
· Bahas bersama klien tentang koping yang konstruktif
· Dukung koping klien yang konstruktif
· Anjurkan klien untuk menggunakan koping yang konstruktif.
d) Bantu klien mengurangi cemasnya ketika hubungan interpersonal
· Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan klien pada awal terapi.
· Lakukan interaksi dengan klien sesering mungkin.
· Temani klien beberapa saat dengan duduk disamping klien.
· Libatkan klien dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap, dimulai dari klien dengan perawat, kemudian dengan dua perawat, kemudian ditambah dengan satu klien dan seterusnya.
· Libatkan klien dalam aktivitas kelompok.
Pendidikan kesehatan
· Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan selain dengan kata-kata seperti dengan menulis, menangis, menggambar, berolah-raga, bermain musik, cara berhubungan dengan orang lain : keuntungan berhubungan dengan orang lain.
· Bicarakan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri.
· Jelaskan dan anjurkan kepada keluarga untuk tetap mengadakan hubungan dengan klien.
· Anjurkan pada keluarga agar mengikutsertakan klien dalam aktivitas dilingkungan masyarakat.
Terapi Somatik.
· Beri obat sesuai dengan prinsip lima benar.
· Pantau reaksi obat.
· Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan.
· Pastikan apakah obat telah diminum, periksa tempat-tempat yang memungkinkan klien menyimpan obat.
Lingkungan terpeutik.
· Pindahkan barang-barang yang dapat membehayakan klien maupun orang lain dari ruangan klien.
· Cegah agar klien tidak berada dalam ruangan sendiri dalam waktu lama.
· Beri rangsangan sensori seperti suara musik dan gambar di ruangan klien.
Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
· Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat melaksanakannya sendiri.
· Bimbing klien berpakaian yang rapi
· Batasi kesempatan untuk tidur
· Sediakan sarana informasi dan hiburan seperti : majalah, surat kabar, radio dan televisi.
· Buat dan rencanakan jadwal kegiatan bersama-sama klien.
MASALAH 3: Cara mengungkapkan marah yang tidak konstrukti
Psikoterapeutik
a) Bina hubungan saling percaya
· Memanggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
· Bicara dengan sikap tenang , rileks dan berwibawa.
b) Bantu klien mengidentifikasi rasa marah
· Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap yang tenang.
· Beri respon atas ungkapan rasa marah dan bermusuhan.
· Bimbing klien mengungkapkan rasa marah yang sehat.
c) Identifikasi cara marah yang sehat(biologi, emosional, intelektual, sosial, spiritual)
· Bimbing klien mencoba cara marah yang dipilih pada situasi nyata.
d) Berikan bimbingan atau latihan mengungkapkan marah secara asertif.
· Bantu latihan asertif (kenali tanda marah,kenali cara marah,dengan membedakan cara yang konstruktif dan destruktif).
· Bantu memperhatikan perilaku positif.
· Lindungi melukai diri sendiri dan orang lain.
Lingkungan Terapeutik
· Rencanakan dan ciptakan lingkungan yang tidak meningkatkan reaksi marah klien.
· Tempatkan klien di ruang rawat dan ikut sertakan dalam kegiatan ruangan, pengaturan waktu interaksi, pola staf dan tingkat aktivitas.
Terapi Somatik
Melaksanakan program terapi medik :
· Siapkan obat sesuai dengan dosis.
· Catat obat (nama obat, cara, waktu) yang telah ditentukan.
· Pastikan klien sudah minum obat.
· Pantau respon klien.
Pendidikan Kesehatan
· Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak bantal, kasur).
· Anjurkan klien untuk latihan relaksasi, latihan fisik atau olah raga.
· Ajarkan dan anjurkan keluarga menerima marah klien dengan diam sebentar.
· Setelah klien tenang anjurkan klien dan keluarga mendiskusikan penyebab marah.
· Anjurkan keluarga untuk menggunakan humor yang tidak menyakiti orang lain.
Kegiatan Kehidupan Sehari-hari (ADL)
1. Penuhi kebutuhan gizi dan cairan
· Beritahu klien saat makan /minum.
· Jelaskan bahwa makan/minum dapat meningkatkan kesehatannya.
· Sediakan makanan tinggi kalori dan protein.
· Anjurkan klien untuk cuci tangan sebelum makan.
· Tanyakan alasan klien menolak makan
· Beri pujian bila klien dapat menghabiskan makanan yang disiapkan.
· Anjurkan klien untuk cuci tangan sesudah makan.
2. Bantu klien merawat kebersihan diri
· Buat perjanjian dengan klien tantang kegiatan yang akan dilakukan
· Bimbing klien untuk mandi , gosok gigi, keramas , mengeringkan badannya sendiri.
· Bantu klien dan bimbing berpakaian rapih,menyisir rambut serta menghias wajah.
· Beri pujian dan umpan balik setelah klien melakukan kegiatan
· Catat hasil kegiatan serta respon klien
MASALAH 4 : Potensial melukai orang lain.
Psikoterapeutik
a) Bina hubungan saling percaya
· Memanggil klien dengan nama yang disukai
· Bicara dengan sikap tenang ,rileks dan berwibawa
· Tanyakan apa yang diinginkan oleh klien dengan tidak menjanjikan sesuatu yang tidak mungkin dapat dipenuhi.
b) Bantu klien mengungkapkan rasa marah.
· Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap yang tenang.
· Beri respon atas ungkapan rasa marah dan bermusuhan
· Anjurkan klien untuk mencoba mengendalikan diri , dan menyatakan bahwa perawat siap membantunya.
Lingkungan terapeutik
1. Amankan klien dan lingkungan
· siapkan ruangan yang akan dipakai untuk perawatan klien
· Anjurkan klien lain atau keluarga untuk mengosongkan tempat yang akan dilalui oleh klien
· Pindahkan alat-alat yang membahayakan klien atau lingkungannya
2. Pindahkan klien ke tempat yang aman
· Siapkan tenaga minimal 2 orang (sesuai dengan kondisi klien)
· Seorang petugas berbicara kepada klien agar ia berusaha mengendalikan diri dengan tetap menjaga jarak personal.
· Petugas yang lain siap memberi bantuan bila klien tidak dapat mengendalikan diri, tapi bila klien dapat mengendalikan diri maka ajak klien ketempat yang tenang dengan didampigi oleh perawat.
· Bila klien tetap tidak dapat mengendalikan diri maka :
· Petugas satu memegang tangan kiri klien petugas memegang tangan kanannya.
· Tangan klien disilangkan diodadanya kemudian petugas satu memegang tangan kanan dan petugas dua memegang tangan kiri kilen.
· Klien diminta berjalan keruangan yang telah disiapkan.
Jelaskan pada klien tujuan tindakan yang dilakukan secara berulang.
Terapi Somatik
Melaksanakan program terapi medik, beri obat melalui suntikan :
· Jelaskan pada klien tindakan yang akan dilakukan
· Manset klien bila dalam keadaan gelisah.
· Siapkan obat sesui dengan dosis ,didalam spit bawa ke ruang klien dengan menggunakan bak instrumen steril.
· Dua orang petugas menghampiri klien sambil membantu mengatur posisi dan pegang tanmgannya.
· Satu orang petugas / perawat yang lain menahan bagian yang akan disuntik sambil menenangkan klien .
· Setelah disuntik salah seroang perawat mendampingi klien sampai tenang kembali.
· Perawat merapihkan alat dan mencuci tangan, dokumentasikan pemberian obat (nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberiaan ).
Pendidikan Kesehatan.
· Jelaskan pada keluarga tanda-tanda dini pada klien amuk.
· Jelaskan pada keluarga agar tidak menghadapi klien sendiri bila dia dalam keadaan amuk.
· Beri informasi cara-cara mengatasi klien amuk serta tempat mencari bantuan bila diperlukan.
Kegiatan Kehidupan Sehari-hari (ADL)
a) Penuhi kebutuhan gizi dan cairan
· Beritahu klien saat makan /minum
· Jelaskan bahwa makan/minum dapat meningkatkan kesehatannya
· Sediakan makanan tinggi kalori dan protein
· Anjurkan klien untuk cuci tangan sebelum makan
· Tanyakan alasan klien menolak makan
· Beri pujian bila klien dapat menghabiskan makanan yang disiapkan.
· Anjurkan klien untuk cuci tangan sesudah makan.
b) Bantu klien merawat kebersihan diri
· Buat perjanjian dengan klien tantang kegiatan yang akan dilakukan
· Bimbing klien untuk mandi , gosok gigi, keramas , mengeringkan badannya sendiri.
· Bantu klien dan bimbing berpakaian rapih,menyisir rambut serta menghias wajah.
· Beri pujian dan umpan balik setelah klien melakukan kegiatan
· Catat hasil kegiatan serta respon klien
MASALAH 5 : Kurang minat dalam kebersihan diri
Psikoterapeutik
· Bina hubungan saling percaya
· Bimbing klin mengungkapkan perasaannya
· Bantu dan bimbing klien menemukan cara penyelesaian masalah kebersihan
Kesehatan Pendidikan
· Bimbing klien untuk meningkatkan pengetahuan tentang perawatan diri.
· Diskusikan dengan klien manfaat kebersihan diri.
· Diskusikan dengan klien cara perawatan diri
Lingkungan terapeutik
· Siapkan lingkungan fisik yang bersih.
· Bimbing klien melakukan kegiatan sehari-hari.
Kegiatan Hidup Sehari-hari.
- Bimbing klien memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
- Bimbing klien melaksanakan kebersihan diri.
* Jelaskan kepada klien manfaat kebersihan diri.
* Bimbing klien untuk mandi ,gosok gigi, keramas, berhias dan berpakaian yang pantas dan rapi.
* Sediakan fasilitas untuk memelihara kebersihan.
* Beri reinforcement positif bila klien berpenampilan rapi dan bersih.
BAB IV
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan proses keperawatan berorientasi pada masalah yang timbul pada klien. Pada bab ini akan menyampaikan secara singkat mengenai pelaksanaan proses keperawatan yang meliputi : diagnosa keperawatan, tujuan jangka panjang, implementasi/tindakan yang dilakukan, evaluasi dan tindak lanjut.
Adapun proses keperawatan secara lengkap ada pada lampiran.
Diagnosa keperawatan I
”Potensial melukai diri sendiri, orang lain s/d ketidakmampuan klien mengungkapkan marah secara konstruktif”.
Tupan : tidak melukai orang lain / diri sendiri serta mampu mengungkapkan marah secara konstruktif.
Intervensi : Membina hubungan saling percaya dengan klien, memelihara ketengann lingkungan dengan suasana hangat dan bersahabat, mempertahan kan sikap perwat secara konsisten, mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah. mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pada orang yang sedang marah, mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang dilekukan bila klien marah, mendiskusikan dengan klien cara mengungkapkan marah secara konstruktif, mendiskusikan dengan keluarga (pada saat kunjungan rumah) ttg marah pada klien , apa yang sudah dilakukan bila klien marah dirumah bila klien cuti.
Evaluasi : Setelah mendapatkan asuhan keperawatan klien mengalami perkembangan : klien mau menerima petugas (mahasiswa ) dan membalas salam, berespon secara verbal, dapat membalas jabat tangan dan mau diajak berbicara, mampu mengungkapkan penyebab marahnya, dapat mengenal tanda-tanda marah, megatakan kalau amuk itu tidak baik, dapat memperagakan tehnik relaksasi.
Tindak lanjut : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diatas kelompok merencanakan untuk melanjutkan untuk latihan marah yang konstruktif dengan tehnik relaksasi dan tehnik asertif.
Diagnosa keperawatan II
”Gangguan hubungan sosial; menarik diri sehubungan dengan curiga”.
Tupan : klien dapat berinteraksi dengan orang lain (sesama klien, perawat)
Implementasi : membina hubungan saling percaya, bersikap empati pada klien, mengeksplorasi penyebab kecurigaan pada klien, mengadakan kontak sering dan singkat, meningkatkan respon klien terhadap realita, memberikan obat sesuai dengan program terapi dan mengawasi respon klien, mengikut sertakan klien dalam TAK sosialisasi untuk berinteraksi.
Evaluasi: Klien mampu mengeksplorasi yang menyebabkan curiga, klien hanya berinteraksi dengan perawat terutama perawat praktikan, klien tidak berinteraksi dengan klien lain, klien disiplin dalam meminum obat sesuai program terapi.
Tindak lanjut: Teruskan untuk program sosialisasi/ interaksi klien untuk mengurangi kecurigaan.
Diagnosa Keperawatan III
”Penampilan diri kurang s/d kurang minat dalam kebersihan diri”.
Tupan : Penampilan klien rapih dan bersih serta klien mampu merawat kebersihan diri.
Implementasi : Memperhatikan tentang kebersihan klien, mendiskusikan dengan klien ttg gunanya kebersihan, memberikan reinforsemen positif apa yang sudah dilakukan klien, mendorong klien untuk mengurus kebersihan diri.
Evaluasi : Klien mandi 1x sehari pakai sabun mandi, keramas memakai sampo dan menggosok gigi. Klien dapat mengungkapkan pentingnya kebersihan diri dan akibatnya dari tidak memelihara kebersihan.
Tindak lanjut : Perlu dilanjutkan dengan TAK tentang kegiatan sehari-hari dan berikan motivasi agar klien mau merawat diri.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas penerapan teori pada kasus Nn. G dengan maslah curiga, dan respon klien setelah dilakukan implementasi berdasarkan teori tersebut. Berdasarkan hasil pengkajian, perilaku curiga pada klien Nn.G kemungkinan disebabkan oleh kesalahan dalam pola asuh. Kedudukan klien sebagai anak angkat seolah-olah dirasakan klien berkompetisi dengan kelahiran anak kandung orang tua angkatnya. Ditambah kematian ayah angkatnya yang selama ini menyayangi klien sehingga membuat klien merasa tidak diperhatikan lagi.
Sesuai dengan tinjauan teori pada bab III, pada kasus ini juga memperhatikan perilaku maladaptif sebagai dampak dari perilaku curiga, antara lain menarik diri, kurangnya perawatan diri dan marah.
Dari implementasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa memanggil nama klien dengan nama yang disukai, memberikan respon yang positif untuk membina hubungan saling percaya. Berbicara dengan jelas, tidak berbisik dan tidak berhenti saat klien datang juga membuat klien berinteraksi dengan perawat. Klien selalu menunjukan sikap menyelidik ketika ia melihat orang lain berbincang-bincang. Dengan mengajak klien terlibat dalam pembicaraan, perilaku tersebut hilang.
Mengadakan kontak singkat tapi sering juga membuat klien harus merasa diperhatikan dan klien terlihat lebih kooperatif. Hal ini ditunjukan melalui perilaku klien yang bersahabat dan mau memulai pembicaraan dengan perawat.
Prinsip untuk tidak mendebat saat berbicara dengan klien memang dapat diterapkan pada kasus ini. Ketika apa yang diucapkan klien tidak dibenarkan, klien akan semakin menarik diri dan kadang menjadi agresif. Memberikan dorongan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan pada saat curiga tidak selamanya diterima klien. Klien sering menunjukan perilaku menarik diri dan diam ketika diminta untuk mengungkapkan perasaannya. Hal ini mungkin disebabkan perilaku disebabkan perilaku tersebut merupakan mekanisme pertahanan diri dengan proyeksi dan merupakan masalah ini bagi klien sehingga klien akan merasa terancam integritasnya bila hal tersebut dibicarakan.
Memberikan kegiatan yang disenangi klien membuat klien merasa dihargai. Dengan membersihkan kamar mandi, membereskan meja setiap hari membuat klien merasa berhasil dan berguna. Pemberian reinforcement positif, memberikan respon yang baik, dimana klien tampak senang dan selalu mengatakan apa yang telah dilakukannya dan yang akan dilakukannya. Prinsip kegiatan yang tidak bersifat kompetitif juga dapat dibuktikan. Klien menolak ketika diajak bermain congklak karena kesal temanya bermain curang.
Faktor lingkungan juga memberikan dampak yang besar terhadap perilaku curiga klien. Kondisi klien di ruangan sebagian besar menarik diri, membuat klien semakin menarik diri dan tidak mau berinteraksi dengan klien lain. Melibatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok (TAK) memberikan dampak yang baik. Dengan TAK, klien mulai mencoba berinteraksi dengan klien lain dan mengurangi sikap bermusuhan.
Memberikan kesempatan klien untuk cuti pulang ke rumah, juga memperbaiki perilaku klien. Selama praktek, klien sudah tiga kali cuti. Setelah cuti klien tampak lebih gembira, rajin melaksanakan kegiatan. Hal ini disebabkan klien merasakan kembali ia masih diterima di keluarga. Dengan demikian keluarga mempunyai peran yang penting dalam membantu mengatasi perilaku klien.
Setelah melakukan suatu kegiatan, klien marah-marah karena merasa orang lain tidak bekerja, hanya klien sendiri setelah diberikan intervensi dengan mengekspresikan perasaan dan mendiskusikan tanda-tanda marah dan cara mengungkapkan marah yang konstruktif, klien dapat menyebutkan tanda-tanda marah dan mau berlatih mengungkapkan marah secara asertif. Apabila tidak diberikan stimulus, klien cenderung kembali marah.
Dari hasil kunjungan rumah, tampak terjadi perubahan sikap keluarga terhadap klien. Sebelumnya keluarga tidak menginginkan klien pulang ke rumah karena kalau pulang klien hanya marah-marah. Bila klien marah, hanya dibiarkan saja dan klien tidak betah di rumah
(1 hari), lalu klien kembali ke rumah sakit. Dengan memberitahukan pentingnya peran keluarga dalam membantu mengatasi perilaku klien dan cara menghadapi klien, keluarga mau menerima kepulangan klien. Klien menjadi lebih betah di rumah. Setiap hari sabtu klien minta cuti untuk pulang ke rumah.
Klien menarik diri akan memberikan perilaku malas dalam melakukan kebersihan diri dan pada klien tampak kurang minat dalam melakukan perawatan diri. Setelah dilakukan pendekatan, pemberian motivasi dan pemberian reinforcement positif terhadap keberhasilan atau kemajuan yang ditujukan, ternyata klien termotivasi untuk melakukan perawatan diri.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien G dengan masalah curiga, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Membina hubungan saling percaya merupakan kunci hubungan perawat - klien yang terapeutik. Berbicara dengan jelas, tidak berhenti bicara saat klien datang, tidak mendebat.
2. Support sistem keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku klien curiga.
3. Terapi akitifitas kelompok : sosialisasi dan gerak merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat membantu menyelesaikan masalah curiga dan menarik diri.
4. Cara mengungkapkan marah yang kostruktif sangat diperlukan pada klien curiga.
Dari kesimpulan di atas dapat kami memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya perawat banyak berlatih cara membina hubungan saling percaya.
2. Lebih banyak melibatkan keluarga dalam mengatasi perilaku klien melalui kunjungan rumah, menganjurkan keluarga untuk lebih sering menengok klien.
3. Terapi aktifitas kelompok (TAK) hendaknya dilakukan secara rutin dan teratur karena merupakan suatu terapi yang dapat mempercepat proses penyembuhan. (dapat mengurangi perasaan curiga).
4. Klien dengan curiga hendaknya diajarkan cara-cara marah yang konstruktif, agar tidak membahayakan diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Membina hubungan saling percaya merupakan kunci hubungan perawat - klien yang terapeutik. Berbicara dengan jelas, tidak berhenti bicara saat klien datang, tidak mendebat dan penerimaan keluarga besar pengaruhnya terhadap perilaku klien curiga. Terapi aktifitas kelompok merupakan media yang tepat dalam membantu klien mengatasi perilaku curiga. Keluarga mempunyai peran penting dan utama dalam membantu mengatasi perilaku klien.
B. SARAN
Oleh karena itu sebaiknya perawat banyak berlatih cara membina hubungan saling percaya, lebih banyak melibatkan keluarga dalam mengatasi perilaku klien melalui kunjungan rumah, menganjurkan keluarga untuk lebih sering menengok klien dan membuat jadwal terapi aktifitas kelompok secara terstruktur.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Kumpulan Kuliah : Mata Ajaran Keperawatan Jiwa Dalam Konteks Keluarga. Disajikan di Fakultas Ilmu Keperawatan -Universitas Indonesia, Jakarta: tidak dipublikasikan, 1997.
Rawlins, R.P, dan Heacock, P.E. (1993). Clinical Mannual of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W, dan Sundeen, S.J. (1991). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 4 th ed. St. Louis: Mosby Year Book.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar